MOJOK.CO – Fans Liverpool itu sangat naif. Ngakunya nggak butuh pengakuan juara Liga Inggris. Tapi, di balik omong kosongnya itu, sebetulnya mereka nangis mengharapkan pengakuan.
Ada sebuah ironi yang dihadirkan suporter Liverpool di tengah musim pagebluk. Dia bilang kalau Liverpool adalah yang terbaik dan tidak butuh pengakuan juara dari tim Liga Inggris lainnya. Alasannya cukup sederhana, karena Liverpool mendominasi Liga Inggris musim ini.
Mengapa saya bilang ironi? Karena adalah naif sekali para suporter Liverpool itu jika dia bilang timnya tidak butuh pengakuan sebagai (calon) juara.
Pertama, gini deh, sebagai tim yang nggak pernah juara sejak format Liga Inggris berubah dari Football League First Division ke English Premier League pada 1992, mereka itu selalu haus perhatian. Alasannya karena pernah mendominasi mendominasi dahulu kala. Apa iya, tiba-tiba, nggak butuh pengakuan juara setelah datang kesempatan besar musim ini?
Kalau direnungkan, suporter Liverpool sekarang bisa kita analogikan seperti anak pinter yang rangking satu. Terus dia bilang ke temennya kalau nggak butuh pengakuan. Padahal, sudah jelas dari omongan si anak pinter itu dia butuh pengakuan.
Pokoknya, dari ucapan nggak butuh pengakuan juara, secara tersirat ada indikasi butuh pengakuan. Antara gengsi atau goblok buat ngakuin aja.
Udah jujur aja, Anda, suporter Liverpool, pasti merasa nelangsa semisal tim kesayangan batal juara musim ini. Lagian, memangnya mau sampai kapan pura-pura bahagia terus?
Kalau sekarang Anda tetep keukeuh bilang nggak butuh pengakuan juara, ya itu sih sok-sok aja. Tapi, jangan marah kalau semisal gelaran Liga Inggris dibatalkan dan Liverpool gagal menjadi juara lalu gelar juara tersebut dihibahkan ke tim lain.
Lha, kok? Emang bisa kaya gitu? Ya bisa-bisa aja lah. Wong ada kok klub sepak bola yang dapat hibah gelar juara karena alasan-alasan tertentu. Makanya, nggak usah naif gitu, deh. Gaya-gayaan bilang nggak butuh pengakuan juara.
Nah, untuk yang kedua, dia yang bilang tim kesayangannya adalah yang terbaik, secara tidak langsung telah melupakan istilah yang paling sering digunakan dalam dunia sepak bola, yaitu bola itu bulat. Istilah ini bisa kita artikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin di sepak bola.
Ya, dengan kata lain, saya ingin bilang bahwa musim ini, Liverpool bukan yang terbaik, melainkan hanya sedang beruntung saja. Selain strategi, keberuntungan memang sering menjadi faktor utama kemenangan. Mereka itu beruntung aja karena lawan-lawannya nggak konsisten.
Pokoknya, saya adalah orang yang percaya adanya keberuntungan. Oleh karena itu, saya akan bilang bahwa dominannya Liverpool, tidak lebih dari sebuah keberuntungan. Kalau bukan soal keberuntungan, mestinya musim kemarin Liverpool bisa juara. Ingat lagi soal “tragedi satu sentimeter” Ketika melawan Manchester City. Itulah keberuntungan.
Sampai sini suporter Liverpool sudah paham, kan? Bahwa jalannya sebuah liga di tiap musimnya itu tidak ada yang bisa ditebak. Lagi pula, takaran tim terbaik menurut para suporter Liverpool itu kaya gimana, sih?
Tim yang tak terkalahkan sepanjang musim? Atau tim yang pernah dapet tiga gelar? Kalau memang itu takarannya, semua juga tahu musim ini atau musim-musim sebelumnya Liverpool nggak pernah bisa mencapai kedua prestasi tersebut.
Jadi, yang terbaik kaya gimana, tuh? Cuma lagi beruntung aja udah ngaku-ngaku jadi yang terbaik. Gimana nggak jadi bahan tertawaan, lihat kenaifan suporternya aja sudah bisa bikin bayi lima tahun ngakak.
Saya yakin banget, yang bakal jadi “kecoa sekarat” itu ya mereka. Terutama ketika liga nggak bisa dilanjutkan dan musim ini ditiadakan. Kalau itu terjadi, bodo amat sama pandemi corona, saya mau ngajak suporter lain untuk ngetawain Liverpool secara berjamaah.
BACA JUGA Liverpool Nggak Butuh Pengakuan Juara, Manchester United Bakal Menggelepar Kayak Kecoa Sekarat atau sleding berbahaya lainnya di rubrik TEKEL.