Brodin, yang berkarir sebagai Guru Besar di Padepokan Tiga Lima, pernah tercatat sejarah berkelit dari pertanyaan salah seorang muridnya. “Pak Bro, bagaimana caranya agar saya tidak kehilangan keperjakaan?”
Mendapatkan lemparan pertanyaan aneh dan melampaui jamannya itu, Brodin lantas memutar-mutar jambang dengan jari-jemarinya, seolah ia sedang berpikir keras. Mata kirinya berkedip tiga kali. Itulah saat-saat ia biasanya mendapatkan ide cemerlang. Semua murid terdiam. Hening. Suara Brodin yang serak-serak basah lantas terdengar. “Hmmm, saya pikir, dik Nody Arizona yang lebih cakap menjawab pertanyaan ini. Ia jelas perjaka ting ting. Belum pernah punya pacar. Dan tentu saja, belum pernah hohohihe…”
Sebagai murid paling senior di padepokan, saya menjalankan amanat Pak Bro dengan sebaik-baiknya. Saya membagikan beberapa tips berdasarkan pengalaman selama 27 tahun bergulat mempertahankan keperjakaan. Sebagai pelengkap, saya tambahkan juga data penelitian yang saya ajukan sebagai prasyarat memperoleh gelar sarjana. Judulnya, “Seluk-beluk Mempertahankan Keperjakaan dalam Perspektif Saya Sendiri”. Harapannya, supaya adik-adik di padepokan, generasi harapan mertua, terselamatkan keperjakaannya.
Saya memandang Pak Bro terlebih dahulu sebagai tanda meminta persetujuan. Ia memain-mainkan jambangnya lagi sambil berangguk-angguk sebagai pertanda memberi sila.
Begini adik-adik, menjaga keperjakaan itu ada tiga syarat utamanya, kataku mulai menjelaskan.
1. Hindari Berpacaran!
Tiga dari sepuluh lelaki yang telah kehilangan keperjakaannya mengaku berhubungan badan dengan pacarnya. Jadi menghindari berpacaran merupakan syarat paling utama agar keperjakaan adik-adik tetap melekat. Salah satu cara paling jitu untuk menjaga keperjakaan yaitu dengan ikut organisasi kepemudaan yang dalam AD/ART-nya melarang anggotanya berpacaran. Jika rapat pun organisasi semacam ini biasanya memisahkan antara lelaki dan perempuan.
2. Waspadai Bujuk-rayu Dita!
Dua dari sepuluh lelaki yang kehilangan keperjakaannya mengaku, keperjakaannya hilang terrampas oleh Dita. Ya, Dita, nama sebenarnya, singkatan dari “di tangan”. Cara mengatasi ini adalah menahan diri sekuat-kuatnya dari godaan Dita dalam keadaan apapun dan di mana pun. Yakinkan diri adik-adik, jika kamera CCTV itu ada di mana-mana terlebih saat berada di kamar mandi.
3. Berpegang Teguhlah pada Kitab KBBI!
Masih berdasarkan data skripsi saya, lima dari sepuluh lelaki yang pernah hubungan badan mengaku sama sekali tidak kehilangan keperjakaannya. Mereka yang seperti ini memiliki kecenderungan mendapatkan nilai baik dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Setidaknya, mereka pembaca rajin KBBI.
Perjaka dalam KBBI memiliki arti, “laki-laki yang belum berumah tangga”. Tak ada sangkutpaut lelaki dengan konsep “kesucian”, sebagaimana melekat pada kata “perawan” yang pengertiannya, “belum pernah bersetubuh dengan laki-laki atau masih murni.” Mereka yang sejenis ini tak perlu lagi kiat khusus mempertahankan keperjakaan. Sebab, bagi mereka prinsipnya, kawin berkali-kali dan keperjakaan tak pernah pergi.
Begitulah adik-adik, kiat mempertahankan keperjakaan sampai usia 27 tahun. Jika telah lebih dari 27 tahun, bahkan sehari sekalipun, kiat ini tidak manjur lagi.