Dalam dunia yang serba cepat, penuh tuntutan, dan ketidakpastian seperti sekarang, pertanyaan tentang apa itu kebahagiaan menjadi semakin relevan. Kebahagiaan bukan lagi sekadar soal senyum atau tawa sesaat. Ia adalah soal makna. Dan ketika membicarakan makna, mau tak mau kita menyentuh dua ranah yang sangat dalam: agama dan negara.
Di episode PutCast kali ini, Kepala Suku Mojok berbincang dengan tamu spesial: Afthonul Afif, seorang penulis dan peneliti yang banyak menyoroti persoalan psikologi dan kesehatan mental. Dalam obrolan santai nan dalam, mereka membahas bagaimana tindakan memaafkan bukanlah perkara sepele, serta mendalami definisi kebahagiaan dari sudut pandang filsafat dan spiritualitas.
Banyak orang sering mengartikan kebahagiaan sebagai kesenangan sesaat. Padahal, kebahagiaan sejati menuntut pemenuhan kebutuhan dasar sekaligus kehadiran makna dalam hidup. Mereka juga menyoroti fenomena anak muda yang justru makin cemas meski terlihat “bahagia” di media sosial, serta kontradiksi indeks kebahagiaan Indonesia yang rendah di tengah angka pernikahan yang tinggi.
Tak kalah menarik, mereka juga membahas agama sebagai ruang penyembuhan psikologis. Misalnya, konsep taubatan nasuha yang menurut Afthonul adalah bentuk terapi emosional. Sayangnya, belum banyak dimaknai secara psikologis.
Seperti apa keseruan dan kedalaman obrolan antara Kepala Suku Mojok dan Afthonul Afif?
Tonton selengkapnya hanya di kanal YouTube Mojok. Siapa tahu, kita justru tersadar: jangan-jangan, kita tidak bahagia karena terlalu sering memikirkan kebahagiaan itu sendiri.