Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Bangsa Macam Apa Kita sampai Teroris Bom Surabaya Meledakkan Diri Bersama Dua Balitanya

Made Supriatma oleh Made Supriatma
13 Mei 2018
A A
pns terorisme mojok.co
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Bom Surabaya bukan hanya menunjukkan terorisme itu sadis dan brutal. Bangsa kita juga sakit dan gagal. Bayangkan, melakukan bom bunuh diri bersama dua balita!

Sejak huru-hara di rutan Mako Brimob, saya bertanya-tanya: Apa yang menyebabkan orang-orang ini punya kemampuan untuk berlaku sangat brutal, namun sekaligus memahami sadismenya sebagai tindakan surgawi?

Hingga saat ini, jawaban yang tidak begitu lengkap saya dapati dari filsuf David Livingstone Smith, yang menulis buku Less than Human: Why We Demean, Enslave, and Exterminate Others.

Smith mengatakan bahwa kemampuan untuk bertindak brutal dan kejam itu berasal dari kegagalan untuk mengakui kemanusian manusia lain. Sederhananya, para pelaku menganggap bahwa korban kebrutalan itu bukanlah manusia. Hanya dengan melakukan dehumanisasi terhadap manusia lain, seseorang sanggup melakukan tindakan di luar batas kemanusiaan kepada orang lain.

Pagi ini, teror itu terjadi lagi di Surabaya. Bom diledakkan di tiga gereja. Sejauh ini kabar yang saya terima, sembilan orang meninggal dan empat puluh yang luka-luka.

Yang paling mengganggu adalah adanya berita bahwa salah seorang pelaku adalah seorang ibu. Dia menjadi pengebom bunuh diri dengan membawa dua anak balitanya!

Saya berusaha memahami ini semua dan terus terang, saya gagal. Keyakinan apakah yang membuat ibu ini membawa dua anak yang masih balita? Ajaran apakah yang membolehkan hal-hal seperti ini?

Yang terpenting: Mengapa bangsa ini menghasilkan ibu seperti itu? Saya kira, peristiwa ini tidak berdiri sendiri.

Tentu, terorisme adalah tindakan brutal, sadistis, biadab, sekaligus pengecut. Apakah yang lebih biadab dari menyerang orang tidak menyatakan permusuhan dan sedang berdoa?

Para teroris ini melakukan dehumanisasi terhadap orang yang tidak berdoa dengan cara yang sama seperti mereka. Korban-korbannya dianggap bukan manusia. Atau, paling tidak, bukan manusia yang setara dengan dirinya.

Selain itu, menurut saya, ada yang salah dan sakit dari kita sebagai bangsa.

Tidakkah kita, sebagai bangsa, gagal tidak saja dalam membentuk seorang ibu, tapi juga seorang bapak yang bertanggung jawab?

Tidakkah kita, sebagai bangsa, gagal untuk mengajarkan bagaimana membentuk sebuah keluarga yang baik dan melindungi anak-anak, membesarkannya, dan memberi pendidikan?

Tidakkah kita, sebagai bangsa, gagal untuk menunjukkan bahwa ada jalan yang jauh lebih mulia daripada menjadi pengebom bunuh diri?

Iklan

Tidakkah kita, sebagai bangsa, gagal memberikan makna bahwa hidup itu mulia dan bekerja sama serta bergaul dengan banyak orang yang berbeda itu sangat indah?

Tidakkah kita, sebagai bangsa, gagal menunjukkan kepada anak-anak kita bahwa masa depan mereka ada pada kehidupan dan bukan kematian?

Maafkan, Saudara, saya tidak menyalahkan ibu yang malang itu. Saya menyalahkan kebangsaan kita.

Saya menyalahkan para politisi yang mengeksploitasi kemarahan, penderitaan orang-orang kecil ini, dan mendorong mereka mengambil jalan yang sangat fatalistik.

Saya menyalahkan para agamawan yang memperkaya diri dan kemaruk akan kekuasaan. Agamawan yang menjadikan orang-orang susah ini sebagai kayu bakar untuk api kekuasaannya. Agamawan yang memilih memakai agamanya untuk provokasi ketimbang aksi kasih nyata. Agamawan yang tangan kanannya ada di kantong politisi dan tangan kirinya di saku cukong.

Ini adalah problem struktural kita. Saudara boleh marah. Saudara boleh membikin jutaan tagar, bikin seribu malam duka, mengamuk di media sosial. Besok mentari terbit lagi dan Saudara lupa.

Saudara lupa bahwa: bangsa ini busuk karena elite politik, elite agama, dan para bromocorah ekonominya.

 

Baca juga artikel terkait TEROR BOM SURABAYA atau ulasan menarik Made Supriatma lainnya.

Terakhir diperbarui pada 13 Mei 2018 oleh

Tags: bom surabayaibu dan dua anakpelaku
Made Supriatma

Made Supriatma

Peneliti dan jurnalis lepas.

Artikel Terkait

Menghadapi Korban Kekerasan Seksual: Diam dan Dengarkan Dulu, Nggak Usah Mendikte Apalagi Sok Tahu
Esai

Menghadapi Korban Kekerasan Seksual: Diam dan Dengarkan Dulu, Nggak Usah Mendikte Apalagi Sok Tahu

8 Juli 2020
Pojokan

Penyerang Novel Baswedan Baru Ketemu, Puadahal Sketsa Wajah Udah Ada Sejak 2017

30 Desember 2019
Generasi Milenial yang Sensitif Terhadap Pertanyaan "Kapan Nikah?"
Esai

Kerudung di Negeri Ini dan Tafsir yang Dilekatkan Pada Kami

20 Agustus 2018
Esai

Refleksi Sebulan Bom Surabaya: Ke Gereja Sekarang Berasa ke Barak Tentara

12 Juni 2018
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.