MOJOK.CO – Menonton konten Deddy Corbuzier di Youtube itu saya kok jadi ge–er disapa dengan panggilan “smart people” ya? Yawla, ternyata saya nggak segoblok itu.
Salah satu hal yang menarik sekaligus nggatheli dari perilaku sekelompok netizen Indonesia adalah bagaimana cara mereka menarik kesimpulan. Misalnya, saat mengikuti Ustaz Tengku Zulkarnain di Twitter, maka netizen akan memberi vonis auto cebong kepada Anda.
Padahal tidak melulu begitu. Jujur, saya adalah orang yang haus akan hiburan gratis juga senang melihat orang keblinger bertingkah, dan dua hal tersebut tersedia pada akun beliau.
Di luar daripada cebong, kampret dan sederet urusan politik, Ustaz Tengku adalah orang yang selalu berhasil memberikan lawakan segar dan lihai membuat perut siapa pun terguncang. Maka, memilih untuk menjadi pengikutnya adalah keputusan yang tidak buruk-buruk amat.
Netizen pekok semacam itu mudah kita temukan di seluruh media sosial, seperti jamur di musim penghujan ia gampang sekali tumbuh dan berlipat ganda.
Selain Twitter dan Facebook, Youtube menjadi penyedia populasi terbesar spesies netizen ini, dan mulut orang yang terlampau sering mendengungkan jargon “Youtube… Youtube lebih dari tivii boooom..” rasanya perlu kita sumbat dengan sampah.
Saat ramai-ramai kasus pertengkaran Lucinta Luna dan Deddy Corbuzier, seorang teman Facebook saya membagikan tautan dari youtube berisi video klarifikasi dari Deddy Corbuzier dengan ditambahkan kepsyen berbahasa sunda yang jika diterjemahkan kira-kira begini:
“Saya sudah cukup lama menjadi subscriber chanel Om Daddy, sebagai seorang smart people kita harusnya bisa menilai bahwa kasus ini bukan hasil setingan.”
HAH? SMART PEOPLE? APAAN TUCH~
Saya segera mengetik kata kunci smart people di mesin pencari dan satu-satunya keterangan yang bisa diambil dari sekian banyak informasi adalah “sejumlah besar orang yang tinggal dalam wilayah yang sama dan memiliki budaya yang relatif sama yang dapat memahami tentang manfaat dan kegunaan sarana infrastruktur yang telah disediakan oleh pemerintah di lingkungannya masing-masing.”
Hmmm, definisi yang terlalu njelimet dan tidak ada hubungannya dengan konteks ini. Untuk meluruskan duduk perkara saya segera kembali ke Facebook dan membuka tautan itu.
Woow, terkejut. Di menit-menit awal video itu Deddy Corbuzier menyapa penonton dengan, “Hallo Smart People.”
Sebagai seorang yang juga menonton konten itu saya kok jadi ge-er disapa dengan panggilan tersebut. Jangan-jangan selama ini kebodohan saya yang sudah mendarah daging ini cuma pura-pura doang? Haduh, Om Deddy Corbuzier ini bisa saja gombalnya, xixixi
Perlu saya katakan bahwa Deddy Corbuzier merupakan orang yang kritis dan peduli terhadap tontonan televisi di Indonesia. Coba aja ketik di kolom pencari dengan kata kunci “kritik Deddy” maka akan muncul banyak sekali. Coba bandingkan dengan kata kunci “kritik Sule” atau “kritik Tukul” misalnya, wah perbandingannya kayak Real Madrid sama Persatuan Sepak Bola Jember Utara.
Setelah membedah beberapa video dan banyak komentar di channel Deddy Corbuzier selama hampir satu jam, akhirnya saya menemukan satu keterangan yang sudah pasti valid alis teruji kebenarannya.
SMART PEOPLE adalah julukan yang bisa disematkan kepada orang-orang yang menjadi subscriber channel Deddy Corbuzier, pemirsa! Sama seperti A-team untuk fanbase Atta Halilintar, cuma ini versi yang sudah belagu sejak dalam julukan.
Kata guru agama di SMA saya dulu, secara garis besar manusia bisa dikelompokkan ke dalam dua jenis seperti baik-buruk, salah-benar, syukur-kufur dan lain sebagainya. Jika dilandasi dari hal itu, maka ya Anda yang bukan Subscriber Deddy Corbuzier berarti STUPID PEOPLE.
Bukan soal apa-apa, sih. Saya cuma takut seandainya ini dibiarkan juga terus diedarkan secara masif, terstruktur, dan sistematis kepada publik, nantinya standar kecerdasan kita berubah.
Coba bayangkan saat Anda melamar kerja, diwawancara bukan berapa IPK Anda saat kuliah, tapi “Apakah Anda seorang subscriber Om Deddy?” Yeee kan nggak asyik ya.
Menurut laporan yang dirilis oleh Hootsuite, ada sebanyak 150 juta pengguna Internet aktif di Indonesia per-januari 2019 dan Youtube menjadi platform yang sering dikunjungi ke empat setelah google.com, google.co.id.
Saya berani bertaruh, semua pengguna internet setidaknya pernah membuka Youtube. Sedangkan jumlah subsriber chanel Deddy Corbuzier—saat tulisan ini dibuat—4.500.344. Artinya, ada 146,5 juta stupid people di Indonesia. Waduuuh, Pak Kemendikbud ngapain aja nih kerjanya?
Kalau boleh agak serius dikit—semoga boleh sih—kita bisa melacak apa yang terjadi pada smart people ini merupakan rekaan media yang di luar realitas. Rekaan tersebut merupakan upaya Deddy Corbuzier dalam menarik minat netizen untuk berbondong-bondong mengikuti channelnya. Orang Indonesia kan senang di puji-puji, My lov.
Merujuk kepada Simulations karya Baudrillard (1983), gejala ini bisa disebut sebagai simulakra atau simulakrum, sebuah dunia yang terbangun dari sengkarut nilai, fakta, tanda, citra dan kode.
Dalam bahasa fenomenologi eksistensial diungkapkan sebagai “it is what it is not”. Bingung nggak? Ah, kalau Anda bingung, hamending segera klik subscribe-nya Deddy Corbuzier biar mendadak smart jadi bisa langsung paham.
Intinya sih, peleburan atau konvensi antara sesuatu yang nyata dan abstrak, atau sebaliknya.
Jadi mereka itu sebenarnya nggak pinter-pinter amat dan sanad keilmuannya patut diragukan. Lagian mana ada orang pintar yang doyan nonton keributan antara om-om bertubuh kekar dengan seorang perempuan, orang yang jelas kepintarannya ya orang yang baca mojok.co buku-buku fisika lah.
Soal smart people yang nggak smart-smart banget ini bisa kita lihat dari respons mereka atas video yang berjudul APA ITU SMART PEOPLE (draw my life?... No our life) yang diunggah pada tanggal 4 januari 2019.
Dalam video itu, Om Deddy Corbuzier berusaha menjelaskan apa yang dibutuhkan oleh para smart people untuk meraih kesuksesan, yang juga adalah kepanjangan kata pertama dari julukan ini. Beliau menjelaskan bahwa (S) berarti spesifik, (M) mimpi, (A) action, (R) realistis dan (T) tangguh.
Konten itu cocoklogi biasa dan rasanya semua orang bisa melakukan hal semacam itu, tapi kolom komen berisi segala jenis pujian dan rasa percaya diri berlebih.
Padahal ada banyak sekali kepanjangan yang bisa kita rangkai dengan menggunakan kata apapun, asal ditambahi dengan kalimat motivasi ya itu akan terkesan keren.
Misalnya, (S) sempak, (M) modal, (A) analisa, (R) riset dan (T) teman yang mau kasih kesuksesan. Silakan dicoba, insya Allah kalian sukses dicaci-maki di kolom komentar.