MOJOK.CO – Pendiri sekaligus pemilik usaha sedot WC CV Cahaya di Solo membagi rasanya jadi pengusaha di bidang pertinjaan.
Manusia mana di dunia ini yang nggak pernah buang hajat? Semua orang pernah buang hajat, tapi yang jadi tanda tanya, buang hajatnya di sungai atau di jamban rumah masing-masing?
Berdasarkan riset Kemenkes 2018, 73,9 persen rumah tangga di Indonesia telah memiliki akses sanitasi termasuk jamban. Sedangkan sisanya masih menggunakan gaya tradisional seperti buang air di sungai atau gali lubang lalu ditimbun tanah.
Masalah buang tinja emang problem buat anak-anak sampai orang dewasa. Label Juny&Tony sempat bikin lagu anak-anak yang judulnya “Poo Poo Song” yang memuat ajakan “Let’s Poo in the Potty”. Pantas saja mereka menciptakan lagu tersebut, lantaran masih banyak anak TK yang hobi menambah kerjaan gurunya jadi spesialis membersihkan feses. Melalui lagu tersebut, Juny&Tony mengingatkan pentingnya buang tinja di jamban sejak dini.
Lagu tersebut tentunya diamini seluruh tukang sedot tinja di dunia. Bagaimana tidak, dengan satu orang sudah membuang hajat di jamban, orang itu telah menabung hajatnya di septic tank. Tentu saja, satu rumah dihuni oleh lebih dari satu orang yang berarti tabungan tinja makin banyak tiap harinya. Seperti kata pepatah, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit tinja. Kalau sudah jadi bukit, saatnya spesialis sedot tinja beraksi.
Bagi Ade Indra Sulistianto, sedot tinja atau populer disebut sedot WC adalah bisnis menjanjikan. Ucapan ini boleh dipercaya karena keluar dari mulut salah satu pemilik bisnis sedot WC terbesar di Solo. Di bawah bendera CV Cahaya, bisnis keluarga Ade sudah berdiri selama 23 tahun, sejak 1997, dan cabangnya tersebar di tujuh wilayah, yakni Purwokerto, Tegal, Pemalang, Brebes, Cilacap, Solo dan Cirebon.
CV Cahaya dimulai lewat kejadian yang, dibilang sepele ya nggak, dibilang inspiratif juga susah. Suatu hari, septic tank rumahnya penuh, membuat kakak kandung Ade bingung. Mereka kemudian mengosongkan septic tank pribadi itu secara mandiri, menggunakan peralatan yang ada. Kejadian itu membuat otak bisnis kakak Ade berputar. Mereka lalu memutuskan mendirikan usaha sedot WC karena belum ada jasa tersebut di sekitar wilayah mereka.
Setelah usaha berjalan beberapa tahun, pada 2006 Ade memutuskan membantu usaha kakaknya. Ia banting setir dari pekerjaan lamanya sebagai karyawan perusahaan farmasi. Sejak itu, bisnis sedot WC cabang Solo berganti kepemilikan ke tangan Ade
Sedot tinja adalah usaha door-to-door karena sampai sekarang belum ditemukan teknologi sedot WC online. Pelanggannya siapa saja, pokoknya semua fasilitas yang punya septic tank, mulai dari ke rumah pribadi sampai kantor polisi. Wilayah operasi satu mobil penyedot tinja lumayan luas, mencakup tiga wilayah kabupaten atau kota.
Sampai rumah pelanggan, tukang sedot tinja langsung melancarkan aksi pertamanya. yakni menemukan lokasi septic tank. Dalam septic tack tersebut terdapat lubang sedot (biasanya sudah ada paralon dop 3 atau 4 inci untuk menyedot) yang harus dibuka. Dengan kekuatan jiwa dan raga barulah penyedotan tinja dilakukan, tentunya menggunakan perlengkapan yang aman supaya tidak kena tepercik tahi. Di saat inilah spesialis sedot WC menguasai sepetak rumah karena sang empunya rumah otomatis nggak betah dan memilih menjauh.
“Jijik pasti, tapi karena udah tiap hari pekerjaan ya sudah biasa. Habis nyedot tinja terus makan ya nggak masalah karena pasti cuci tangan. Kalau awal-awal ya jijik banget. Apalagi pas ketemu saluran mampet, kudu disebul sik (harus ditiup terlebih dahulu),” terangnya.
Jangan membayangkan proses ditiup itu menggunakan mulut kosong loh ya. Ade mengatakan, terdapat dua alat yang digunakan untuk membantu mengatasi saluran mampet. Pertama, pressure tekanan tinggi yang dilakukan dengan bantuan air. Kedua, spiral yang dimasukkan ke saluran yang mampet. Keduanya dilakukan pada kloset dengan kehati-hatian ekstra seperti merawat anak sendiri.
Hal mengerikan selain saluran mampet bagi tukang sedot WC adalah selang yang bermasalah. Itu dialaminya suatu ketika, saat alat yang seharusnya menyedot tinja, malah menyemburkannya. “Lha, kalau mbalike (tersembur keluar) pas di septic tank ya nggak masalah. Kalau di (selang menyembur di) halaman rumah orang, itu yang susah,” kenang Ade sambil tertawa.
Usut punya usut, ternyata septic tank juga memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI). Idealnya, septic tank dikuras saban 2-3 tahun sekali. Penuh tidak penuh, harus dikuras agar sirkulasi dalam bak tetap sehat. Bagaimana kalau tidak? Lumpur tinja yang semula encer akan tertimbun keras jadi sulit disedot. Hiiiy.
Uniknya, tak semua pemilik rumah yang memanggil tukang sedot WC tahu letak septic tank rumah mereka. Ini peristiwa menjengkelkan buat si tukang. Bisa makan waktu seharian untuk mencari lokasi pembuangan itu. “Akhirnya biasanya saya nyuruh pemilik rumahnya untuk manggil tukang batu dulu, biar kami bisa mengerjakan orderan lain,” kata Ade.
Ade juga menjelaskan salah satu misteri terbesar dunia pertinjaan: tinja yang udah disedot itu dibuang ke mana sih? Rupanya, tinja dibuang di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) milik pemerintah kabupaten/kota setempat. Jadi, selain tak asal buang, pengusaha sedot WC juga dikenai retribusi oleh pemerintah.
“Nantinya (tinja) disaring difilter berapa kali baru dia bisa masuk ke bahu sungai, (dalam kondisi) sehat dan aman buat lingkungan. Kalau nggak ada bahu sungai, diresapkan ke tanah itu udah melewati proses biologis sendiri. Itu aman,” Ade menjelaskan lagi.
Lumpur encer dan bau super tidak sedap dari tinja ini pasti dijauhi dan diremehkan masyarakat. Di balik sisi menjijikkannya, bisnis jasa sedot tinja Ade mampu mencukupi delapan krunya dengan baik.
Ade mengungkapkan bisnisnya di Solo memiliki delapan kru dengan empat armada yang berfungsi dengan baik untuk jasa sedot tinja. Satu armada paling tidak bisa menggarap minimal tiga orderan dengan batas kapasitas per hari maksimal lima. Bayaran untuk usaha sedot tinja sendiri tidak bisa dibilang murah karena patokan harga dalam sekali sedot ada di kisaran angka 300 ribu hingga 500 ribu.
Namun, kisaran angka yang lumayan tersebut tak bisa tiap hari ia dapatkan. Kadang kala ada armada yang menganggur alias nggak ada orderan. Pasang surut dalam bisnis apa pun termasuk sedot tinja merupakan hal biasa apalagi kini kompetisi di bidang ini sudah mulai ketat. Ia mengatakan, “Kompetisi yang ketat menjadikan pelayanan dan promosi menjadi kunci bisnis ini tetap jalan.”
Kalau kata orang-orang di luar sana, something must be different. Ade berujar bahwa mengolah suatu bisnis apalagi usaha jasa sedot tinja ini memang harus lain daripada yang lain. Hingga kini masih banyak orang yang memasang jasa ini di tiang-tiang listrik. Hal tersebut sudah jadi ciri khas ingatan di luar kepala soal sedot tinja. Namun apa boleh buat, zaman menuntut perkembangan. Tiang ditinggalkan, search engine dan market place dikejar.
“Alhamdullillah, nggak pernah sampai kosong benar-benar tidak ada orderan. Kerja sama dengan PDAM sangat membantu soal orderan ini karena sudah terjadwal,” tambah Ade. Kerja sama dengan PDAM Solo sebagai wilayah percontohan program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (L2T2) sangat membantu usahanya untuk tetap hidup dan semakin dikenal masyarakat luas.
Pemerintah Kota Solo sengaja menggandeng pihak swasta dalam melaksanakan program L2T2 ini. Tujuannya untuk mewujudkan 100 persen akses air minum, 0 persen kawasan kumuh dan 100 persen penyediaan sanitasi pada 2020 di Kota Solo. Selain itu, L2T2 ini dilakukan pula agar air tanah tidak tercemari oleh tinja.
Namun, nggak cuma bisnis sedot tinja yang diuntungkan, masyarakat pun diuntungkan dengan adanya program ini. Nantinya, septic tank di setiap rumah tangga akan disedot secara terjadwal setiap tiga tahun sekali. Biayanya akan diakumulasi ke tagihan PDAM per bulannya mulai 5 ribu rupiah tergantung golongan pelanggan. “Bayarannya memang di akhir, jadi kami tombok sik (menalangi dulu), tapi ya lumayan lah,” tambah Ade.
Walaupun modal yang dikeluarkan untuk investasi armada dan peralatannya lumayan besar, namun nyatanya berhasil balik modal dan mampu menghidupi keluarganya sendiri serta delapan keluarga krunya. Tak boleh ketinggalan, pendapatannya juga bisa memenuhi kebutuhan armada.
Lingkungan sehat memang perlu diciptakan salah satunya dengan menguras septic tank secara rutin. Pesan dari Mas Ade, jangan lupa cek septic tank dan jangan takut untuk berkonsultasi dahulu sebelum pesan jasa sedot tinja.
BACA JUGA Kenapa Toilet Cewek Itu Jauh Lebih Jorok dari Toilet Cowok sih? dan seluk-beluk absurd lainnya di rubrik LIPUTAN.