Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Seni

Jogja Tak Pernah Lengkap Tanpa Buku, Musik, dan Seni Rupa

Hammam Izzuddin oleh Hammam Izzuddin
13 Mei 2024
A A
jogja art books fest.MOJOK.CO

Ilustrasi jogja art book fest (Ega/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Jogja Art+Book Festival meneguhkan bahwa musik dan seni rupa tak bisa lepas dari buku. Ketiganya, jadi identitas yang melekat pada Jogja. Pertemuan ketiganya jadi hal yang patut dirayakan.

***

Kerumunan orang sudah tak sabar menunggu penampil utama yang akan naik ke atas panggung The Sounds of Poetry, pembuka Jogja Art+Book Fest 2024 di The Ratan, Panggungharjo, Bantul pada Rabu (1/5/2024) lalu. Silampukau, grup folk dari Surabaya akan jadi puncak setelah tadi ada Christabel Annora, The Melting Minds, dan Merah Bercerita yang unjuk gigi di atas panggung.

Sebelum Kharis dan Eky, dua personel Silampukau membawakan lagunya, pembawa acara Alit Jabang Bayi mengundang sosok di balik festival yang mempertemukan musik, buku, dan seni rupa ini. Ia adalah Dodo Hartoko, lelaki berkacamata yang sejak lama bergelut di dunia seni rupa dan penerbitan buku.

“Luar biasa, kerumunan ini jadi suntikan semangat buat kami. Akhirnya bisa mengundang Silampukau! Tahun depan datangkan Efek Rumah Kaca, pada mau datang kan?” katanya kepada penonton.

Kerumunan menyambutnya dengan sorak. Sambil berkelakar, Dodo bercerita bahwa ini memang festival yang agak beda. Sudah gratis, banyak perhelatan menarik, penonton malah bisa dapat makan gratis pula.

Tak berselang lama, Silampukau tampil membawakan lagu-lagu yang kebanyakan dari album fenomenal Dosa, Kota, dan Kenangan yang banyak mengisahkan tentang Surabaya.

silampukai di jogja art book fest
Penampilan Silampukau di Jogja Art + Books Fest 2024 (Dok. Jogja Art Book Fest)

Tak pandang gender, semuanya nyanyi dan bergoyang bersama. Di kerumunan itu ada Ida Setyaningsih (26) yang mengaku memang ingin menonton band asal Surabaya itu. Pekerja di Jogja ini awalnya ingin berkeliling ke semua titik sebelum menikmati penampilan di panggung. Melihat bazar buku hingga pameran seni.

“Tapi apa daya datangnya telat, harus amankan tempat biar nggak terlalu jauh dari panggung. Acara ini emang spesial, sih. Kapan lagi ada acara musik, buku, dan seni jadi satu. Gratis pula,” kelakarnya.

Jangan pisahkan Jogja dari buku, musik, dan seni rupa

Jogja Art+Books Fest 2024 digelar selama dua pekan sejak 1 Mei 2024. Sepanjang durasi festival, ada ragam agenda seperti bazar dan diskusi buku, pameran seni rupa, forum seniman bicara, konser musik, hingga performance lecture.

Ketika masuk ke The Ratan, mereka yang datang langsung bisa melihat koleksi ribuan buku pilihan dari puluhan penerbit Jogja. Sejak hari pembuka, ruang untuk bazar buku tak pernah surut dari pengunjung. Terutama ketika sore hingga malam.

Selepas itu, pada jam tertentu akan ada sesi diskusi buku, seniman bicara, hingga public lecture. Selama dua pekan tanpa surut, setiap harinya selalu ada sesi acara yang bisa dinikmati penonton.

Di sudut lain juga ada pameran seni dari beberapa perupa kenamaan Indonesia yang bertajuk “Mooi Indie dari Masa ke Masa”. Ada karya dari Eko Nugroho, Erizal AS, Yunizar, Eunike Nugroho, dan Theresia Agustina. Seniman yang karya-karyanya, menurut Dodo Hartoko, biasanya sulit dijangkau secara gratis di Jogja.

“Ya karya mereka ini adanya di galeri seni Jakarta dan bahkan luar negeri. Kami ingin hadirkan di sini, dan ingin masyarakat mengaksesnya secara gratis,” kata Dodo yang saya temui Minggu (12/5/2024).

Iklan
bazar buku
Bazar buku yang selalu dipadati pengunjung (Hammam/Mojok.co)

Baginya, sebenarnya Jogja Art + Book Fest ingin mewadahi tiga elemen yang kerap terpisahkan. Atau setidaknya banyak kalangan yang menganggapnya berbeda. Padahal, ketiganya punya hulu yang sama di dunia literasi.

Seni rupa, musik, dan buku adalah kesatuan yang tidak terpisahkan. Dan Jogja, sejak lama jadi titik temu ketiga elemen itu. Dodo yang lama berkutat di dunia seni dan industri perbukuan bercerita bahwa mereka yang terlibat di sini berangkat dari komunitas-komunitas yang sejak lama menghidupi ketiga elemen itu di Jogja.

pameran seni
Pameran seni rupa di Jogja Art + Books Fest 2024 (Hammam/Mojok.co)

Untuk musik, ia mengaku tidak sembarang mengundang penampil. Ia hadirkan, musisi dan grup musik yang memang dekat dengan dunia sastra dan literasi.

Industri perbukuan akar dari banyak hal

Baginya, literasi itu selayaknya darah dalam tubuh manusia. Jika ada masalah pada darah, maka implikasinya bisa ke beragam aspek lain dalam tubuh.

“Pada dasarnya semuanya itu ya mengakar dalam buku, dalam dunia literasi. Buku itu memengaruhi banyak hal, baik musik sampai seni rupa. Literasi kan muaranya tidak sebatas teks,” kata dia.

Jelang akhir perhelatan Jogja Art + Book Festival, acara-acara menarik masih berlangsung. Sebelum agenda The Sounds Poetry yang hadirkan Saut Situmorang, Setyawancello, Ni Made Purnama Sari, dan Latief Nugraha ke panggung di malam hari ada diskusi buku Tangan Kotor di Balik Layar. Karya terbaru dari Puthut EA yang dibahas penulisnya bersama dosen Sastra Indonesia UGM, Asef Saiful Anwar.

diskusi buku tangan kotor di balik layar
Suasana diskusi buku Tangan Kotor di Balik Layar (Eko Susanto/Mojok.co)

Diskusi itu jadi cukup spesial, karena penulisnya sudah lebih dari satu dekade hiatus dari forum-forum bedah buku karyanya. Penonton pun membeludak memenuhi semua kursi yang tersedia di ruang semiterbuka.

Gelaran Jogja Art + Book Festival 2024 menjelang usai. Dodo tentu berharap festival ini bisa berumur panjang. Tanpa festival semacam ini, Jogja, terasa tak lengkap.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Curhatan Mereka yang Bernasib Sial karena Tertipu Konser Bodong

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 13 Mei 2024 oleh

Tags: BukuJogjajogja art books festival 2024Seni rupasilampukau
Hammam Izzuddin

Hammam Izzuddin

Reporter Mojok.co.

Artikel Terkait

Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO
Esai

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO
Liputan

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO
Bidikan

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.