MOJOK.CO – Ada rumor Joko menjadi arwah penasaran karena kematiannya akibat dijadikan tumbal. Namun, Bambang tak memercayainya.
Raut wajah Bambang saat itu terlihat tidak menyenangkan. Duduk di bangku parkiran rumah sakit, Bambang tidak mengucap sepatah kata pun meski di tempat itu dia tidak sendiri. Bambang lalu mengambil rokok yang tergeletak dan ia sulut. Setelah satu sedotan, dia terlihat agak tenang.
“He, Pak, itu tadi rokoknya siapa, asal ambil aja,” protes Soni Sempak.
“Nggak tahu, pokoknya aku isep aja. Anggap aja sila kelima Pancasila,” balas Bambang.
Tak mau berdebat, Soni memilih untuk bertanya kenapa Bambang terlihat lesu. Bambang tadinya semangat ketika katanya ada perintah untuk menjemput pasien. Tapi pulangnya dia malah tampak lesu.
“Son, aku tadi jemput Melati tetanggaku. Dia gantung diri di kamar, tapi untung selamat gara-gara ditemuin sama Bapaknya dan aku nganter ke rumah sakit ditemani Bowo pakdenya Melati. Kampungku lagi gawat, Son. Dalam waktu berdekatan hampir ada dua orang meninggal, yang satu malah jadi arwah penasaran.”
“Lho, si Joko jadi arwah gentayangan, Pak? Jadi rumor itu ternyata si Joko?”
“Iya, Son. Dia meninggalnya juga bunuh diri. Tapi, rumor yang beredar, dia meninggal karena jadi tumbal. Ada yang ketemu hantunya dan arwah Joko itu minta tolong. Tapi menurutku itu bohong, Son. Orang-orang paling nggak mau ikhlasin utangnya si Joko. Aku nggak percaya kalau belum ketemu sendiri.”
Joko meninggal gantung diri di rumahnya. Rumahnya akhirnya kosong tak berpenghuni. Tidak satu pun orang berani lewat rumah Joko setelah jam 9 malam. Kampung yang sebenarnya ramai jadi sepi semenjak kematian Joko. Beredar kabar Joko gentayangan dan sering menakuti orang yang melewati rumahnya.
Sif Bambang berakhir jam 9, namun karena keasyikan main samgong, dia pulang jam 11 setelah dimarahi istrinya. Dia pulang naik motor pelan-pelan. Sesampainya di gapura kampung, Bambang mulai kepikiran untuk iseng. Dia ingin membuktikan kalau orang kampung itu hanya bohong tentang cerita arwah penasaran Joko. Maka Bambang dengan membelokkan motor ke arah rumah Almarhum Joko.
Baru jam 11, suasana sudah sepi. Biasanya masih ada anak muda madesu yang mabuk-mabukan, tapi sekarang warga memilih menutup pintu rumahnya rapat-rapat. Bambang jadi teringat game yang dimainkan anaknya, kalau nggak salah namanya Residen Avril.
Kediaman Joko tinggal 3 rumah lagi, dan sejauh ini baik-baik saja.
“Arwah penasaran mah kecil. Jenazah aja sering kuajak ngobrol,” gumam Bambang.
Tiba-tiba motor Bambang mogok, Jupiter Z kreditan itu mendadak mati. Bambang mulai bergidik, masak orang gentayangan bisa matiin mesin. Kok sangar. Tapi Bambang tak ambil pusing, dorong saja toh sudah dekat ini.
Mendekati rumah Joko, Bambang melihat seseorang berdiri di depan pagar. Bambang lalu memanggil orang tersebut. “Mas, mau nagih utang swargi Joko ya? Besok aja, jam segini masak nagih utang.”
Orang tersebut tidak menengok ke arah Bambang. Karena gelap Bambang pun tidak bisa melihat dengan jelas muka orang tersebut. Tapi apa yang diucapkan orang itulah yang membuat Bambang gemetaran.
“Aku Joko, Pak Bambang. Tolong aku, Pak.”
Bambang akhirnya melihat siapa orang itu. Ternyata rumor arwah penasaran itu benar, orang itu ternyata Joko. Joko mendekati Bambang perlahan, yang masih mematung karena ketakutan. Tiba-tiba saja kepala Joko putus dan belatung keluar dari leher Joko. Leher almarhum Joko memang patah sewaktu dimakamkan.
Tangan Joko meraih kepalanya yang terjatuh dan memberikannya kepada Bambang. “Pak, tolong, Pak… kepalaku hilang, Pak….”
Bambang langsung mengumpat. “Cocotmu suwek! Aku ra weruh ndasmu neng endi. Mbok tulung, Jok, aku ojo diwedeni. Jan dewe konco kentel. Jok, cicilanku akeeeh, Jok.”
Joko langsung mundur sembari masih memegangi kepalanya. Belatung-belatung gemuk yang berpesta berjatuhan dari leher Joko. Bambang tidak menyangka bahwa uji nyali iseng malah membuat dirinya bertemu arwah penasaran tetangga. Ia langsung mendorong motornya sambil setengah berlari. Dua rumah terlewat, tiba-tiba motornya hidup. Bambang pun langsung gas pol motornya.
Tapi dia masih bisa mendengar Joko teriak kepadanya, dan itu membuat dia bingung.
Esok harinya Bambang meminta kepala desa dan kepolisian untuk mengecek kuburan Joko sekali lagi. Ternyata setelah digali, yang dikatakan Joko semalam benar. Kepala Joko hilang, dan dia gentayangan untuk memberi tahu orang-orang.
Di ujung desa, Pak Busrowi membuka pintu. Bowo berdiri di depan pintu dan menatap tajam Busrowi. Mereka tidak membahas isu arwah penasaran, tapi mereka akan membahas sesuatu yang penting.
“Bowo, tumbalnya kurang satu. Ponakanmu, Melati, selamat.”
BACA JUGA Cerita Anak Indigo yang Menderita karena Bisa Melihat Masa Depan dan cerita syeram lainnya di MALAM JUMAT.