Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Alasan Terselubung Kenapa Gibran Rakabuming Perlu Membela Bukalapak

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
16 Februari 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Gibran Rakabuming tiba-tiba muncul merespons boikot Bukalapak. Hal yang menunjukkan kalau Jokower kadang merasa lebih Jokowi ketimbang Jokowi itu sendiri.

Melalui akun Twitter @Chilli_Pari, Gibran Rakabuming Raka menyampaikan sikapnya soal gerakan boikot Bukalapak sebagai aksi yang terlalu berlebihan. Bahkan, sampai nyebut aksi ini norak. N-O-R-A-K.

Berikut kicauan bapaknya Jan Ethes ini:

Saya pikir #unistallbukalapak itu tll berlebihan (dan norak). Pelaku umkm seperti saya sangat terbantu dgn adanya @bukalapak. Brand jas hujan saya gak akan bisa seperti skrg kl gak dibantu mas @achmadzaky https://t.co/ePnplUwBv5

— CHILLI PARI CATERING (@Chilli_Pari) 15 Februari 2019

Beberapa orang punya analisis masing-masing soal sikap jengah Gibran dengan gerakan #uninstallBukalapak. Setelah sebelumnya ada respons yang sama-sama panas dengan munculnya gerakan #uninstallJokowi, #shutdownJokowi, bahkan yang terbaru: #installPrabowo. Sebuah sikap balasan yang tentu nggak terlalu mengejutkan.

Ada yang bilang twit Gibran Rakabuming ini murni karena sikap perasaan senasib saja sebagai pebisnis muda. Maklum sebagai anak muda dengan bisnis yang berkembang pesat, Gibran dan Zaky, tentu sama-sama ogah jika persoalan bisnis mereka dimasuki unsur-unsur politik.

Apalagi namanya anak muda, punya dinamika yang masih luas lalu tiba-tiba harus memiliki gerak terbatas karena urusan politik kan nggak enak banget.

Kasarnya: nggak apa-apa lah kalau secara personal mereka yang diserang karena pilihan politik, tapi kalau sudah menyangkut urusan perut yang disasar (baca: usaha), wah ya itu berlebihan. Ladang orang cari makan mau dirusak. Udah gitu ladang yang disasar pun ladang yang merupakan hajat hidup orang banyak lagi.

Melihat respons balasan yang nggak kalah agresif dari orang-orang yang membela Zaky, TKN Jokowi-Ma’ruf malah kelabakan melihat kelakuan pendukung mereka yang bukannya “mengajak”, tapi malah “mengusir” orang-orang yang tidak/belum sependapat.

Secara hitung-hitungan elektoral, ya jelas ini kerugian besar.

Kampanye itu fungsinya meyakinkan orang yang masih ragu-ragu akhirnya menjatuhkan pilihan dengan pasti kok ini malah di-bully habis-habisan. Ya nggak jadi nambah dong suaranya, bijimana sih? Kabur jadi golput atau—yang lebih parah—malah ganti memilih lawannya gimana?

Kontraproduktif banget kan?

Oleh karena itu, selain soal urusan perasaan senasib, dalam salah satu komentar di media sosial ada yang bilang bahwa sikap Gibran ini merupakan strategi dari TKN Jokowi-Ma’ruf yang “mengutus” anaknya untuk memandamkan api dari para pendukung Jokowi sendiri.

Seolah-olah Gibran Rakabuming yang dikenal “lebih bisa turun gunung” merupakan mata-mata yang bisa meredakan sikap kebencian yang mengarah ke Bapaknya dengan sekali ngetwit.

Iklan

Yah, bisa ditebak mereka yang punya pikiran seperti ini adalah orang yang doyan banget dengan teori-teori konspirasi. Orang yang melihat bahwa tatanan dunia dan kelas sosial di dunia ini dirancang dengan begitu rigit dan detail, sehingga menafikan kejadian-kejadian anomali.

Sikap yang kemudian melihat bahwa dalam Pilpres 2019 ini tidak mungkin ada gerakan spontan, semua pasti terencana.

Sebuah hal keluar ke publik (baik itu dampak positif mau pun negatif) dicurigai merupakan sebuah strategi. Nggak ada kok itu namanya: improvisasi. Jadi kicauan Zaky dan Gibran ini dianggap merupakan bagian dari konspirasi

Ealah, situ kok kayak hidup di strateginya Pep Guardiola aja, blas nggak ada improvisasinya. Monokrom, eh, monoton betul idup situ.

Beberapa pendukung Jokowi garis keras yang menyerang Zaky pun punya argumentasi berdasar menginiasi serangan ke Bukalapak ini. Seperti data yang digunakan untuk mengritik tidak benar, data lama tapi digunakan untuk menyasar yang sekarang, lalu dianggap penggunaan data yang keliru tempatnya itu sebagai bagian dari hoax.

Terus muncul kalimat moral yang seolah-olah netral: ini bukan soal beda pilihan politik, tapi melawan hoax.

Halah, mbelgedhes.

Kalau mau jujur, kicauan ini jadi pembicaraan kencang bukan karena persoalan penggunaan datanya yang keliru atau salah tempat, melainkan ya karena di akhir twit Zaky muncul kalimat: “Presiden Baru”. Rasanya hampir mustahal orang akan peduli dengan twit Zaky kalau tidak pernah ada kalimat pamungkas seperti itu.

Ketika muncul diksi itulah orang-orang baru peduli tentang hoax atau fake news.

Jadi urutannya: pertama, pilihan politik. Kedua, cek keabsahan data yang digunakan.

Kenyataannya, sekali pun Zaky sudah meminta maaf soal kekeliruan data yang digunakan, sikap orang-orang juga tetap saja marah. Bahkan ketika Gibran yang jelas-jelas anaknya Jokowi aja ikut diserang balik gara-gara sikap yang berbeda haluan.

Tolong dewasa dikit lah jadi orang https://t.co/gz1VlXZXFI

— CHILLI PARI CATERING (@Chilli_Pari) 15 Februari 2019

Kembali ke persoalan alasan Gibran membela Zaky. Satu-satunya hal yang masuk akal justru bukan terkait soal peluang pemilih Jokowi yang menurun karena kejadian ini, atau karena Gibran ingin menunjukkan bahwa dirinya nggak suka dengan cara ekstrem Cebie Radikal.

Alasan Gibran membela Zaky Bukalapak itu ya karena Gibran adalah satu-satu anak Presiden Indonesia yang secara sadar pernah bilang ogah bapaknya jadi pejabat tinggi Pemerintahan: apalagi sampai jadi Presiden. Sikap yang nggak bakal kamu temui pada sosok seperti Tommy Soeharto atau Megawati Soekarnoputri.

Kalau kamu tak percaya, coba saja cek, di mana Gibran pernah ditanya soal; apakah bapaknya selalu minta izin dulu ke keluarga kalau mau mencalonkan diri jadi Walikota, Gubernur, sampai Presiden.

“Kalau saya sih dari dulu konsisten, tidak pernah setuju (Bapak Nyalon). Alasannya, saya lebih suka aja Bapak jadi penguasaha. (Meski) tidak setuju, tapi (saya) tidak pernah menghalangi, itu pilihannya Bapak,” kata Gibran Rakabuming, beberapa tahun silam.

Dari hal itulah bisa dilihat kalau Gibran malah cukup selo merespons masalah #uninstallBukalapak. Bukannya ikut menjadi “Panglima” para Cebie untuk ikut nyerang, tapi malah menyerang balik para pendukung bapaknya yang menurutnya: norak.

Benar-benar nggak ada ketakutan sama sekali kalau dukungannya ke Bukalapak itu bisa aja berkontribusi menggerus suara bapaknya. Sebuah sikap yang menunjukkan kalau sebagai anak Presiden, Gibran itu orangnya ya bodoooamaaaaat.

Ya gimana, kadang pendukung itu jauh lebih militan ketimbang anggota keluarganya sendiri. Kayak cebie yang kadang emang ngerasa lebih mengerti Jokowi ketimbang anaknya sendiri.

Terakhir diperbarui pada 16 Februari 2019 oleh

Tags: bukalapakgibranJokowerjokowiuninstallbukalapakZaky
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Sipil Harus Saling Jaga: Saat ini, Pemerintah Semakin Kelam MOJOK.CO
Esai

Sipil Harus Saling Jaga: Saat ini, Pemerintah Semakin Kelam dan Kita Hanya Punya Satu Sama Lain

25 Maret 2025
Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Aktual

Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi

7 Maret 2025
3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini MOJOK.CO
Esai

3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini

26 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.