MOJOK.CO – Dimensi SUV Fortuner dan Pajero yang besar menimbulkan perasaan kuat, gagah, dan percaya diri. Tapi, akhirnya, jatuhnya jadi arogan dan sulit diobati.
Kayaknya, saat ini, orang-orang ngawur begitu mendominasi jalan raya. Kegilaan mereka cocoknya ada di Rumah Sakit Jiwa saja, bukan di balik kemudi. Jadi, kemarin, saya tengah asik menelusuri dinamika lalu lintas di Instagram dan menemukan kasus unik yang menimpa Fortuner dan Pajero.
Sebut saja seperti unggahan @JAKARTABARAT24Jam yang mempertontonkan kasus Pier WG Abraham yang ribut di tol Jakarta-Cikampek dengan mengaku anggota TNI. Dia melakukan ini untuk membenarkan tingkah gilanya yang merugikan pengendara lain. Sudah begitu pakai plat palsu.
Peristiwa lain terjadi di Ring Road dan Gejayan Jogja. Saat itu, saya tengah membonceng adik naik motor. Tiba-tiba, pengendara Fortuner dan Pajero memotong jalur kami dengan sembarangan. Tiba-tiba saja mereka main sikat, terus geber knalpot cuminya. Semprul!
Produsen Fortuner dan Pajero sudah bekerja keras menghadirkan SUV ganteng. Namun, oknum pengendara gila menghancurkan citra mereka. Padahal, pabrikan sudah membuat branding dengan “anggun”. Keduanya adalah SUV yang capable di segala medan. Namun, oknum jahat tersebut membuatnya jadi mobil yang harus mendapat prioritas di mana saja. Biar dikira sangar, tapi jatuhnya kayak anak kecil.
Merusak citra Fortuner dan Pajero, masih menambah buruk nama institusi keamanan
Belum lama ini, seorang pengendara Pajero membuat geger Cirebon. Dia memasang strobo dan senapan mesin di kap mobil. Melansir Kompas, pada artikel yang berjudul “Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya Untuk KONTEN MEDSOS,” kekonyolan pria itu hanya didasari untuk konten belaka. Akhirnya pengendara itu diamankan polisi setempat.
Saya sendiri makin heran dengan selera dan fetish gaya-gayaan pengendara Fortuner dan Pajero di zaman ini. Mereka kok malah makin ke sini semakin meresahkan, ya. Udah pakai strobo, plat palsu, ngaku adik dari jenderal, gaya pakai mengancam disertai sepucuk pistol mainan. Sekarang malah mobilnya yang dikasih senapan. Jelas makin resah dan mengganggu.
Masyarakat awam tentu akan mengasumsikan kalau Pajero itu milik militer. Sudah begitu, arogan di jalan raya. Imbasnya, nama baik militer bakal tercoreng. Sudah meresahkan, merusak nama baik institusi pula.
Desain mobil sudah nyaman, malah memodifikasinya jadi nggak aman
Keresahan makin menjadi jika melihat “kiblat cumi-cumi mobil diesel”, misalnya di Surabaya. Parahnya, di Jogja, “virus” tersebut sudah mulai menjangkiti. Fortuner dan Pajero spek cumi-cumi darat makin menjamur. Suara bising, asap hitam pekat, dan ugal-ugalan menjadi fenomena yang bikin saya, sebagai pengendara motor, marah.
Warga, lewat Facebook dan grup ICJ-nya, konten Instagram dan tiktok menjadi wadah menumpahkan amarah. Pengendara arogan itu berkendara seakan-akan jalanan milik nenek moyang mereka. Belum lagi budaya “balapan” kedua mobil itu. Hmmm. Nambah beban polisi yang hari ini masih sibuk berkutat dengan tindak kriminal jalanan.
Apalagi, saya kerap menemui Fortuner dan Pajero menjadikan Ring Road Jogja sebagai tempat adu kecepatan. Seolah jalanan itu adalah sirkuit balap. Suara kencang dan asap mengepul menjadi pandangan khas saat mobil cumi ini adu mekanik.
Mobil yang auranya memaksa pengemudi untuk bersikap arogan
Sempat suatu sore, di salah satu kafe daerah Condong Catur saya bertanya pada teman. Kebetulan dia pernah menggunakan mobil spek cumi-cumi. Sebut saja namanya Bang Hun (21). Dia menjelaskan suasana di balik kabin itu rasanya ingin terus menginjak pedal gas. Semakin tebal asap, seolah-olah ada rasa puas yang aneh.
“Belum lagi kalau mendengar raungan mesinnya, Mas. Waaah! Bikin mabuk kepayang,” ujar Bang Hun.
Bahkan di Mojok, pada artikel “Toyota Fortuner, Mobil yang Memancarkan Aura Kesombongan dan Membuat Pengendara Lupa Diri Sesaat,” diceritakan memang pesona dari Fortuner dan Pajero itu kadang bikin lupa diri.
Penulis menjelaskan bahwa Pijakan gas Fortuner dan Pajero ini mirip kendaraan diesel besar. Pedal gasnya terasa berat, tapi pendek, sehingga menginjaknya beberapa milimeter saja tahu-tahu sudah di kecepatan 80 km/jam. Sudah begitu bentuk bodi besar Fortuner dan Pajero membangun suasana tidak sadar kalau berada pada kecepatan tinggi.
Psikologi yang dirasakan pengendara Fortuner dan Pajero
Sesuai kata teman saya sekaligus penulis dari artikel Mojok, bahwasanya kondisi unit mobil SUV Pajero dan Fortuner memang menjadikan pengemudinya seolah berada pada tempat yang “gagah”. Bodi bongsor, posisi duduk tinggi, dan kubikasi mesin yang bertenaga menjadikan mobil ini proper untuk aura gagah.
Sri Wulandari, seorang psikolog klinis, dalam artikel yang diterbitkan inilah.com dengan judul, “Pengendara Fortuner-Pajero Dicap Arogan, Psikolog: Dimensi Mobil Bisa Memengaruhi Perilaku,” menjelaskan mengapa arogan itu terjadi pada pengendara.
Dia berpendapat bahwa umumnya stereotip arogan ini lekat dengan ukuran kendaraan yang cenderung tinggi, lebar, dan tampilan yg intimidating. Dimensi kendaraan yang demikian menimbulkan perasaan kuat, gagah, dan percaya diri. Sedikit banyak ini akan mempengaruhi sikap seseorang dalam mengemudi. Dia mungkin merasa lebih utama dibanding pengguna jalan lainnya atau seolah berhak untuk mengambil lebih banyak space di jalan yang dilalui.
Berangkat dari hal tersebut, saya berpikir bisakah stereotip arogan bisa hilang dari Fortuner dan Pajero? Entahlah. Biar sang aspal yang akan memberikan jawaban bila sudah waktunya. Saya hanya berpesan, tolong jangan ganggu rakyat kecil dengan gaya, cara berkemudi, dan sikap yang absurd kalian. Mari kita jaga kedamaian lalu lintas negeri tercinta ini.
Penulis: Wachid Hamdan Nur Jamal
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya dan pengalaman menggemaskan lainnya di rubrik OTOMOJOK.