MOJOK.CO – Bermusuhan boleh saja, tapi kalau bisa, bermusuhanlah seperti Mandra dan Mas Karyo.
Tentu saja, perdamaian akan selalu lebih baik ketimbang perselisihan. Idealnya begitu. Namun kita semua tahu, bahwa dunia tak pernah ideal. Ada kalanya, kita memang butuh berselisih dan bermusuhan dengan seseorang. Ada semacam permusuhan yang, pada titik tertentu, memang serupa api unggun kecil yang harus terus dijaga nyalanya agar tidak mati, namun juga tak boleh dibiarkan terlalu besar agar tak kalap membakar.
Dunia mencatat ada banyak sekali kisah-kisah perseteruan yang justru membikin orang-orang “menyukai” kedua pihak yang berseteru justru karena mereka tetap berada di jalur yang berseberangan.
Kisah Salahuddin dan Richard, misalnya. Sebagai pemimpin dua pihak yang berperang satu sama lain dalam perang salib, dua jagoan ini ternyata menyimpan romantisme persahabatan yang syahdu. Saat Richard si Raja Inggris itu jatuh sakit, kedua pihak sepakat menghentikan perang sementara, Salahuddin kemudian mengirimkan dokter terbaik untuk membantu menyembuhkan Richard.
Atau kisah antara dua pembalap Formula 1 James Hunt dan Nicky Lauda. Dua pembalap ini, walau keduanya sangat bernafsu untuk bisa mengalahkan satu sama salin agar dan membuat keduanya harus selalu berada dalam jalur persaingan yang sangat keras dan berdarah-darah, namun keduanya sama-sama menyimpan rasa hormat yang tinggi bahkan saling melindungi.
Tentu saja tidak semua orang yang berseteru bisa berseteru dengan sama-sama hebat seperti Salahuddin dan Richard atau James Hunt dan Nicky Lauda. Karena itulah, saya mencoba menawarkan dua peseteru lain yang boleh jadi bisa menjadi inspirasi yang mumpuni. Dan dua peseteru tersebut tak lain dan tak bukan adalah Mandra dan Mas Karyo.
Dalam dunia sinetron, tampaknya tak ada perseteruan yang lebih layak dan menarik untuk disimak ketimbang dua tokoh yang selalu saja bermusuhan ini. Ada romantisme permusuhan yang asyik antara Mandra dan Mas Karyo. Semacam permusuhan yang membuat orang-orang mencintai keduanya dengan kadar yang nyaris seimbang dan tak memihak.
Saling membocorkan kekurangan
Konon, musuh yang tak segan membagikan kekurangan kita jauh lebih layak untuk dipertahankan ketimbang kawan yang terus memuji dan menyanjung kita.
Dalam konteks ini, baik Mandra maupun Mas Karyo adalah contoh yang sangat sempurna.
Kita semua mengakuinya, bahwa tak terhitung lagi berapa kali Mandra dan Mas Karyo saling umpat dengan melontarkan kekurangan satu sama lain.
“Wooo, karang wong bodo.”
“Dasar udik!”
“Wajah Burisrowo!”
“Buluk!”
Tak segan berbagi informasi
Bukan hanya saling membuka kekurangan, Mandra dan Mas Karyo pun tak pernah ketinggalan saling membagi informasi walaupun tentu saja, disampaikan dengan cara yang senewen dan tetap dalam nuansa permusuhan. Dan informasi yang disampaikan juga sering nggak bener.
“Kamu itu memang bodo, kok. Wong promosi aja kok nggak tahu. Promosi itu pasang spanduk. Itu lho yang di jalan-jalan,” ujar Mas Karyo pada Mandra.
Kali lain, Mandra pun tak segan memberikan tips dan cara menjadi kernet yang baik saat Mas Karyo akhirnya ikut Mandra narik opelet.
Sadar manajemen waktu
Berperang itu hal yang panjang sehingga memerlukan manajemen waktu yang tepat. Nah, baik Mas Karyo maupun Mandra selalu tahu waktu kapan mereka harus adu bacot, kapan mereka harus akur.
Dalam setiap sesi permusuhan antara Mas Karyo dan Mandra, selalu ada masa gencatan senjata yang seperti sengaja mereka sepakati. Mereka berdua, misalnya, bisa berdamai saat keduanya sama-sama menilep uang hasil narik opelet. Mereka berdua juga bisa berdamai saat keduanya bersiasat bekerja sama untuk ngakalin Engkong Ali.
Tak bisa dibantah, Mandra dan Mas Karyo adalah contoh terbaik partner in crime.
Tak pernah mencelakakan fisik
Sekeras apa pun permusuhan antara Mandra dan Mas Karyo, namun keduanya tak pernah sama sekali membahayakan fisik satu sama lain. Mereka memang sering berkelahi, namun perkelahian mereka adalah sejenis perkelahian yang tak pernah berakhir di puskesmas.
Perkelahian mereka sebatas perkelahian “anak kecil” yang hanya saling gelintingan di tanah untuk kemudian saling pukul dengan pukulan yang letoy dan tiada berbahaya sama sekali.
Punya koncian masing-masing
Walau bermusuhan, namun Mandra dan Mas Karyo tak pernah berani melebihi batas. Salah satu kemungkinannya karena Mandra dan Mas Karyo sama-sama punya koncian. Mas Karyo, seperti yang kita ketahui, naksir sama Atun yang notabene adalah keponakan Mandra. Sedangkan Mandra, naksir dengan Nunung, yang mana merupakan adik Mas Karyo.
Hubungan saling menyukai anggota keluarga ini membuat keduanya mustahil untuk berani menjegal terlalu keras.
Lucu dan menggemaskan
Ini tak bisa dibantah. Adu mulut antara Mandra dan Mas Karyo selalu lucu. Blas nggak ada seram-seramnya.
Hanya Mandra dan Mas Karyo yang bisa membuat orang-orang selalu berharap agar mereka selalu berkelahi dan punya sedikit pun niat untuk memisahkannya.
Semakin mereka berkelahi, semakin lucu mereka.
BACA JUGA Kisah Getir Keluarga Si Doel Anak Sekolahan Jika Ditonton Sekarang dan tulisan Agus Mulyadi lainnya.