MOJOK.CO – Saya sedang mempertimbangkan memboyong Honda Vario 160 dan salah satu fiturnya sangat cocok untuk saya yang kaum pelupa ini.
Februari yang lalu, teman saya mengulas tiga motor sekaligus; Honda Vario 160, Honda Scoopy, dan Yamaha Fazzio. Luar biasa sekali bisa mengulas tiga motor dalam satu tulisan. Sudah begitu dia juga seorang penulis otomotif, penulis horor, pengamat sinetron, driver berpengalaman, hingga spesialis desain menggunakan Canva. Wong kok opo-opo iso. Sungguh orang yang langka.
Nah, kebetulan, saya sedang tertarik membeli motor baru. Maklum, Yamaha Mio warna kuning sudah terlalu lama menemani saya. Saatnya untuk merasakan pengalaman baru. Dan, akan sangat masuk akal apabila saya meninggalkan Yamaha untuk kemudian “kembali” ke Honda, di mana Vario 160 menyita perhatian.
Keluarga yang Honda banget
Kalau boleh agak sembarangan, saya akan menyematkan label “keluarga Honda” untuk keluarga saya. Saat ini, di keluarga saya, ada tiga varian sepeda motor dari pabrikan dari Jepang itu. Mereka adalah Astrea Grand, Supra Fit, dan Vario 125 keluaran 2015. Hanya saya sendiri yang mengendarai Yamaha varian Mio.
Astrea Grand sendiri mempunyai angka tahun 1991. Ini adalah motor bebek lawasan yang nggak mungkin dijual. Namanya saja sudah jadi barang klangenan. Kalau tidak salah Astrea Grand adalah keturunan Honda Super Cub dan dilahirkan untuk menggantikan Astrea Prima.
Sementara itu, Supra Fit yang ada di keluarga kami mempunyai angka tahun 2006. Dulu, motor ini bisa diboyong dengan banderol Rp11 juta. Supra Fit adalah salah satu motor yang sangat irit, yang saya tahu. Nah, lantaran sudah ada Vario 125, di mana saya cukup bisa menikmatinya, nggak adalah salahnya saya melirik Vario 160. Yah, hitung-hitung menggenapkan motor Honda menjadi empat biji di keluarga saya.
Ngiritnya Vario 160
Kalau membicarakan Honda, padanan kata yang muncul ada beberapa, dan yang paling umum adalah: irit. Waktu kali pertama mendengar merek varian Vario 160, saya membayangkan borosnya konsumsi BBM. Ya maklum, 160cc adalah salah satu cc besar untuk kelas matik bebek. Apalagi bodi motor ini juga seakan-akan menyiratkan kalau dia “haus” bensin.
Namun, dugaan saya nampaknya keliru. Ada dua teman saya yang bisa memberikan testimoni perihal kelebihan ini. Yang pertama tentu saja si penulis andal yang saya singgung di atas. Lewat ulasannya, dia menulis seperti ini ini:
“Saat perjalanan pulang (dari Seturan) dan sampai di SPBU Kentungan, satu-satunya yang buka 24 jam di sepanjang Jalan Kaliurang dan sekitar Gejayan, indikator bensin tetap menunjukkan angka empat bar seperti awal. Padahal saya mengendarai motor ini di kecepatan lumayan tinggi serta beberapa kali naik-turun gas ketika masuk ke gang dan banyaknya belokan, terutama di sekitar Seturan, Papringan, Nologaten atau Gowok. Untuk cc atau motor bertenaga cukup besar, konsumsi bahan bakarnya terbilang irit.”
Testimoni kedua berasal dari yang mengedit tulisan ini, yaitu redaktur Mojok dot co sendiri. Sudah tujuh bulan dia menunggang Vario 160 untuk menempuh jarak 40 kilometer rumah ke kantor PP dari Senin sampai Jumat. Katanya:
“Dulu saya naik Scoopy dan mengira kalau itu matik bebek paling irit. Ternyata, Vario 160 nggak kalah irit kalau buat saya mengingat cc-nya lebih besar,” kata sang redaktur.
“Misal, per minggu (5 hari) naik Scoopy itu dua kali mengisi bensin Rp30 ribu. Jadi, per minggu Rp60 ribu. Bisa lebih kalau perlu mampir ke rumah orang tua. Nah, kalau Vario 160, ngisi Rp55 ribu bisa buat 4 hari. Dan, sejauh ini, motor itu enak untuk dipakai jarak jauh oleh saya dengan berat badan 110 kilogram,” ungkapnya.
Vario 160 kayaknya cocok untuk kamu yang pelupa
Memang, kalau soal konsumsi bahan bakar, Honda selalu menjadi top of mind. Nah, bagaimana dengan fitur lain yang ditanamkan ke Vario 160?
Yah, kamu bisa membaca semua keterangan tentang Vario 160 di brosur online. Namun, kalau buat saya, ada satu fitur menarik. Sebuah fitur yang akan sangat berguna bagi kamu yang pelupa. Fitur yang saya maksud adalah fitur pengingat servis dan ganti oli yang muncul di digital speedometer.
Saya itu termasuk pelupa. Saking parahnya, saya sampai minta dicarikan ijazah oleh teman saya untuk dibaca. Maka, saya membaca “Allâhumma ij’al nafsî muthmainnatan, tu’minu bi liqâika wa tardlâ bi qadlâika.” Ijazah tersebut mempunyai arti: “Ya Allah, jadikan jiwa kami menjadi tenang, beriman akan adanya pertemuan dengan-Mu, dan rela atas garis yang Engkau tentukan.”
Nah, Vario 160 itu saya rasa akan memberikan ketenangan perihal kapan kudu servis berkala sekaligus ganti oli. Maklum, masih banyak orang awam otomotif di luar sana yang sulit memberi tanda di kalender perihal servis berkala. Patokan paling mudah adalah tanggal tertentu setiap bulan. Namun, apakah kamu akan tetap ingat? Apakah jarak servis sudah ideal?
Saya rasa Honda sangat memahami derita kaum pelupa ini. Oleh sebab itu, berkat satu fitur ini, Honda Vario 160 bisa melatih kaum pelupa untuk lebih bisa mengingat.
Merah-hitam Vario 160
Kalau misalnya jadi meminang Honda Vario 160, saya akan memilih warna merah-hitam. Ya, saya memilih warna tersebut karena saya adalah Juventini alias seorang fans Juventus. Saya nggak sembarangan menulis karena warna merah-hitam itu identik dengan AC Milan.
Yes, menunggangi Vario 150 warna merah-hitam akan menjadi usaha saya untuk “menduduki” AC Milan. Sebuah bentuk konkret bahwa Juventus akan selalu ada di atas AC Milan. Mungkin kamu akan mencibir pemikiran ini. Namun, bagi tifosi, tidak ada yang aneh dengan usaha meledek dengan sebuah simbol.
Hmm… bagian terakhir ini justru membuat keinginan meminang Honda Vario 160 semakin besar. Sangat menggugah membayangkan menduduki warna kebesaran Milan di jalan raya setiap hari. Semakin membuat saya penasaran. Fino alla fine! Forza Juventus!
Penulis: Moddie Alvianto W.
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Vario 160, Scoopy, Fazzio: 3 Motor Matic Paling Spesial dan analisis menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.