Tanpa disangka usaha itu sukses sampai sekarang. Anak sulung Maria juga ikut membantu mempromosikannya. Tak hanya mempromosikan, ternyata jiwa seni Maria juga menurun ke anaknya, sehingga ikut menganyam.
“Kami pertama itu riset. Jadi bukan hanya sekadar bambu, tapi kami padu dengan craft. Terus kami buat Instagram namanya @kertawangsa_bamboocraft, kami masukkan foto-fotonya yang bagus di sana,” kata Maria.
Di Kecamatan Minggir, Jogja harga besek kurang bernilai

Dari hasil riset Maria bersama anaknya, mereka paham bahwa kerajinan bambu bisa bernilai tinggi, tergantung kualitas dan cara pengemasannya. Apalagi, era teknologi yang semakin maju dapat membantu mereka menjual besek sampai luar daerah.
Sebab, berdasarkan riset kecil-kecilannya, harga besek atau kerajinan bambu di Dusun Klepu Lor, Kecamatan Minggir, Jogja sangatlah murah. Berbeda jauh dengan harga di luar daerah. Apalagi, di Sleman juga terdapat banyak perajin besek. Maka dari itu, ia lebih mimilih menjual kerajinan bambunya ke Cilacap ketimbang di Dusun Klepu Lor, Kecamatan Minggir, Jogja.
“Di Sleman, untuk dapat Rp20 ribu sehari saja susah karena harga besek di sini cuman Rp1,5 ribu sampai Rp2 ribu, sementara di luar daerah saya bisa jual dengan harga Rp12 ribu sampai Rp70 ribu,” kata dia.
Saat pertama kali menjual besek, Maria bisa mendapatkan Rp700 ribu dalam sebulan. Lambat laun, ia mulai menawarkan produknya lewat pameran-pameran bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Misalnya, pameran yang diadakan oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Cilacap.
“Jadi kami juga melayani packaging dari rumah makan, cathering, parsel untuk orang-orang penting. Kelasnya sudah menengah ke atas,” ujarnya.
Omset meningkat saat lebaran

Kini, bisnis kerajinan bambu Maria semakin berkembang, terlebih saat lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha. Ia bisa sampai menolak tawaran dari konsumen, karena takut tak bisa melayani secara penuh.
“Saya kan buatnya sendirian dengan anak, kami juga mengukur secara waktu dan tenaga,” ujar Maria.
Biasanya, penjualan besek anyaman bambu akan ramai diburu untuk wadah daging kurban. Namun, fokus Maria tak hanya di situ. Ia juga membuat kemasan untuk parsel. Setiap produk juga memiliki tingkat pembuatan yang berbeda.
“Customer itu sampai menanyakan, nanti pas lebaran mau mengeluarkan model produk yang seperti apa?” ujarnya.
Dalam sebulan Maria bisa memperoleh keuntungan hingga Rp20 juta bahkan lebih. Namun, total pendapatan tersebut hanya didapatkannya saat musim lebaran. Jika hari-hari biasa, penghasilannya tak sampai segitu. Oleh karena itu, ia juga punya kerja sampingan seperti memberikan jasa rumah tangga.
Di sisi lain, Maria ingin membuktikan bahwa perajin bambu, tak hanya yang ada di Dusun Klepu Lor, Kecamatan Minggir, Jogja, bisa mendapatkan penghasilan lebih dengan kemampuan dan kreativitasnya. Ia juga punya misi menyelamatkan bumi dengan mengurangi sampah plastik.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Kisah Mbah Harto, Perajin Tanduk Kerbau Terakhir di Yogyakarta atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.