MOJOK.CO – Dear Tribunnews, no hard feeling, ya. Kalian memang ngeselin, sih. Nggak ada ucapan terima kasih untuk multiple pages dan judul click bait ala kalian, ya.
Warung Sains Teknologi, lewat Facebook mereka, membagikan life hack yang berguna banget. Mereka membagikan tips menghindari artikel Tribunnews di pencarian Google. Warung Sains Teknologi ini orang baik. Be like them….
Tips menghindari artikel Tribunnews ini gampang betul. Kira-kira begini caranya:
Pertama, ketika sebuah kata atau nama seseorang di kolom pencarian Google. Kedua, klik spasi di gadget kamu. Ketiga, ketika tanda minus (-) dan kata tribun tanpa spasi. Jadinya kayak gini:
Kata yang ingin dicari[spasi]-tribun
Contoh: jokowi -tribun
Maka, halaman pertama pencarian Google di gadget kamu akan bersih dari artikel Tribunnews. Before dan after-nya bisa kamu lihat di bawah ini:
Gambar di atas adalah kondisi “before” sebelum pakai teknik “-tribun” dari Warung Sains Teknologi. Nah, kayak gini jadinya kalau udah pakai tekniknya:
Life hack yang dibagikan oleh Warung Sains Teknologi ini memang berguna banget. Kamu nggak perlu khawatir kehilangan kuota secara nggak elegan ketika membuka artikel Tribunnews.
Well, seperti sudah jadi kesepakatan umum kalau nggak kepepet, mending jangan buka artikel Tribunnews. Pertama, Tribunnews terlalu tega membagi berita yang sudah pendek betul menjadi beberapa halaman. Misalnya artikel dengan panjang lima paragraf dibagi menjadi enam. Ada satu halaman yang isinya cuma satu kalimat.
Padahal, hitungan kuota yang bablas dari baca satu halaman berisisi 10 paragraf dengan yang cuma 1 itu kurang lebih sama. Makin nyebelin ketika di halaman terakhir malah isinya penggalan kalimat langsung doang. Padahal, sebetulnya, penggalan kalimat langsung yang cuma seupil itu bisa dijejalkan di halaman selanjutnya.
Saya sih paham kalau Tribunnews, sebagai media, nggak cuma harus merhatiin sisi jurnalisme, tapi juga bisnis. Sebagai anak sebuah media besar yang sekarang hobi bikin multiple pages, Tribunnews diharapkan bisa menyumbang klik sebanyak mungkin.
Nggak peduli sampai bikin pembaca mereka menarik napas dalam tanda. Sebuah tanda emosi jiwa karena harus buka puluhan halaman cuma buat baca berita artis kena prank. Padahal kuota lagi cekak. Cuma bisa beli kuota 4 GB buat satu hari yang harganya 5 ribuan.
Yang penting mereka dapat ribuan bahkan jutaan klik per hari. Meski nggak menyenangkan di telinga, istilah Tribunnews “tuyulnya…” itu memang ada benernya, sih.
Kedua, mereka jago banget bikin judul. Nggak lagi estetis, tapi jatuhnya jadi click bait. Sudah click bait, biasanya bombastis pula. Bikin jiwa-jiwa pembaca yang haus pergosipan duniawi nggak berpikir dua kali untuk membakar kuota mereka atas nama update terkini.
Setelah masuk Tribunnews dan membaca utuh 6 halaman untuk berita sepanjang tiga paragraf, tinggal penyesalan yang ada. Biasanya diiringi gerutuan dan makian-makian kreatif mengutuk Tribunnews.
Klik dan page views yang memang unsur-unsur yang “disembah” oleh media online. Mantan Pemred Tribunnews, Dahlan Dahi pernah bilang kalau jurnalis saat ini nggak selalu menulis untuk dibaca manusia. Jurnalis menulis untuk memuaskan kriteria yang diminta oleh mesin. Artinya, kita membicarakan kata kunci, jumlah kunjungan, Google Analytic, dan rangking web.
Ya dari yang begituan Tribunnews menempuh sebuah cara yang dianggap sebagai “jurnalisme pasar”. Nggak bisa sepenuhnya disalahkan, meski memang bikin gemas dan ingin berkata kasar.
Buat Tribunnews, no hard feeling, ya. Habisnya kalian memang gitu, sih.
BACA JUGA Tribun vs Remotivi: Kita Berdiri Di Mana? atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.