Bakpia Jogja akan selamanya menjadi oleh-oleh wajib bagi siapa saja. Mau wisatawan luar daerah, hingga warga lokal. Iya, warga lokal sering menjadikan bakpia sebagai buah tangan ketika silaturahmi. Rasa yang familiar dan tahan lama membuat makanan ini menjadi pilihan menarik untuk berbagai acara.
Namun, ada saja pengusaha bakpia Jogja yang serampangan demi mengejar cuan. Mereka mengubah beberapa “setting” dari setelan umum bakpia. Hal ini tentu merugikan pembeli. Ingat, bagi beberapa orang, harga bakpia itu nggak murah. Sudah begitu, kecurangan ini justru bisa merusak nama baik oleh-oleh khas Jogja ini.
Inilah 3 dosa pengusaha bakpia Jogja yang merugikan pembeli. Pesan saya, hati-hati dalam menentukan produsen mana yang akan kamu jadikan langganan.
#1 Pengusaha bakpia Jogja nakal, mengurangi kualitas bahan baku
Menurut saya, banyak pengusaha kuliner yang melakukan kecurangan ini. Harapannya adalah mengurangi biaya untuk membeli bahan berkualitas. Sehingga, mereka bisa mengerek keuntungan setinggi mungkin.
Untuk bakpia Jogja, ada 3 bahan yang sering menjadi “korban” kecurangan pengusaha. Pertama, pengusaha nakal mengganti tepung terigu berprotein tinggi ke protein rendah. Alasannya sederhana, harga lebih murah. Padahal, bakpia yang dibuat dengan tepung terigu protein rendah akan terasa kurang kenyal dan cepat keras.
Kedua, mencampur kacang hijau murni dengan kacang tanah atau kentang tumbuk. Tujuannya adalah supaya isian bakpia terasa lebih banyak dan berat. Namun, rasanya jadi agak hambar dengan tekstur kasar. Ini jahat sekali karena kacang hijau adalah jiwa dari isian bakpia.
Ketiga, menggunakan minyak goreng curah. Secara spesifik, oknum pengusaha nakal menggunakan minyak goreng yang kualitasnya sudah menurun dan sering dipakai berulang kali. Bakpia Jogja yang digoreng dengan minyak seperti ini akan menghasilkan aroma yang tidak sedap dan meninggalkan rasa tengik.
Baca halaman selanjutnya: Bisa merusak nama baik brand.












