Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

PHP Indonesia: Kemerdekaan yang Kosong

Nurhady Sirimorok oleh Nurhady Sirimorok
20 Agustus 2015
A A
PHP Indonesia: Kemerdekaan yang Kosong

PHP Indonesia: Kemerdekaan yang Kosong

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

PHP paling epik di negeri ini selalu muncul di seputar tujuhbelasan. Setiap tahun, sejak bendera-bendera mulai dipasang di halaman kantor kelurahan, mereka selalu bilang begini: “tugas generasi muda adalah mengisi kemerdekaan”. Ada yang pakai spanduk, poster, atau yang langsung ceramah di depan hidung kita. Sasarannya jelas, mereka berseru kepada generasi muda. Dan semua orang tahu, banyak di antara ‘generasi muda’ itu adalah jomblo atau rentan jomblo.

Artinya, para jomblo diwarisi sesuatu untuk diisi, dengan kata lain, diserahi ‘kekosongan’. Kekosongan ini bisa macam-macam, gak perlu googling, bisa rumah kosong, tanah kosong, atau …… (isi sendiri) yang masih kosong.

Semua orang juga tahu, apa-apa yang kosong selalu jadi rebutan, ehm.. Dan kalau yang kosong itu sebuah negeri yang kaya raya, jadinya bukan Rangga yang menang, tapi Si Borne.

Jadi jangan heran kalau Indonesia tak selesai-selesai dirampok dengan gaya hukum rimba. Saban tahun seruan mengisi-kekosongan itu diputar ulang, sudah puluhan tahun. Mungkin tahun depan masih ada kalimat itu, mencoba mengingatkan lagi para generasi muda: Ingat, Nak, Indonesia masih kosong!

Sudah berlapis-lapis generasi jomblo ketemu PHP model beginian, saban tujuhbelasan menjanjikan tanah kosong bernama Indonesia kepala generasi muda. Bayangkan sendirilah apa yang terjadi setelah berpuluh-puluh tahun.

Korbannya mungkin sudah sebanyak antrian pendaftar Indonesian Idol digabung antrian lomba-lomba semacamnya—setiap tahun. Salah satu korbannya kawan saya.

Ceritanya begini (cieee, mau curhat nih), waktu kawan itu dengan semangat menggebu dan tekad baja ala jomblo mau mengisi kemerdekaan, ia mendapati bahwa tempat yang diinginkannya sudah penuh. Semua tempat yang cakep-cakep sudah digondol kerabat dan handai taulannya orang-orang pengusung hukum rimba—hukum rimba inilah (bukan manusia) bos dari bos dari bosnya para PHP. Kawan saya terpental. Ia menolak jalan hukum rimba.

Kawan itu tahu, begitu juga banyak orang lain, siapapun yang maksa mau mengisi kemerdekaan dengan mengganti hukum rimba, kau pasti akan kecewa. Atau kau tidak akan sempat kecewa karena sudah disekolahkan—siapa sih yang suka disekolahkan.

Tapi rupanya para jomblo waktu itu tak mau menyerah begitu saja, jalan satu-satunya adalah mengganti hukum rimba. Kawan itu ikut bergabung. Mereka berusaha mengisi kemerdekaan dengan melawan hukum rimba. Tapi kalian pasti sudah tahu, sejarah belum bisa memenangkan mereka, dan hukum rimba masih berlaku.

Setelah itu saya kadang mendapati sang kawan mengutip kalimat terakhir novel pertama Tertralogi Buru-nya Bung Pram, sambil terus bertanya-tanya, apalagi yang tersisa untuk diisi? Pantai-pantai sudah atau sebentar lagi dipenuhi perumahan mewah, deretan hotel, rumah pejabat, orang kaya, dan sampah. Gunung-gunung juga sudah disewakan, sekalian dengan hutan-hutannya. Laut-laut sudah kehabisan ikan. Sungai-sungai kering kerontang.

Tapi ia juga melihat orang-orang tersudut di pinggir-pinggir kota. Desa-desa, kalau tidak segera digusur, berarti sudah tidak punya cukup sumber daya yang bisa bikin makmur orang sekampung.

Ia lalu berpikir, satu-satunya peluang yang tersisa, baginya dan sebagian jomblo sezamannya, adalah menjadi petugas kebersihan. Maka jadilah mereka membersihkan sisa-sisa pesta pora perampasan ala hukum rimba. Mereka bekerja untuk orang-orang yang digusur dari hutan dan pesisir, dari kota dan desa. Mereka juga membereskan sisa kerusakan dari perayaan potong hutan, serta perhelatan keruk tanah dan laut. Itulah cara mereka mengisi kemerdekaan—yang memang sudah kosong.

Lantas mereka dibayar apa? Saya yakin kalian semua sudah tahu jawabannya—atau bisa tanya ke kepala suku Mojok.co kesayangan kita semua. Tapi satu hal yang penting, kawan saya itu, juga kawan-kawannya, telah berjumpa PHP paling epik di negeri ini.

Membayangkan kisah kawan itu—kawan imajiner saja sesungguhnya, saya jadi mengkhayal lagi, jangan-jangan para PHP itu mau bilang, “tugas kalian generasi muda adalah mengisi kemerdekaan, sebab kami sudah mengosongkannya.”

Iklan

Tapi, saya tak perlu galau berkepanjangan. Jomblo-jomblo masa kini sudah jauh lebih well-informed, well-connected, dan well-experienced sehingga kedap-PHP. Bayangkan apa yang terjadi ketika mereka berhadapan dengan seruan usang nan epik itu dari para Pemberi Harapan Palsu.

Terakhir diperbarui pada 1 November 2018 oleh

Tags: 17 Agustus 1945Indonesia merdekaKemerdekaan Indonesia
Nurhady Sirimorok

Nurhady Sirimorok

Artikel Terkait

Bendera One Piece dilarang berkibar saat HUT RI ke-80. MOJOK.CO
Aktual

Pejabat Negara Lebay Saat Merespons Fenomena Bendera One Piece, tapi Biasa Saja Ketika Logo HUT RI 80 Bermasalah

4 Agustus 2025
Sukarni: Soekarno-Hatta, Rengasdengklok, & Lahirnya Sebuah Republik
Video

Sukarni: Soekarno-Hatta, Rengasdengklok, & Lahirnya Sebuah Republik

14 Agustus 2022
Bagaimana Kita Diperdaya dengan Hoaks Dijajah Belanda selama 350 Tahun
Esai

Bagaimana Kita Diperdaya dengan Hoaks Dijajah Belanda selama 350 Tahun

22 Januari 2022
Bendera Merah Putih Indonesia Kurang Punya Ciri Khas Skandal Bendera Merah Putih di Piala Thomas Bikin Legenda Bulu Tangkis Turun Gunung mojok.co
Esai

Bendera Merah Putih Indonesia Kurang Punya Ciri Khas

14 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.