Pesugihan Milik Tetangga Mencari Tumbal, Mengancam Keluarga Saya

Sejak awal, suami saya sudah curiga kepada tetangga yang mempunyai pesugihan itu. Katanya, bisa jadi tetangga kami sedang “mencari tumbal”.

Pesugihan Milik Tetangga Mencari Tumbal, Mengancam Keluarga Saya MOJOK.CO

Ilustrasi Pesugihan Milik Tetangga Mencari Tumbal, Mengancam Keluarga Saya. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.CO – Kiriman dari tetangga itu datang dan mengganggu. Sosok besar yang menjadi wujud dari pesugihan itu menertawakan saya.   

Nama saya Diyah. Ketika mengalami kejadian ini, saya masih berusia 26 tahun. Sebuah kejadian yang tidak pernah saya dan suami bayangkan akan menimpa kami. Ketika tetangga, dengan kisah pesugihan yang sudah terkenal di kampung, “mencobai” keluarga kami.

Pindah ke kota Pati

Saya memutuskan untuk ikut suami pindah dari Semarang ke Kota Pati. Dia mendapat mandat untuk pindah kota. Saat itu, kami membawa anak kami yang baru berusia enam bulan. Sebelum pindah, suami saya sudah menemukan sebuah rumah kontrak. Rumah yang cukup lega meski bangunannya sudah tua.

Awal kepindahan kami diwarnai dengan aktivitas yang biasa-biasa saja. Tak pernah ada pikiran negatif tentang tetangga. Apalagi tetangga yang mempunyai “niat jahat” dengan mengirim pesugihan ke rumah kami. Oleh sebab itu, aktivitas saya adalah mengasuh anak, membersihkan rumah, dan mengurus suami. Untuk memasak, kami dibantu oleh seorang asisten rumah tangga. Namanya Bu Jum, yang tinggal tidak jauh dari rumah kontrakan kami.

Perasaan tidak nyaman

Sebagai pengantar, saya terlahir dari keluarga yang kebetulan sensitif terhadap “hal-hal halus”. Konon sudah turun-temurun di keluarga saya. Kondisi itu membuat saya jadi agak peka terhadap kondisi rumah kontrakan kami. Iya, sejujurnya, saya merasa kurang sreg dengan rumah kontrakan yang dipilih suam. 

Entah bagaimana, saya merasa energi di rumah ini negatif. Namun, karena suami sudah membayar kontrakan untuk setahun penuh, saya memilih menahan diri untuk tidak menceritakan perasaan saya. Jadilah, saya pasrah saja kepada Tuhan untuk melindungi kami. 

Baca halaman selanjutnya….

Rentetan mimpi buruk

Setelah beberapa minggu, cerita soal tetangga kami yang mempunyai pesugihan sudah mulai terdengar. Hanya selentingan saja yang mampir ke telinga kami. Oleh sebab itu, saya dan suami memilih untuk tidak terlalu membahas soal pesugihan. Baik dan buruk manusia ada di tangannya sendiri, bukan.

Namun, sejak mendengar soal pesugihan itu, saya sering mengalami mimpi buruk. Saya ceritakan beberapa mimpi buruk yang saya alami.

Pernah suatu kali saya bermimpi ada banyak ular di rumah. Kata orang, ular adalah pertanda buruk. Setelah itu, cukup sering makhluk halus mendatangi rumah kami. Beberapa kejadian mengerikan yang tidak bisa saya ceritakan terjadi juga di dalam mimpi. Makanya, saya sering terjaga di malam hari karena mimpi tersebut terasa sangat nyata.

Banjir yang sangat ganjil

Ada satu kejadian yang sangat janggal dan tidak masuk akal. Apakah ini berkaitan dengan pesugihan tetangga kami? Saya belum yakin seratus persen saat itu.

Jadi, pernah suatu kali, ketika kami sedang tertidur lelap, sekitar pukul dua dini hari, tiba-tiba ada banjir datang. Ketika terbangun, saya langsung menjerit kaget karena tanda sadar tangan saya menyentuh genangan air. Saat itu, permukaan air sudah hampir setinggi ranjang.

Maka secara spontan saya menggendong anak saya yang masih berusia enam bulan. Suami saya juga terbangun dan langsung membimbing kami supaya bisa keluar dari rumah. Anehnya, setelah di luar rumah, kondisinya kering. Hanya rumah kami yang kebanjiran. Rumah tetangga paling dekat hanya basah sedikit.

Malam itu, kami memutuskan untuk menginap di rumah saudara yang kebetulan bermukim di Kota Pati. Saya semakin curiga kalau pesugihan tetangga mulai mengganggu. Namun, kala itu, fokus saya adalah menjaga keselamatan anak dan enggan berpikir negatif. Hari-hari selanjutnya kami habiskan untuk membersihkan rumah dan soal pesugihan terlupakan begitu saja.

Tetangga datang membawa kue 

Setelah rumah kami bersih kembali, tetangga datang membawa hantaran berupa kue dalam jumlah banyak untuk kami. Saya masih berusaha untuk menahan perasaan ganjil yang muncul ketika si tetangga datang. Pasalnya, dia yang datang adalah tetangga kami yang mempunyai pesugihan.

Namun, lagi dan lagi, saya masih enggan berpikir positif. Agama Islam mengajarkan kita untuk tidak mencurigai orang lain begitu saja, bukan. Oleh sebab itu, setelah berdoa, saya memakan kue-kue dari tetangga saya itu. 

Suami saya belum mau memakan kue itu. Dia sempat menaruh curiga juga. Pasalnya, kalau memang mau “berkenalan”, kenapa si tetangga yang punya pesugihan itu tidak berkunjung sejak dulu saat kami masih baru di daerah ini? Seharusnya saya mendengarkan kegelisahan suami….

Pesugihan yang datang 

Malam harinya, saya terbangun dari tidur untuk menunaikan ibadah salat tahajud seperti biasanya. Namun, saya sangat kesulitan untuk membuka mata dan beranjak dari ranjang. Tepat saat itu, saya mendengar suara dari dua orang laki-laki. Suara mereka terdengar berat.

“Yang perempuan di mana? Cari!”

Terdengar satu laki-laki memerintah laki-laki yang lain. Saat itu saya mengira ada maling masuk rumah. Sama sekali tidak ada pikiran soal pesugihan dan kami akan jadi tumbal mereka.

Anehnya, setelah bisa duduk, saya seperti bisa melihat “diri saya yang lain” lari dengan mimik ketakutan. Dia lari lalu bersembunyi di belakang lemari.

Seperti film

Situasi yang terjadi adalah saya seperti sedang menyaksikan film. Saya melihat diri saya sendiri sedang mengeksekusi sebuah adegan film horor. Saat itu, saya dalam posisi duduk di ranjang.

Saya bisa melihat “saya yang lain” ketakutan di belakang lemari. Tiba-tiba, salah satu dari dua laki-laki itu berhasil menemukan “saya”. Dia memepet tubuh “saya” ke dinding di belakang lemari. Sosok itu besar sekali. Kepalanya hampir menyentuh langit-langit, matanya besar, rambut yang acak-acakan dan warna kulitnya hijau!  

Sosok itu tertawa terbahak-bahak, sementara badan “saya” ditahan supaya tidak bisa bergerak. Di depan wajah “saya” berputar batu besar. Putarannya sangat kencang dan terlihat sangat janggal.

Zikir Ya Jabbar dan ayat kursi

Rasa takut yang luar biasa menghinggapi “saya”. Namun, “saya” terlihat berusaha untuk lebih tenang. Maka, “saya” mencoba untuk membangunkan suami. Si “saya” berteriak dengan kencang, tapi suami saya tidak mendengarnya.

Setelah itu, “saya” hanya bisa mendaraskan doa kepada Allah. Saya mulai zikir Ya Jabbar dan membaca Ayat Kursi. Sosok itu memandangi “saya” yang sedang sibuk membaca zikir. Namun, bukan takut, sosok itu malah menertawakan “saya” dengan suara sangat keras.

Maka, “saya” hanya bisa pasrah dan membaca Ayat Kursi dengan suara keras. Si “saya” pasrah sepenuhnya kepada Allah karena hanya Allah yang dapat menyelamatkannya.

Perlahan, batu besar yang berputar kencang itu menghilang. Suara tawa sosok besar itu terdengar semakin kecil, lalu menghilang. “Saya” bisa mendengar langkah-langkah kaki yang menjauh. Setelah itu, saya yang terduduk di ranjang, bisa membuka mata dan bergerak.

Alhamdulillah, ya Allah,” ucap saya dengan dengan tubuh gemetar hebat. Setelah itu, saya bergegas mengambil air wudu dan menunaikan salat tahajud.

Kecurigaan kepada pesugihan tetangga

Pagi datang dan saya menceritakan semuanya ke suami. Suami saya memang terkejut, tapi wajahnya menunjukkan dia tidak heran hal seperti ini terjadi. Sejak awal, suami saya sudah curiga kepada tetangga yang mempunyai pesugihan itu. Katanya, bisa jadi tetangga kami sedang “mencari tumbal”.

Suami saya juga mengungkapkan bahwa tetangga kami ini punya obsesi untuk menjadi kaya dengan cara instan. Jalan pesugihan dia tempuh demi kesenangan sesaat. Suami saya mengingat untuk tidak lagi menerima apa saja barang yang berasal dari tetangga kami itu. Saya menurut.

Kakak saya datang berkunjung

Hari Minggu, kakak saya datang dari Solo. Namanya Bang Her dan entah kenapa dia sangat ingin mengunjungi kami. Kakak saya ini jauh lebih peka terhadap energi dibandingkan saya.

Begitu sampai di rumah kontrakan kami, Bang Her langsung minta diantar ke kran air di belakang. Beliau hendak wudu. Saya sudah merasa ada sesuatu yang ingin disampaikan Bang Her. 

Selesai wudu, Bang Her mencari saya. “Dek, saya mau bicara.”

“Ada apa, Bang?”

“Saya tadi ke belakang dan saya melihat ada sosok tinggi besar di sana. Saya tanya apa maunya,” kata Bang Her. 

“Saya tanya lagi, tapi dia nggak mau menjawab. Dia malah menjulurkan lidah,” tambahnya. Akhirnya saya menceritakan kejadian malam itu.

“Bisa jadi memang suruhan orang. Bisa pesugihan, bisa juga tidak. Atau bisa jadi juga mereka tahu kamu peka dan mau menjajal kemampuanmu, atau ya sekadar berkenalan. Tapi kamu nggak perlu khawatir, tadi saya menegaskan untuk tidak mengganggu keluargamu. Kamu jaga salat dan zikir, ya.”

Tidak lama kemudian Bang Her langsung pulang ke Solo. Sepulangnya Bang Her, saya menuju ke belakang rumah. Saya mengamati kebun belakang yang memang cukup singup. Tiba-tiba saja saya merinding. Apalagi kalau ingat lagi dengan kejadian itu. Pesugihan atau tidak, satu yang pasti, keluarga saya terancam….

BACA JUGA Doa Bapa Kami, Doa Malam Keluarga Jin dan kisah menegangkan lainnya di rubrik MALAM JUMAT.

Penulis: Apriliani Diyah Susanti

Editor: Yamadipati Seno

Exit mobile version