MOJOK.CO – Sebagai seorang musisi yang mengandalkan motor sebagai satu-satunya alat transportasi, maka memilih motor yang cocok, tak bisa dipikir dua kali.
Tulisan ini timbul dari rasa gelisah saya melihat teman-teman musisi yang mengendarai sepeda motor di sekitar saya. Tergabung di sebuah komunitas musik, saya mau tidak mau jadi memperhatikan bagaimana setiap orang di sana membawa instrumennya masing-masing untuk bekerja. Dari perhatian berlebih ini (hayo, pembaca ada yang mau saya perhatiin juga?), kemudian muncul pertanyaan: sebenarnya motor apa sih yang paling cocok untuk para musisi?
Begini. Ada teman saya seorang pemain kendang sunda; Andra namanya. Nah, si Andra ini membawa kendangnya menggunakan Yamaha Force 1. Untuk membantu imajinasi Anda dalam membayangkan perjuangan blio, satu set kendang itu beratnya bisa sampai 20 kg dan terdiri atas minimal tiga kendang: satu kendang indung (besar) dan dua kendang anak. Dengan pikiran positif bahwa Anda cukup paham ukuran kendang, coba bayangkan kendang itu Anda masukkan ke dalam tas dan gendong sembari membawa Yamaha Force 1.
Atau saya sendiri misalnya. Saya biasanya bekerja dengan membawa dua tas: satu tas berisi gitar dan satu tas berisi efek gitar berukuran sekitar 40x45x30 cm. Berbekal SupraX 125, gitar yang saya gendong dan efek yang saya selipkan di antara kaki selalu sukses membuat saya ngangkang sepanjang perjalanan dengan punggung yang lumayan tegang. Belum lagi kalau membawa tas tambahan untuk keperluan kostum. Duh, jadi iri dengan yang membawa mobil dan bisa ngelus-ngelus kepala pacarnya sembari nyetir.
Kembali ke persoalan motor untuk para musisi, tentu faktor terbesar yang menentukan idealnya adalah kerangka motor tersebut. Apakah motor itu memiliki ruang yang cukup untuk instrumen yang kita bawa?
Berdasarkan struktur anatominya, saya membagi motor ke dalam tiga klasifikasi: 1) motor bebek (keluarga Supra, Revo, Jupiter MX, semacamnya), 2) motor matic (keluarga Vario, Scoopy, Mio, semacamnya), dan motor lakik (keluarga Mega Pro, Pulsar, dan semacamnya).
Nah, di antara tiga klasifikasi itu, saya rasa motor matic adalah motor paling “ramah” untuk kaum musisi.
Kelebihan terbesar motor matic yang bisa digunakan oleh musisi adalah ruang di sela kakinya. Kelebihan ini tidak dimiliki motor bebek yang ruang di sela kakinya sempit, apalagi motor lakik yang ruang kakinya diganti tangki bensin segede gaban itu. Ruangan di sela kaki ini lah yang kerap membantu para musisi untuk menaruh instrumen musik/efek dan aksesoris lainnya tanpa harus mengorbankan keseimbangan berkendara dengan berlebihan.
Kebanyakan, ruangan inilah yang sering digunakan menjadi tempat utama instrumen seperti bas, gitar, keyboard atau snare drum. Penempatan ini membuat pengendara seolah-olah memeluk instrumennya. Memang kesannya terlalu drama, tapi ini penting.
Di antara banyak motor matic yang tersedia, saya menobatkan Yamaha Soul GT 125 sebagai yang paling cocok untuk para musisi. Alasannya juga sama: ruangan di sela kaki lebih luas dibanding Vario, Scoopy, atau pun NMAX. Alhasil, instrumen yang dibawa menggunakan hardcase (koper tebal seperti peti mati) juga bisa masuk, dengan catatan ukurannya standar dan instrumennya seukuran gitar dan bas ya.
Di sisi lain, ruangan sela kaki pada Vario dan Scoopy umumnya hanya sanggup menampung instrumen dengan balutan softcase. Seorang teman saya bahkan sampai membawa instrumennya ke dealer ketika membeli motor baru. Tujuannya ya itu tadi: hanya untuk melihat apakah motor yang akan dibelinya bisa memuat instrumennya atau tidak.
Khusus Scoopy, saya rasa motor ini kurang cocok digunakan musisi apabila Anda adalah musisi rock. Rasanya ganjel gitu nggak sih kalau melihat rocker bawa Scoopy? Kayak ngelihat Young Lex tiba-tiba bikin lagu bagus dan mendidik: nggak ada yang salah, tapi rasanya ganjel aja.
Untuk motor bebek, sebenarnya area di sela kaki bisa digunakan juga untuk menaruh instrumen, seperti yang kadang saya lakukan kepada SupraX saya. Tapi, karena gundukan yang motor bebek punyai, instrumen yang saya taruh di sela kaki menjadi lebih tinggi dan seringkali menutupi pandangan dan mengharuskan saya untuk menyetir dengan agak condong ke kanan atau kiri demi visual jalan yang lebih jelas. Tak jarang juga posisi ini kerap membuat badan pegal dan motor susah belok.
Pesan saya, motor lakik macam Mega Pro tidak usahlah dibeli. Menang keren saja, fungsinya tidak banyak untuk para pembawa instrumen musik. Ruangan untuk menaruh instrumen musik hanya ada di punggung Anda alias menggendong sendiri. Dengan posisi tubuh yang menunduk dalam berkendara, tentu sedikit merepotkan untuk membawa instrumen di punggung. Sudah bagi musisi yang masih punya motor lakik, jual saja dengan harga murah ke saya. Hmm.
Terakhir, berikut panduan singkat para musisi untuk memilih motor idamannya:
Gitaris dan basis
Karena biasanya para pemain gitar atau bas setidaknya membawa dua tas berisi gitar dan efek, maka selain motor matic, motor bebek juga masih cocok. Dengan catatan, efek yang dibawa tidak terlalu besar. Apalagi Bursa Efek, wah kebesaran.
Keyboardis
Apabila harus membawa alat sendiri, maka motor matic adalah pilihan yang paling saya rekomendasikan. Ruangan lebar di sela kaki bisa digunakan untuk menaruh keyboard dengan leluasa. Apabila membawa stand keyboard, instrumen bisa dibawa menggunakan softcase dengan cara digendong. Jok motor matic yang lumayan lebar juga membuat keyboard yang digendong bisa lebih stabil.
Apabila membawa keyboard dengan jumlah lebih dari satu, motor matic juga masih bisa menampungnya. Tapi, harus ada dua loh motor matic-nya. Hehehe. Nitip gitu. Hehehe.
Drumer
Biasanya drumer hanya membawa snare dan beberapa cymbal, yah cukup lah dengan motor apa saja. Yang penting motor sendiri, bukan motor keluarga Cendana. Bisa panjang urusannya.
Vokalis
Koe ki mung modal cangkem, tulungano koncomu sing nggowo alat akeh kae lho!
Pemain Gamelan
Minta transport sewa truk atau pick-up ke panitia, jangan suka menyiksa diri plis.
Kesimpulan: Beli mobil saja.