Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Awal Puasa Ramadan Kadang Kok Bisa Beda Gimana Logikanya sih?

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
14 Mei 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK – Awal puasa selalu dimulai dengan banyak tradisi di Indonesia. Dari gotong-royong di kampung, bersih-bersih masjid, ziarah ke makam keluarga, sampai tradisi beda awal puasa.

Ada berbagai tradisi dalam menyambut bulan Ramadan yang hampir selalu terjadi dari tahun ke tahun. Dari gotong-royong kampung, nyadran (ziarah ke makam keluarga), bahkan sampai dengan perbedaan penentuan awal puasa. Sudah mahfum kita ketahui bersama, perbedaan cara menentukan awal puasa akan jadi penentu juga keputusan di tanggal Masehi apa puasa kita dimulai.

Paling tidak, secara sederhana ada dua metode yang kita semua kenal. Hisab dan rukyat. Hisab adalah metode hitung-hitungan ala ilmu astronomi kalau dalam “Bahasa UIN”, namanya ilmu falak. Ini sebenarnya merupakan penerapan pakai kalender Hijriyah saja. Kan sudah jelas tuh kalau pakai kalender Hijriyah tanggal 1 Ramadan itu jatuh di tanggal berapa dalam hitungan Masehi.

Itulah kenapa Muhammadiyah sudah bisa kasih pengumuman bahwa tanggal 17 Mei besok sebagai awal puasa. Artinya malam Kamis, atau 16 Mei malamnya sudah pada salat tarawih bagi saudara-saudara Muhammadiyah. Ini jelas enggak bisa diterapkan bagi pengguna metode rukyat. Sebab rukyat berarti kudu melihat dengan mata kepala sendiri.

Kesaksian langsung ini penting karena pengguna metode ini mendasari dalil bahwa keputusan awal puasa harus dengan melihat bulan (hilal) baru secara harfiah. Ya berarti harus mantengin dari sore sampe cahaya matahari terbenam sepenuhnya di ufuk barat untuk melihat kemunculan hilal. Merunut dari tafsir versi ini, soalnya perintah puasa ramadan itu baru sah kalau hilal kelihatan. Jadi gini logikanya; betul tanggal 1 Ramadan bisa dihitung, tapi kan perintahnya bukan berpuasa di tanggal 1 Ramadan melainkan puasalah ketika hilal kelihatan.

Tentu saja, saya tidak sedang memperdebatkan mana yang lebih baik dari kedua metode tersebut. Sebab pada praktiknya, Kementerian Agama Indonesia menggunakan keduanya. Baik rukyatul hilal maupun hisab. Jadi, dihitung pakai ilmu falak kemudian dihitung juga di tempat mana kemungkinan paling besar hilal bisa kelihatan. Kombinasi gitu deh. Nah, itulah kenapa sidang isbat diperlukan karena setelah dihitung secara rasional pakai metode hisab, perlu juga dicek secara empirik pakai rukyat, bener enggak hilal-nya kelihatan.

Emangnya sesulit apa sih melihat hilal itu? Kok kelihatannya sampai repot amat?

Jadi begini. Ada beberapa nalar yang berbeda antara kalender Masehi dan Hijriyah. Dalam kalender Hijriyah, permulaan hari dimulai dari magrib. Kalau di Masehi, hari dimulai pukul 00.01, pada Hijriyah hari dimulai sekitar pukul 6 petang atau setelah matahari terbenam. Itulah kenapa ketika Muhammadiyah mengumumkan awal puasa di tanggal 17 Mei, maka malam hari di tanggal 16 Mei sudah termasuk bagian dari awal puasa sehingga salat tarawih sudah dimulai. Karena “hari puasa” sudah dimulai saat waktu magrib.

Nah, di sisi lain, karena kalender Hijriyah menggunakan bulan sebagai patokan, maka hitungan tanggal 1-nya berpatok pada bulan. Kalau bulan purnama adalah pertengahan bulan, maka bulan sabit kecil semacam arit adalah pertanda awal/akhir bulan.

Masalahnya, karena bentuk bulan begitu tipis (yang terkena paparan cahaya matahari cuma dikit) lihatnya di waktu petang jelas sangat sulit. Sebab, di saat itu cahaya matahari masih ada di ufuk barat, padahal bulan baru muncul juga di ufuk barat. Kadang-kadang, kalau jarak horizon dan vertikal bulan-matahari terlalu dekat, cahaya bulan jadi kalah sama cahaya matahari, jadi bikin bulan enggak kelihatan.

Di saat itulah kemudian biasanya keputusan akan berdasar pada dalil, jika enggak kelihatan sempurnakanlah (genapkanlah) hitungan bulan sebelumnya. Jadi awal bulan akan dimulai pada hari berikutnya dan itulah yang bikin (kadang-kadang) awal puasa dan akhir puasa bisa berbeda dengan metode yang berbeda.

Jadi kamu yang mana nih? Yang rukyat, hisab, apa kombinasi keduanya?

Terakhir diperbarui pada 14 Mei 2018 oleh

Tags: awalawal puasahijriyahKementerian AgamamagribmasehiPuasaRamadanTarawih
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Perang sarung dulu buat seru-seruan kini jadi tindakan kriminal MOJOK.CO
Ragam

Perang Sarung Kini Jadi Tindakan Kriminal, Apa Sih yang Sebenarnya Para Remaja Ini Perlukan?

13 Maret 2025
anak sma dari jogja ngajar ngaji di jepang.MOJOK.CO
Aktual

Anak SMA dari Jogja Dakwah di Jepang Selama Ramadan, Emak-emak Semangat Minta Diajar Ngaji Sampai Tengah Malam

3 April 2024
Minta Tanda Tangan Imam di Ramadan itu Merepotkan MOJOK.CO
Ragam

Minta Tanda Tangan Imam di Bulan Ramadan, Kegiatan yang Pernah Dianggap Imam Masjid Merepotkan dan Membuang Waktu

28 Maret 2024
Acara Bukber di Tempat Makan Menyiksa Juru Masak MOJOK.CO
Ragam

Bukber di Tempat Makan Adalah Acara yang Menyiksa Juru Masak, Sebel Masak Ratusan Porsi untuk Orang yang Sok Berbuka Padahal Nggak Puasa

27 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.