MOJOK.CO – Tahukah kamu bahwa Yamaha Mio adalah matik yang berhasil membunuh dominasi Supra Bapak dan menjadi awal kejayaan Yamaha di Indonesia?
Pada tanggal 7 Maret 2025 silam, Yamaha Motor Indonesia meluncurkan produk barunya di segmen entry level. Motor tersebut tentu saja adalah skuter matik, dan Yamaha menamainya Yamaha Gear Ultima.
Sebagaimana produk entry level Yamaha lain, Gear Ultima mengusung mesin bervolume 125 cc dengan pendingin udara. Perbedaan paling mencolok dari Yamaha Gear 125 sebelumnya, selain desain, adalah ia kini berteknologi bluecore hybrid, punya speedometer berlayar LCD, bisa dikoneksikan dengan aplikasi Y-Connect khusus trim tertinggi, dan ukuran velg-nya kini cuma 12 inci dengan profil ban tebal.
Gear Ultima, kalau saya boleh bilang, adalah Fazzio. Cuma ganti skin saja.
Ketika mendapati kabar peluncuran motor tersebut, saya merasa senang sekaligus sedih. Senang karena konsumen punya pilihan baru untuk motor matik di harga Rp20 juta, dan sedih karena saya kira feeling saya benar bahwa Yamaha pelan-pelan ingin menghapus Mio dari benak orang-orang.
Krisis ekonomi yang mengubah nasib Yamaha
Sebelum memasuki milenium ketiga, Yamaha cuma pemain medioker di pasar sepeda motor tanah air. Penguasa pasar, ya Anda benar, adalah Honda, dan Suzuki memepet secara ketat. Saat itu, nasib Suzuki belum semenyedihkan sekarang.
Kala itu, Honda sudah memantapkan diri sebagai produsen sepeda motor irit. Sementara itu, Suzuki mencitrakan diri sebagai produsen motor tahan banting.
Persamaan keduanya adalah mereka sepakat untuk mengembangkan mesin 4 langkah. Alasannya, konsumen berpikir mesin 2-tak itu tidak lebih dari senjata penghancur lingkungan belaka.
Sadar bahwa ia tak mampu mengejar ketertinggalan teknologi, Yamaha memilih untuk berfokus pada ceruk pasar kecil yang tak terlalu peduli dengan asap knalpot. Anak muda adalah target pasar utama mereka, dan begitu pula dengan penyuka akselerasi.
Maka, pada dekade 90-an, ketika Honda menjual Supra dan Suzuki menelurkan Shogun, Yamaha masih mengandalkan duo maut ini sebagai tulang punggung penjualan: Yamaha F1Z-R dan RX-King.
Kedua motor tersebut jelas fenomenal. Saat ini, sebagai barang koleksi, Yamaha F1Z-R dan RX-King punya harga jual yang cukup untuk memboyong Avanza bekas. Namun, 30 tahun lalu, keduanya sekadar penggembira di pasar sepeda motor tanah air.
Para remaja menyukai desain keduanya dan diam-diam berharap bisa memilikinya. Tapi, motor irit dan tahan banting jelas menjadi pilihan pertama orang tua para remaja itu.
Lalu, suatu peristiwa sejarah yang aneh mengubah peruntungan Yamaha selamanya
Seorang spekulan yang sampai saat itu tak terkenal mempunyai ide cemerlang untuk bermain-main dengan mata uang negara eksotis di Asia Tenggara. Pada tahun 1997, George Soros, nama spekulan tersebut, menguji peruntungannya dengan memborong mata uang Thailand dalam jumlah besar. Dia lalu melepasnya kembali ke pasar.
George Soros tahu bahwa aspek fundamental ekonomi Thailand memiliki cacat serius. Padahal, negara itu sedang menikmati pertumbuhan ekonomi yang mengagumkan. Dan spekulasinya berhasil.
Pemerintah Thailand gagal mempertahankan nilai mata uang negaranya. Ini membikin George Soros mendapat jackpot dan ekonomi seluruh kawasan ambruk.
Baca halaman selanjutnya: Motor yang pernah mendominasi Indonesia.