Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Malam Jumat

Nyai Geulis ti Leuweung Tiis, Jin Nakal yang Suka ‘Membutakan’ Mata Pengendara dan Menyebabkan Kecelakaan

Muhammad Ridwansyah oleh Muhammad Ridwansyah
31 Desember 2020
A A
Nyai Geulis ti Leuweung Tiis, Jin Nakal yang Suka ‘Membutakan’ Mata Pengendara dan Menyebabkan Kecelakaan MOJOK.CO

Nyai Geulis ti Leuweung Tiis, Jin Nakal yang Suka ‘Membutakan’ Mata Pengendara dan Menyebabkan Kecelakaan MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Amanat dari Mang Agus adalah jangan melamun ketika melewati jalan Leuweung Tiis biar nggak diganggu Nyai Geulis ti Leuweung Tiis.

Sewaktu masih kuliah, saya punya teman yang bernama Arif. Ia berasal dari Tasikmalaya. Kami kuliah ngambil kelas karyawan di STAI Siliwangi Garut jurusan Pendidikan Agama Islam. Kami kuliah hanya pada hari Jumat dan Sabtu.

Perjalanan dari Tasikmalaya ke Garut menghabiskan waktu sekitar tiga jam. Arif sering telat ke kampus. Saya kasihan melihatnya. Saya kemudian mengajaknya untuk menginap di rumah saya. Dan ia mengiyakannya.

Saya bilang sama Arif, kalau berangkat ke Garut usahakan agak siangan agar sore hari sudah sampai. Namun, karena hari Kamis jadwal ngajar ngajinya penuh sampai sore, Arif baru jalan ke Garut lepas maghrib.

Saat itu, saya ketakutan sendiri membayangkan Arif berangkat setelah maghrib. Apalagi saat itu malam Jumat. Dia harus melewati Jalan Raya Leuweung Tiis yang angker banget, di mana di jalan tersebut ada sesosok hantu yang paling terkenal di Garut yaitu Nyai Geulis ti Leuweung Tiis (Nyai Cantik di Hutan Dingin).

Mari saya mulai kejadian nyata yang menimpa Arif pada 2017 lalu….

“Ieu urang dek otw lewat jalan anu biasa. Aman?” (Ini saya mau otw lewat jalan yang biasa. Aman?).

Ditanya begitu, saya bimbang. Mau bilang aman, tapi di kawasan Leuweung Tiis sering terjadi kecelakaan. Mau bilang nggak aman sambil nyeritain hal-hal mistis, momennya kurang tepat. Apalagi Arif seorang guru ngaji. Dia pasti tersenyum saja kalau mendengar hal-hal mistis.

Akhirnya, saya balas begini, “Lewat jalan Limbangan saja kalau bisa, Rif.”

Saya bilang begitu karena untuk menuju ke tempat tinggal saya, Kecamatan Leles, ada dua cara; lewat Jalan Limbangan dan Leuweung Tiis.

“Jalan Limbangan? Kan saya orang Tasik. Mana tahu jalan tersebut. Maksudnya, aman dari begal nggak?”

“Begal? Nggak ada begal, Rif.”

“Ya sudah, saya berangkat.”

“Hati-hati, Rif.”

Iklan

Tiap satu jam, saya menghubungi Arif melalui WhatsApp, “Sudah sampai mana, Rif?”

Namun, dia tak kunjung membalas. Hati saya nggak tenang. Saya takut Arif mengalami kejadian yang nggak mengenakkan.

Sudah lebih dari tiga jam, Arif masih saja nggak ada kabar. Saya kemudian menyalakan motor, lalu menunggu Arif tepat di depan kampus. Kebetulan, kampus STAI Siliwangi Garut dekat dengan rumah saya.

Pukul 23:00 WIB lebih, ponsel saya berbunyi. Arif menelepon, “Saya ada di Masjid Uswatun Hasanah. Kata warga sini, saya lagi ada di Nagreg.”

Waduh, Arif kok tiba-tiba ada di Nagreg. Pasti dapat gangguan dari Nyai Geulis ti Leuweung Tiis, pikir saya. Saya bergegas menyusul ke masjid yang Arif sebut. Dia bercerita kenapa sampai bisa sampai di Nagreg.

Menurut pengakuannya, Arif kalau mau berangkat ke mana-mana, ya gas saja. dia nggak pernah menanyakan “Aman nggak?”

Saat bertanya seperti itu kepada saya, hatinya sudah setengah-setengah. Ditambah lagi orang tuanya sempat nggak mengizinkan. Tapi, karena tiap hari Jumat selalu telat ke kampus dan sudah lama nggak mengikuti mata pelajaran Ulumul Hadis, dia pengin menginap di rumah saya. Dia merasa malu kepada Pak Gofar, dosen kami yang mengajar mata pelajaran tersebut.

Di perjalanannya menuju rumah saya, Arif bilang bahwa dirinya sering melamun. Aneh, ucapnya. Beberapa kali ke Garut, baru kali dia melewati jalan yang asing, sepi, dan tanpa rumah penduduk. Di jalan itu, Arif melihat hutan yang lebat, luas, dan dingin. Mendadak pikirannya kosong saja. Mengendarai motor pun nggak konsentrasi. Meski sesekali membaca surah An-Nas, tapi melamun lagi. Terus saja begitu.

Sewaktu masih di pesantren, Arif pernah meminta kepada guru ngajinya untuk dibukakan mata batin agar bisa melihat hal-hal gaib. Tapi, tak pernah bisa melihatnya.

Nah, baru kali ini tanpa ia inginkan, meski sekilas, di jalan yang sepi itu, melihat sesosok wanita berkebaya merah melayang tepat di depan kendaraannya. Wanita itu seolah mengikutinya dari belakang hingga Arif nggak sadar kalau kampusnya sudah dilewati. Dan, tiba-tiba dia berada di Nagreg, lalu masuk ke Masjid Uswatun Hasanah untuk melaksanakan salat Isya.

Tiga tahun setelah kejadian yang menimpa Arif, tepatnya Minggu kemarin, saya sempat ngobrol dengan salah satu warga Kampung Leuweung Tiis, namanya Mang Agus.

Salah satu obrolan kami tentu saja soal Nyai Geulis ti Leuweung Tiis. Saya yang asli Kecamatan Leles malah nggak tahu pasti kisah aslinya gimana. Tahunya banyak orang Leles bilang kalau kecelakaan yang sering terjadi di Jalan Leuweung Tiis itu karena ulah Nyai Geulis ti Leuweung Tiis.

Nah, saya menceritakan dulu kepada Mang Agus, mengapa teman saya itu bisa tiba-tiba ada di Jalur Nagreg. Dia menjawab, jalur itu ialah perbatasan Garut dan Bandung. Nyai Geulis ti Leuweung Tiis sering mengganggu pengendara motor yang nggak konsentrasi dan terlalu pemberani.

Gangguan yang diberikan Nyai Geulis ti Leuweung Tiis ada macam-macam. Mulai dari mengolengkan kendaraan hingga membikin mata para pengendara menjadi gelap. Nyai akan mengikuti para pengendara sampai Jalur Nagreg. Dan jalur yang dikuasainya itu memang jalur Leuweung Tiis hingga Nagreg.

Nyai Geulis ti Leuweung Tiis adalah sebangsa jin nakal. Dan bukan hanya di malam hari saja keberadaannya, di siang hari pun sering menganggu manusia. Itu sebabnya di Jalan Leuweung Tiis kerap terjadi kecelakaan.

Dulunya, Nyai Geulis itu seorang kembang desa. Dia terkenal akan parasnya yang cantik. Lalu, orang tuanya ingin menjodohkannya dengan seorang Belanda. Namun, Nyai enggan. Ia kemudian bunuh diri.

Banyak hal-hal aneh di Jalan Leuweung Tiis. Misalnya, ada wanita yang naik bus dari Garut kota lalu minta turun di sekitar jalan tersebut. Begitu sang kondektur memalingkan muka barang sedetik, wanita itu menghilang. Warga sana juga sering melihat wujud Nyai Geulis ti Leuweung Tiis yang tiba-tiba melintas dan masuk ke jurang.

Amanat dari Mang Agus kepada para pengendara adalah jangan melamun ketika melewati Jalan Leuweung Tiis. Khususnya bagi orang luar Garut.

BACA JUGA Ketika Kuntilanak Menyamar Jadi Santri di Pondok Pesantren dan kisah tak terlupakan lainnya di rubrik MALAM JUMAT.

Terakhir diperbarui pada 31 Desember 2020 oleh

Tags: jalur angkerjalur nagrekMalam JumatNyai Geulis ti Leuweung Tiis
Muhammad Ridwansyah

Muhammad Ridwansyah

Artikel Terkait

Toko Buah Horor di Sudut Kota Jogja MOJOK.CO
Malam Jumat

Toko Buah Horor di Sudut Kota Jogja: Tentang Sosok Hantu Perempuan yang Muncul dari Tempat yang Tidak Terduga

22 Mei 2025
Asrama Horor di Sudut Magelang MOJOK.CO
Malam Jumat

Asrama Horor di Sudut Magelang: Tentang Bisikan Dingin yang Tidak Terjawab

6 Maret 2025
Homestay Horor di Pusat Kota Jogja MOJOK.CO
Malam Jumat

Homestay Horor di Pusat Kota Jogja: Tentang Dia yang Mengintip dari Celah Pintu

9 Januari 2025
Rumah Setelah Ibu Meninggal MOJOK.CO
Malam Jumat

Setelah Ibu Meninggal

2 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Lagu Sendu yang Mengiringi Banjir Bandang Sumatera Barat MOJOK.CO

Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat

6 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.