Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Malam Jumat

Cerita Horor Genderuwo Suka Ngerokok di Atas Gedung Film

Maureent Sengjowah oleh Maureent Sengjowah
16 April 2020
A A
Cerita Horor Genderuwo Suka Ngerokok di Atas Gedung Film MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Cerita horor ini terjadi di rumah saya. Sebuah rumah yang dahulu menjadi bagian dari gedung film. Sebuah gedung yang ternyata dihuni genderuwo yang suka merokok.

Cerita horor ini terjadi di rumah saya…

Jadi, rumah yang ditempati orang tua saya sekarang itu dulunya bagian dari gedung film. Lorong bagian samping yang sekarang jadi garasi dan ruang tamu dulunya tempat penjualan karcis. Sementara itu, terusan dapur dulunya kamar pengoperasian film, lalu halaman belakang merupakan teater utama tempat pemutaran film.

Gedung film tersebut adalah hasil usaha dari kakek bersama temannya. Setelah kakek meninggal dan tidak ada yang cakap meneruskan usaha itu, maka gedungnya ditutup.

Yang tersisa dari renovasi dan tidak berubah sampai sekarang cuma tembok tinggi tempat layar pemutaran film. Temboknya memang tinggi dan karena itu pula orang tua saya nggak pernah berniat merobohkannya. “Halah, buat pagar belakang rumah.” jawab orang tua saya.

Sebuah kesalahan, Bung dan Nona. Tembok itu jadi tempat favorit buat nongkrong genderuwo.

Jadi, di belakang tembok itu ada tanah kosong sekitar 2 sampai 3 meter yang pernah dibiarkan begitu saja. Tanah kosong itu lantas ditutup menggunakan pagar oleh tetangga dan dipinjam untuk memelihara ayam.

Kalau mau lewat dan naik ke atas tembok itu bakalan ribet banget. Udah ngelewatin pagar, lewatin ayam-ayam yang ceriwisnya minta ampun, dan terakhir naik tembok yang butuh lebih dari satu tangga.

Udah ya dari sini fix, orang nggak ada kerjaan pun bakal males naik-naik ke atas sana. Pemandangannya cuma pabrik. Kalau jatuh, mampus pula, malah jadi temennya genderuwo di sana.

Kejadian di cerita horor ini terjadi ketika saya masih kecil, mungkin SD kalau nggak awal-awal SMP. Pak Is (adiknya kakek yang paling bontot) sering main ke belakang rumah. Beliau suka menyapa tetangga di bagian belakang, ngopi atau main gaple sama pegawai dari Pengairan. Orangnya memang ramah.

Cuma, Pak Is ini biasanya ndablek. Kalau udah kelewat malam, dia males muter ke depan tapi pulang lewat pintu halaman belakang yang terletak di samping tembok layar tadi. Dia akan ngelewatin pekarangan tak berpenghuni yang isinya itu bambu kuning, bunga melati, kamboja, pohon kelapa, pisang, serta mangga.

Udah kayak tempat uji nyali, kan? Lokasi yang cocok banget jadi latar tempat cerita horor.

Kalau saya demitnya, Pak Is udah saya bikin klenger itu. Manusia lucknut, udah sendirian masih berani-beraninya masuk kandang enemy.

Oh iya sedikit tambahan, permukiman tempat kami tinggal memang “begitu”. Jadi yang depan menghadap jalan, sedangkan yang belakang menghadap sungai. Pintu halaman belakang tadi letaknya di sebelah kiri dan terpisah dari tembok layar, di depan pekarangan yang isinya udah saya jelasin tadi.

Iklan

Kembali ke Pak Is….

Pak Is ini suatu kali berhenti bersikap sok asik dan sok pemberani setelah ketemu genderuwo yang sering nongki di atas tembok layar sambil rokoan.

Dari jauh, bentukannya kayak orang lagi ngerokok biasa. Karena sering menampakan diri setelah petang, jadi cuma keliatan rokok sama kepulan asapnya aja. Anak senja banget ini genderuwonya.

Kenapa saya bisa tau?

Sebenarnya saya nggak sengaja pernah ngeliat genderuwo itu Ketika buang sampah dan ketika nutup pintu belakang rumah. Selebihnya nggak pernah.

Sehabis maghrib, sebagai anak baik, kerjaan saya cuma rebahan aja. Cuma saat itu, saya udah ngira itu bukan manusia. Jadi ketika Pak Is ini bikin geger dengan cerita horor pertobatan dari “anak kelayapan” menjadi “anak rumahan”, saya sebenarnya udah tau alasannya.

Ternyata dugaan saya benar. Suatu kali ketika main ke rumah, Pak Is ini memberikan wejangan ke saya, “Dek, kalau pas ke belakang, sorean atau habis maghrib gitu, terus lihat ada yang kayak ngerokok di atas tembok, pintu rumah langsung ditutup aja, nggak usah main ke belakang. Di dalem rumah aja.”

“Ada yang ngerokok pak? Oh nggih, saya nggak main ke belakang kok.” jawab saya sambil pura-pura pasang wajah kaget.

“Ibu sama bapakmu dikasih tau juga, pokoknya kalau ada, mending masuk rumah aja. Ndak usah aneh-aneh.”

“Inggih, ada apa sih pak?”

Saya masih mencoba mencari tahu. Pikir saya kala itu, masa udah diapa-apain masih diem-diem aja. Speak up lah, gantian si demit dighibahin, kek. Lemah amat jadi human.

“Yang ndek situ jahat dek. Hati-hati aja,” suara Pak Is melemah.

Nah loh, maksud saya itu nggak gini bapak, ceritain jeleknya aja, bukan kasih tau kelakuannya gimana. Karena yakin cerita horor Pak Is bakal terlalu mengerikan, saya segerakan diri untuk masuk ke kamar. Malah orang tua saya yang jadi pendengarnya.

Tapi memang bejonya saya aja sih, saat kebelet dan hendak ke kamar mandi, ternyata Pak Is ini belum selesai bercerita dan saya malah mendengar bagian yang paling epik dari cerita horor ini. Simak baik-baik:

Pak Is mulai bagian paling epik dari cerita horor ini dengan:

“Hiii! Amit-amit. Jangan sampai kalian ngalamin!”

Lalu, dia melanjutkan:

“Badanku ini kayak dikasih beban, berat banget sampai nggak kuat berdiri, tiap jalan udah mau ambruk aja. Kok kaki ini, lho, tiba-tiba kayak nempel di tanah, nggak bisa gerak, tak angkat aja nggak bisa. Nafas itu udah mulai ngos-ngosan, sangking beratnya. Pikirku udah mati ini, pasti mati ini….”

“Berani nggak berani ya tetap tak paksakan buat nengok ta.”

“Lha kok pas tak lihat, yang di atas itu (hantunya), tiba-tiba ke bawah, kayak ngerangkak turun dari tembok, tapi cepet banget. Pas tiba ndek tanah, ukurannya ini jadi kayak separuhnya tembok, lebih mungkin. Guede hitem gitu. Wes gliyeng ae aku.”

“Ealah yang paling ngenes itu kok ya dia jalan ke arahku. Terus pas jalan itu, tanah berasa getar. Dem…dem…dem…modelannya kayak orang marah atau ngamuk gitu. Hmm, kapok, pikirku kapok tenan iki, Gusti. Pas ndek depanku dia ini kayak melotot sambil geram. Jaraknya itu paling tinggal selangkah aja. Aku udah bener-bener koploh banget waktu itu. Terus lha kok dia malah ngomong, suaranya gede banget.”

“Nyapo Koe Rene!”

Setelah Pak Is berhenti bicara, tiba-tiba aroma rokok kretek lewat di hidung saya….

BACA JUGA Setan Kepala Manusia yang Berjatuhan dari Pohon Sukun atau tulisan bau menyan lauinnya di rubrik MALAM JUMAT.

Terakhir diperbarui pada 16 April 2020 oleh

Tags: cerita hororgedung filmGenderuwohantu perokokrokok kretekrumah hantu
Maureent Sengjowah

Maureent Sengjowah

Artikel Terkait

Toko Buah Horor di Sudut Kota Jogja MOJOK.CO
Malam Jumat

Toko Buah Horor di Sudut Kota Jogja: Tentang Sosok Hantu Perempuan yang Muncul dari Tempat yang Tidak Terduga

22 Mei 2025
Asrama Horor di Sudut Magelang MOJOK.CO
Malam Jumat

Asrama Horor di Sudut Magelang: Tentang Bisikan Dingin yang Tidak Terjawab

6 Maret 2025
malioboro, rumah hantu.MOJOK.CO
Catatan

Setan Malioboro Tak Dibelenggu di Bulan Puasa, Malah Saking Seramnya Bikin Atheis Nyebut Nama Tuhan

3 Maret 2025
Horor di Stasiun Tugu Jogja: Semakin Dicari Sisi Logisnya, Semakin Seram Ceritanya.MOJOK.CO
Ragam

Horor di Stasiun Tugu Jogja: Semakin Dicari Sisi Logisnya, Semakin Seram Ceritanya

14 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.