MOJOK.CO – Ya maaf kalau saya nggak cocok sama Yamaha XMax. Naik kayak tuan puteri, turun jadi kayak simpanse, jalannya ngangkang, nggak sadar lagi.
Sebenarnya Yamaha XMax itu sangat nyaman, canggih, dan cocok untuk touring. Namun, kenyamanan itu bukan untuk saya, ciwik-ciwik, yang ketika naik kayak princess, ketika turun kayak simpanse yang jalannya ngangkang.
Setahun yang lalu, abang saya beli Yamaha XMax. Motor yang kalau dinaikin rasanya seperti kamu naik anak gajah di Taman Safari, karena bentuk bodinya yang bohay banget.
Alasan Abang saya beli motor yang harganya Rp50 jutaan ini, karena selain bodinya yang bohay, juga karena beberapa kelebihan lainnya. Misalnya, bagasi luas, nyaman, dan fitur yang lebih optimal. Jadi, cocok banget buat touring.
Emang sih, kalau dilihat-lihat, motor ini cukup canggih dan ada power socket electric isi daya hape. Selain itu, joknya empuk, walaupun tetap saja saya nggak begitu demen sama Yamaha XMax karena bentuknya yang terlalu besar dan terkesan bantet.
Dua bulan setelah beli, abang mengajak saya touring dari Bogor ke Yogyakarta pakai Yamaha XMax. Awalnya saya sudah ragu untuk ikut karena alasan kenyamanan.
Abang saya terus merayu-rayu agar saya ikut. Dan akhirnya, saya menyerah dan mau ikut.
Singkat cerita, belum sempat jalan, motor kampret ini udah nggak berpihak sama saya. Baru mau naik saja sudah kesusahan karena bodi dan jok Yamaha XMax yang lebar.
Perjalanan lebih dari 12 jam sukses membuat selangkangan saya ngangkang dan susah rapet kayak kaki simpanse. Jadi, untuk menyiasatinya, setiap satu jam sekali saya minta istirahat. Semata-mata demi kesehatan selangkangan saya.
Ya maaf ya buat Yamaha XMax dan kalian yang suka sama motor ini. Tapi ini beneran. Selangkangan saya pegal banget. Saya sudah merasa seperti simpanse. Ketika turun dari motor, saya berjalan dengan kaki yang mengangkang (tanpa saya sadari).
Setelah melihat penderitaan saya, abang menyarankan saya untuk coba duduk miring. Setelah saya coba hasilnya sama saja, malah ketika duduk miring saya kesulitan menyeimbangkan tubuh. Gimana nggak, bokong saya hanya sepertiga lebar jok Yamaha XMax.
Dari pengalaman itu, saya merangkum beberapa kekurangan Yamaha XMax ketika dipakai untuk perjalanan jauh.
Bodinya terlalu lebar
Bodi yang lebarnya 775 mm itu bikin saya nggak nyaman. Boro-boro duduk nyaman, telapak kaki bisa menapak ke pijakan saja udah alhamdulillah.
Karena bodi yang lebar, otomatis, kaki kita juga harus menyesuaikan. Semakin lebar bodinya, semakin lebar pula kaki kita mengangkang. Makanya, Yamaha XMax nggak direkomendasikan untuk boncengin orang yang tingginya di bawah 160 sentimeter, karena kakinya belum tentu bisa menapak sampai pijakan kaki. Karena bodinya yang lebar itu juga, pinggul kita bakal relatif lebih pegal dan nggak seimbang.
Saya sempat tanya kepada abang kenapa bodi Yamaha XMax begitu lebar. Menurut penjelasan abang karena yang mendesain motor mengambil tema “bokong besar”. Alamak, pantas bentukan motornya kayak begini.
Selain itu juga, bodi motor Yamaha XMax yang terlalu bohay ini bikin nggak leluasa saat parkir. Butuh lahan parkir yang lebih luas buat markirin motor semi kapal pesiar.
Yamaha XMax ini bakal nggak leluasa menyalip lewat celah sempit ketika macet. Sumpah, ini itu bikin bete banget, sebab waktu perjalanan bakal banyak terhambat.
Yamaha Xmax lebih berat ketimbang Big Show
Siapa yang nggak tau Big Show, salah satu pegulat WWE? Tahukah kamu kalau berat badan Big Show itu 174 kilogram? Nah, berapa berat Yamaha XMax? Beratnya 179 kilogram!
Jadi, ada satu momen ketika touring ketika abang saya nggak tega lihat kaki saya pegel. Dia minta saya gantian bawa motor biar kaki bisa agak selonjoran. Dan apa yang terjadi? Oleng dong, guys. Aseli!
Yamaha XMax nggak cocok dibawa sama cewek seringan bulu. Di samping bodinya yang lebar dan berat banget, setangnya juga lumayan tinggi. Mungkin buat kamu yang badannya besar dan kuat, bakalan lebih cocok. Karena nggak leluasa dan ngerasa oleng setelah enam kilometer perjalanan, saya pun nyerah.
Nggak semua bengkel bisa merawat motor ini
Beberapa hari sebelum berangkat touring, abang sempat mondar-mandir untuk servis motor dari rumah ke dealer resmi yang jaraknya lumayan jauh. Ketika saya tanya kenapa nggak servis di bengkel yang dekat, abang bilang kalau motor ini motor canggih, jadi ngerawat motor ini nggak bisa sembarangan.
Saya pikir abang saya yang posesif sama motor barunya. Tapi ternyata penyebabnya bukan karena itu, tapi karena memang nggak semua atau jarang ada bengkel yang bisa melakukan perawatan terhadap motor kampret satu ini. Jadi, satu-satunya jalan ya hanya bisa servis di dealer resmi Yamaha XMax.
Bukan cuma itu, abang saya juga bilang bahwa spare part tergolong mahal. Entah kesambet apa abang saya beli motor yang ribet ini.
Pada akhirnya semuanya soal selera. Di luar sana saya lihat ada banyak banget yang suka sama Yamaha XMax ini. Tapi, sayangnya, nggak cocok buat saya. Ketika naik kayak princess-nya Disney, ketika turun kayak simpanse yang jalannya ngangkang, tanpa saya sadari lagi.
BACA JUGA Naik Yamaha NMax kok Belinya Gas 3 Kg? dan tulisan lainnya di rubrik OTOMOJOK.