MOJOK.CO – Waktu yang ditunggu kelas rebahan di mana mereka tidak perlu lagi bekerja karena semua pekerjaan sudah diambil alih artificial intelligent mungkin akan berlangsung tidak lama lagi.
Di masa lalu Karl Marx dan J. M. Keynes pernah membayangkan masa depan di mana manusia akan punya banyak sekali waktu luang karena dua pertiga pekerjaan di dunia yang selama ini mereka lakukan, sudah diambil alih oleh robot. Di bayangan mereka itu, manusia akan kebingungan melakukan apa karena sudah tidak perlu lagi bekerja.
Di masa sekarang, Yuval Noah Harari (iya, iya, yang nulis Sapiens itu) juga meramalkan hal yang sama. Dia memprediksi bahwa revolusi yang terjadi karena artificial intelligent (AI) atau kecerdasan buatan akan menciptakan kelas baru. Kalau revolusi industri dulu menghasilkan kelas pekerja, revolusi artificial intelligent akan menghasilkan kelas tidak bekerja.
Harari sih nyebut kelas baru itu sebagai useless class alias kelas tidak berguna, tapi biar nggak jahat, kita sebut saja kelas baru itu kelas rebahan karena nanti kerjaan mereka cuman rebahan.
Artificial intelligent adalah program yang berisi seperangkat algoritma yang sesuai namanya–cerdas. Kenapa dia cerdas? Karena dia didesain agar bisa bekerja seperti otak manusia. Tugas AI adalah menyelesaikan masalah tanpa harus diprogram terus-menerus. AI adalah otak yang dapat berpikir sendiri tanpa perlu diciptakan ulang lagi dan lagi.
Selama ini, orang membayangkan AI sebagai robot. Padahal bukan, robot itu cangkangnya aja, AI adalah program atau otak yang menggerakannya.
Cakupan apa yang disebut artificial intelligent sangat luas. Kita sebenarnya udah sering bersinggungan dengan AI. Contoh kecilnya, kalkulator di HP kita itu termasuk AI. Kalau contoh besarnya, kita bisa lihat Tesla, mobil yang didesain tak perlu dikemudikan manusia.
Kalau kamu pengin tahu seberapa cerdas AI itu, pecatur, pemain scrabble, dan game Othello terbaik di dunia udah dikalahkan oleh AI.
Sebentar, jangan takjub dulu. Yang saya sebutin tadi, masih AI yang baru bisa fokus dalam satu pekerjaan saja. Sekarang sedang dikembangkan artificial intelligent yang jago dalam banyak hal. Dia bisa mikir sendiri, merencanakan sesuatu, menyelesaikan masalah, menguraikan ide yang kompleks, dan dia belajar itu semua dalam waktu yang cepat. Yang paling canggih, dia bisa belajar dari pengalaman dan kesalahan-kesalahan yang dilakukannya! Kurang canggih apa coba, manusia aja banyak yang gagal kalo disuruh belajar dari pengalaman.
Kalau sudah ada AI yang secanggih itu, penemuan-penemuan canggih lainnya pasti akan lebih cepat ditemukan. Dalam waktu yang singkat, masalah-masalah manusia akhirnya bisa diselesaikan oleh kecerdasan buatan ini. Ujungnya, semua pekerjaan diambil alih oleh mereka deh.
Banyak orang sudah memprediksi kalau AI memang akan mengambil alih banyak pekerjaan manusia. Tapi mereka nggak menyangka kalau perkembangannya jadi secepat ini.
Tahun 2004 dulu misalnya, Frank Levy dari Massachusetts Institute of Technology dan Richard Murnane dari Universitas Harvard mempublikasikan penelitian tentang pasar tenaga kerja setelah ada AI. Mereka menuliskan pekerjaan apa saja yang nggak akan direbut oleh artificial intelligent. Dulu mereka pikir sopir truk nggak akan bisa diganti, tapi sekarang kita melihat sendiri kalau pekerjaan itu akan terganti setelah mobil otomatis sudah benar-benar ada. Alhasil, sopir kendaraan apa pun nantinya ya nggak akan dibutuhkan lagi.
Penelitian lain tentang ini dilakukan juga oleh peneliti Universitas Oxford Carl Benedikt Frey dan Michale A. Osborne. Mereka melakukan survei mengenai pekerjaan apa yang akan benar-benar digantikan AI di tahun 2030 nanti. Hasilnya, sepertiga pekerjaan di AS akan terancam hilang karena semuanya bisa diambil alih oleh AI.
Pekerjaan-pekerjaan itu di antaranya: jurnalis, kasir, koki, pelayan, pemandu wisata, sopir, buruh bangunan, asisten dokter hewan, satpam, pelaut, bartender, arsiparis, tukang kayu, sampai seniman. Satu-satunya pekerjaan yang aman dan tidak akan tergantikan oleh AI adalah… arkeolog. Pekerjaan ini aman karena kerja arkeolog membutuhkan pengenalan pola yang cukup kompleks. Tapi ya perusahaan juga nggak akan butuh arkeolog sih, makanya nggak dibutuhkan otomasi untuk pekerjaan ini.
Kalau udah ada artificial intelligent, perusahan nggak akan butuh lagi manusia karena dengan menggantinya pakai mesin, perusahaan nggak perlu lagi mengeluarkan biaya produksi untuk gaji. Kalau keadaan ini udah kejadian, manusia bakal terdorong keluar dari pasar tenaga kerja.
Terus apa jadinya kalau semua alat produksi (yang nantinya mesin-mesin AI) hanya dimiliki oleh segelintir orang? Yha betul! Konsentrasi kekayaan dan kekuasaan akan ada di tangan sedikit elit itu. Dampaknya, akan ada ketimpangan ekonomi politik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tapi kalau terjadi ketimpangan, kekacauan sosial bisa terjadi dan itu akan menghantui tatanan sosial.
Jadi ya yang paling memungkinkan adalah, artificial intelligent ini akan digunakan untuk sebesar-besar kemaslahatan umat manusia. Di sinilah ramalan Marx, Keynes, dan Harari terjadi, kemunculan kelas rebahan tadi.
Sekilas, ide untuk tidak bekerja memang terdengar seperti mimpi yang menjadi nyata. Tapi, bisakah manusia benar-benar tidak melakukan apa-apa? Terus gimana dong soal kebutuhan manusia atas pencapaian atau N-Ach (Need of Achievement) yang dijelaskan Henry Muray? Gimana dengan aktualisasi diri kalau sudah tidak ada lagi yang manusia lakukan?
Rebahan memang menyenangkan. Tapi untuk satu, dua, atau tiga hari saja. Kalau keterusan, apa nggak bosan?
BACA JUGA Universal Basic Income: Bagi-Bagi Uang ke Semua Orang atau artikel POJOKAN lainnya.