Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Podium

Kamu Punya Cerita Apa di Tahun 1998? Kilas Balik 25 Tahun Reformasi Melalui Seni

Saat SD, ingatan tentang Reformasi bagiku hanya sebatas demonstrasi mahasiswa di gedung yang terlihat mirip kacang hijau. Itu pun karena sering kulihat di sampul buku dan LKS PPKn.

Ripase Purba oleh Ripase Purba
29 Maret 2023
A A
Ingatan mengenai 25 tahun Reformasi

Ilustrasi Ingatan 25 Tahun Reformasi (Mojok.co).

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO- Pameran “Mengingat 25 Tahun Reformasi” di 5 galeri di Yogyakarta dibuka dengan bertahap selama hampir tiga bulan. Sebanyak 30 seniman turut serta dalam memantik ingatan sekaligus menafsir ulang peristiwa tersebut.

Siang itu langit memang sudah memberikan tanda bakal turun hujan. Hanya bermodalkan payung, saya menelusuri gang-gang kecil sekitar Kampung Kumendaman, Mantrijeron, Yogya dengan langkah sedikit lebih cepat dari biasanya. Tujuan kali ini menuju Cemeti untuk nonton pameran. Jarak tempat tinggal saya dengan galeri tidak terlalu jauh, kalau kata orang-orang “kepleset juga nyampe.” Benar saja, sesampainya di galeri hujan mulai mengguyur deras, sebuah berkah di bulan Ramadan.

Sebagai sobat kesenian yang suka datang ke acara pameran, main ke galeri sudah terasa biasa aja. Tidak lagi ada atensi dan tendensi untuk bikin foto dan video viral, apalagi dengan outfit super edgy biar terlihat matching dengan suasana galeri yang lagi banyak digandrungi.

pameran bertajuk mengingat 25 tahun reformasi
Foto pameran bertajuk “Mengingat 25 Tahun Reformasi” (Dok: Ripase N. Purba).

Sebagai informasi, pameran yang sedang saya kunjungi berada di sepanjang selatan Alun-Alun Kidul Yogyakarta. Konsepnya satu pameran tapi tersebar di beberapa galeri. Pameran itu tersebar di Cemeti-Institut Untuk Seni dan Masyarakat, Kedai Kebun Forum, Ruang MES 56, KRACK!, dan LAV Gallery. Jarak antar galeri dekat sekali, buat kamu yang tim mendang-mending, ini bisa jadi opsi nonton pameran enggak berat di ongkos: hemat bensin plus gratis.

Rangkaian pameran ini berjudul “Mengingat 25 Tahun Reformasi”. Jangan ambil kesimpulan kalau semua kontennya bermuatan demonstrasi mahasiswa dan Suharto lengser ala buku-buku sejarah di sekolah. Tentu, masih beririsan namun lebih mendetail pada sejarah yang tak terberitakan. Seniman yang berpartisipasi merespon tentang peristiwa sebelum dan setelah tahun 1998 di Indonesia. Mereka menarasikan, mengingat, mengkritisi, berkomentar dan memaknai kembali peristiwa apa yang mereka alami, saksikan, atau pun sebatas ketahui pada masa-masa itu.

Ingatan tentang ‘Krismon’

Wajah dan ingatan tentang tahun 1998 tiap orang berbeda-beda. Misalnya saya, tidak ada memori lain yang terekam selain adik yang baru lahir dan langsung mengambil privilese saya sebagai anak tunggal, dan itu menyebalkan. Terkadang informasi tentang beratnya tahun 1998 saya sering dengar dari Mamak. Ia banyak bercerita tentang sudahnya hidup di masa “Krismon” (Krisis Moneter) saat membesarkan kami berdua, apalagi dengan rumah tangga yang hanya ditopang gaji guru PNS.

Keluhan tentang masa-masa sulit itu sering disajikan bersamaan dengan hidangan masakan saat makan malam. kata Mamak, biar kami lebih banyak bersyukur. Ingatan lain tentang Reformasi muncul saat saya masih di bangku sekolah, juga hanya sebatas demonstrasi besar-besaran di gedung mirip kacang hijau yang tercetak di sampul buku PPKn.

Hadirnya pameran ini membuka cakrawala saya atas apa yang terjadi 25 tahun yang lalu. Di mana karya-karya seniman langsung merekam peristiwa, bahkan di antaranya peristiwa yang menyebabkan trauma dan berdampak dengan kehidupan di hari ini. Karya-karya yang dihadirkan pada tiga galeri yang sempat saya kunjungi antara lain lukisan, grafis, mural, zine dan didominasi instalasi.

‘Tank Merah Muda’ dan jilbab

mural berisi kutipan cerpen Raisa Kamila
Foto salah satu mural yang berisi kutipan cerpen “Cerita dari Balik Masjid Raya” oleh Raisa Kamila (Dok: Ripase N. Purba).

Mural berjudul Tank Merah Muda kolaborasi antara Zuraisa & Erdhs dengan Perkawanan Perempuan Menulis (PPM), membuat saya berhenti lama. Di tembok berukuran 87,5 x 82 cm tersebut sebuah potongan cerpen “Cerita di Balik Masjid Raya” memanggil saya untuk mengingat satu momen yang hampir sama.

Cerpen ini bercerita tentang pelajar Banda Aceh dan ayahnya yang bekerja sebagai tukang cukur rambut. Masa itu Aceh tengah ramai dibicarakan, terkait isu akan menyusul Timor-Timur untuk merdeka. Hingga pada satu hari, salah seorang pelanggan ayahnya menanyakan mengapa anak perempuannya belum memakai jilbab lalu mengaitkannya dengan mahram dan dosa. Anjuran menutup rambut kian terdengar kencang, hingga akhirnya ia diminta ayahnya membeli jilbab untuk menjaga diri dari keadaan yang tidak menentu itu. Pada akhir cerpen, diceritakan kengerian dua perempuan dicukur rambutnya secara paksa karena tidak menggunakan penutup kepala.

Di daerah yang bertetanggaan dengan lini tahun berbeda, saya juga memiliki ingatan tentang jilbab. Namun, bukan represi untuk mengenakan jilbab melainkan melepas jilbab. Kembali ke 2012, tahun terakhir saya di jenjang SMA. Teman-teman yang memang sehari-harinya berjilbab diwajibkan untuk melepasnya saat ingin setor pas foto untuk ijazah. Alasan dari pihak sekolah terkesan konyol, agar dapat dibuktikan apakah siswi bersangkutan cacat atau tidak. Selain pembuktian kalau tidak cacat, pas foto ijazah yang memperlihatkan telinga kabarnya kelak akan memudahkan siswi saat mencari pekerjaan.

Setiap kali membahas tentang penutup kepala ini, rasanya memang akan terus menjadi perbincangan yang tidak ada habisnya. Tubuh dan pilihan perempuan seolah tak boleh memilih jalan dan gayanya sendiri. Jilbab yang dulunya sempat dilarang di masa Orde Baru, kini seolah ada ketentuan semua muslimah wajib berhijab. Padahal, segala bentuk represi apapun, baik memaksa berjilbab maupun tidak berjilbab adalah bentuk dari hasrat mengontrol tubuh perempuan.

Berkas penjamin hidup aman

Surat Bukti Kewarganegaraan Indonesia, Surat Keterangan Penghapusan dari Daftar Orang Asing, Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, Kependudukan Sementara, Permohonan Ganti Nama, dokumen-dokumen tersebut disusun dalam bentuk kolase pada sebuah pigura kaca. Kumpulan berkas ini valid adanya, dan turut dipajang di ruang pameran Cemeti, karya dari seniman Meliantha Muliawan. Meliantha merekam banyak ingatan tentang sebuah koper yang sengaja disiapkan orang tuanya kalau terjadi apa-apa kepada mereka.

dokumen warga Tionghoa
Foto kolase berisi dokumen-dokumen warga Tionghoa (Dok: Ripase N. Purba).

Kerusuhan di Mei 25 tahun silam masih menyisakan banyak ingatan. Dokumen yang disebutkan di atas juga lazim disiapkan oleh WNI keturunan Tionghoa pada masanya. Dokumen lama ini menjadi saksi, bagaimana orang tua Meliantha lebih mengutamakan berkas daripada sejumlah barang penting lainnya, sebagai bukti bahwa mereka sudah patuh aturan demi menjamin kehidupan keluarga mereka di Indonesia.

Iklan

Sejumlah dokumen ini tidak berlaku selamanya, harus diperbarui setiap pergantian presiden. Ingatan 25 tahun Reformasi ala Meliantha membuka mata tentang keterjaminan hidup nyaman dan aman di negeri sendiri yang begitu rentan. Barangkali ketakutan-ketakutan itu masih membekas dan sulit memudar bagi banyak keturunan Tionghoa.

Janin berserakan di atas batu bata

Saya mengakhiri kontemplasi berkeliling pameran dengan bertandang ke galeri KRACK!. Di sana saya berkesempatan melihat karya seniman yang secara langsung bersentuhan dengan masa Reformasi dengan presentasi karya bentuk seni cetak dan instalasi. Ruang pameran di KRACK! menghadirkan karya dari empat seniman. Satu yang mencuri perhatian saya, sebuah karya dari Titarubi.

Apakah kamu ingat pernah ada penculikan aktivis 1998? Titarubi menghadirkan karya tentang aktivis yang hilang dan tidak diketahui nasibnya hingga hari ini. “Missing and Silent” merupakan sebuah instalasi yang terdiri dari susunan patung keramik berbentuk janin yang disandingkan dengan foto para aktivis yakni: Yadin Muhidin, Noval Alkatiri, Ucok M. Siahaan, Deddy Hamdun dan Abdul Naser. Janin berserakan ini ditempatkan pada kotak bercahaya di atas batu bata. Titarubi mengimajinasikan perasaan ibu-ibu yang kehilangan anaknya yang berjuang di garda depan untuk merebut demokrasi rakyat.

karya instalasi Titarubi
Foto tampak dari atas karya instalasi Titarubi berjudul “Missing and Silent” (Dok: Ripase N. Purba).

Sepulang mengunjungi  karya-karya ini, saya makin mencari tahu, melawan lupa, membuka mata, bahwa seperempat abad memang sudah berlalu, namun banyak luka lama yang tetap meninggalkan bekas. Pameran ini hanya membuka sedikit narasi, masih banyak ingatan-ingatan lain yang tercecer di luar sana yang belum terpresentasikan dalam ruang pameran melalui medium kesenian.

Jadi, kamu punya cerita apa di tahun 1998?

Penulis: Ripase Nostanta Purba
Editor: Amanatia Junda

BACA JUGA Angkringan Felix UNY: Merekam Reformasi 1998 hingga Tempat Favorit Bertengkar dengan Pacar

Terakhir diperbarui pada 29 Maret 2023 oleh

Tags: Cemetipameran seniPemilu 2024penculikan aktivis 98Peringatan 25 Tahun ReformasiReformasi 1998seni dan politik
Ripase Purba

Ripase Purba

Masih nulis tentang seni, sekarang review buku sesekali mukbang di @ripasenostanta.

Artikel Terkait

Pameran seni di Galeri Nusantara UNU Yogyakarta, anomali di tengah NU MOJOK.CO
Seni

UNU Yogyakarta Menjelma “Anomali” bagi NU Lewat “Under The Same Sun”

10 November 2024
Pameran Memetri di Jogja Bukti Menguatnya Kesadaran Melindungi Bumi dan Lingkungan MOJOK.CO
Seni

Pameran Memetri Bukan Sekadar Pameran, Sebuah Seni Menjaga Bumi

23 Oktober 2024
Beudoh Dhara, seni rupa yang menggambarkan ketakutan perempuan Aceh di bawah sistem patriarki rentan KDRT MOJOK.CO
Ragam

Beban Menjadi Perempuan Aceh: Hidup dalam Ketakutan dan Dikuasai Laki-laki, Tak Ada yang Bantu saat Kena KDRT

20 Agustus 2024
instalasi seni di nandur srawung.MOJOK.CO
Seni

Nandur Srawung Kesebelas Membawa Masyarakat Jogja Menyusuri Sejarah Seni Rupa

16 Agustus 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.