Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Begini Rasanya Menjadi Orang yang Tak Pernah Bosan Makan Makanan yang Sama Terus-Menerus

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
7 Agustus 2020
A A
makanan
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Banyak orang mudah bosan dengan makanan yang mereka makan, tapi tidak dengan saya.

Kepada seorang kawan, saya pernah bertanya kenapa ia selalu berganti-ganti merek rokok. Jawaban yang ia berikan sangat diplomatis dan cukup memberikan perspektif baru bagi saya yang bukan seorang perokok.

Rokok itu, kata kawan saya, serupa seperti makanan. Semuanya enak, tergantung dari siapa yang merasakannya.

Ia kemudian menjelaskan, bahwa kebiasaannya berganti-ganti merek rokok tak ubahnya seperti ia berganti-ganti makanan yang ia makan.

“Ya aku ada sih rokok yang tetap, tapi kadang aku juga bawa rokok merek lain, buat sampingan,” terangnya, “Kamu kalau makan ayam seminggu berturut-turut kan pasti bosen juga tho?”

Saya mengangguk. Walau sebenarnya, saya sebenarnya bisa agak menganggu argumennya sebab pertanyaannya dia menyadarkan saya bahwa saya adalah tipikal orang tak mudah bosan pada makanan.

Saya bisa dan sanggup makan menu ayam selama seminggu berturut-turut. Setiap hari. Dengan tetap berselera.

Pertanyaan tentang relevansi makanan dan rokok itu kemudian membuka perenungan saya tentang kebiasaan (atau sifat) saya yang ternyata tak pernah bosan pada satu makanan tertentu.

Dulu, sekira dua tahun lalu, saya hampir setiap hari selalu makan siang dengan empal Pak Bajuri. Menu nasi empal, sambal bawang, dan oseng tempe, yang saya temukan secara tak sengaja di penelusuran gofood.

Pertemuan saya pada empal Bajuri itu kemudian memulai hari-hari saya berikutnya dengan sebuah rutinitas yang statis.

Enam bulan berikutnya, nggak di kantor nggak di kos, saya selalu makan siang dengan menu tersebut. Hampir tak pernah ganti-ganti. Dan ajaib, saya benar-benar tak pernah bosan dengan itu.

Beberapa kawan kemudian ikut-ikutan untuk mencoba empal tersebut. Dan pada kenyataannya, mereka juga ketagihan. Namun mereka ternyata punya batasannya sendiri. Baru tiga hari makan siang dengan empal Bajuri, di hari keempat, mereka sudah memilih menu lain.

“Bosen, dari kemarin Bajuri terus,” kata kawan saya. “Kamu nggak bosen?”

“Enggak.”

Iklan

Kelak, empal Bajuri itu kemudian tak bisa lagi saya pesan di gofood. Entah karena warungnya tutup atau sudah pindah.

Saya kemudian mencoba Penyetan Mas Kobis. Beberapa gerai cabang Mas Kobis saya coba, sampai akhirnya saya mendapatkan satu gerai yang rasa ayamnya saya cocok, yakni gerai Kaliurang atas dekat UII.

Pengalaman masa lalu saya pun berulang. Persis setelah saya merasa cocok dengan Mas Kobis, saya kemudian memutuskan untuk terus mengonsumsinya.

Berbulan-bulan kemudian, menu makan siang saya hampir selalu penyetan Mas Kobis cabang Kaliurang atas.

Saya lantas mencoba untuk mengingat masa-masa lalu saya dan memang pada kenyataannya saya sudah sangat akrab dengan ketidakbosanan atas makanan tertentu.

Saat SMA, hampir selala tiga tahun saya selalu sarapan bubur sayur tahu dan tempe glepung yang dijual oleh Mbak Ti tetangga saya. Begitu pula saat saya pertama kalinya kerja dan kos di Jogja di mana setiap hari menu yang saya makan adalah nasi kuah padang tanpa lauk.

Tidak munculnya rasa bosan dalam diri saya tersebut kemudian menjadi sebuah polemik tersendiri setelah saya menikah.

Istri saya adalah tipikal orang yang sangat eksploratif dalam urusan masak. Setiap hari, ia selalu mencoba menu-menu baru untuk ia masak. Dan tentu, tidak semua masakan yang ia masak saya suka. Namun sekali saya suka masakannya, saya bisa memakan masakan tersebut berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan lamanya.

Saya suka sambel pindang atau oseng pindang cabai hijau yang dimasak oleh istri saya. Itulah kenapa, kalau istri saya bertanya hari ini ingin dimasakin apa, jawaban saya selalu saja sama: ikan pindang.

Kebiasaan itu terus melekat bahkan saat saya harus bepergian ke luar kota.

Mau seeksotis dan semeriah apa pun keragaman kuliner yang ada di sebuah kota, selalu saja menu yang saya cari adalah ayam bakar, atau nasi goreng. Kalau mentok nggak ada, ya nasi padang.

Apakah ini membuat saya tersiksa? Entahlah. Yang jelas, saya selalu merasa nyaman-nyaman saja makan makanan yang saya suka berulang-ulang ketika kawan-kawan lain sudah mencoba banyak menu makanan beraneka ragam.

Yah, setidaknya, dengan kebiasaan ini, saya jadi otoritatif buat ngasih gombalan klasik kepada istri saya “Sama makanan aja aku setia, apalagi sama kamu.”

Terakhir diperbarui pada 7 Agustus 2020 oleh

Tags: makanMakanan
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Kebun Plasma Nutfah Pisang: Kebun Konservasi Pisang Terbesar di Asia Tenggara
Video

Kebun Plasma Nutfah Pisang: Kebun Konservasi Pisang Terbesar di Asia Tenggara

13 Maret 2025
Pengakuan Pelanggan Kopi Klotok yang Tidak Bayar, Pakai Kode "Nenek" dan "Pengajian" MOJOK.CO
Kuliner

Pengakuan Pelanggan Kopi Klotok yang Tidak Bayar, Pakai Kode “Nenek” dan “Pengajian”

3 Agustus 2023
street food indonesia terbaik di dunia mojok.co
Hiburan

5 Makanan Indonesia yang Masuk dalam Daftar Street Food Terbaik di Dunia

7 Maret 2023
sisa makanan mojok.co
Uneg-uneg

Mangkel Sama Orang yang Nyisain Makanan di Warung Nasi Padang

5 Februari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.