Dusun Mejing Kidul, Sleman turut terdampak pembangunan Tol Jogja Solo. Adanya pembangunan tersebut mengharuskan warga dusun meninggakan lahan rumah masing-masing.
Salah satu warga Mejing Kidul, Sleman, Raya* (21), bukan nama asli, mengeluhkan adanya proyek pembangunan Tol Jogja Solo. Sebab, rumahnya terdampak. Mau tak mau ia dan keluarganya harus pindah.
Padahal, rumah tersebut sudah ia tempati sejak kecil. Rumah penuh kenangan, merekam suka duka perjalanan hidup keluarga Raya.
“Reaksi awal dengar kabar itu sih, kaget, ya. Kenapa Mejing (Kidul) yang harus kena,” tutur Raya sore saat saya temui, Selasa (10/9/2024).
Simpang siur Tol Jogja Solo bikin warga bingung
Awal mula kabar pembangunan Tol Jogja Solo di Mejing Kidul, Sleman, beredar kira-kira pada pertengahan 2021 silam. Saat itu isu tersebut masih terkesan simpang siur.
Sosialisasi mengenai proyek pembangunan Tol Jogja Solo sebenarnya sudah diadakan oleh pihak Kelurahan Ambarketawang. Hanya saja, kata Raya, sosialisasi yang diberikan rasa-rasanya masih kurang jelas.
Warga Dusun Mejing Kidul, Sleman, sangat dibingungkan dengan alur pendataan yang masih belum terstruktur dengan jelas.
“Misalnya aja ya, kami harus ngumpulin berkas-berkas tapi nggak tahu batas waktunya sampai kapan,” keluh Raya.
“Udah coba minta kejelasan melalui perangkat desa dan datang langsung ke kelurahan, tapi malah sama-sama bingung dan berakhir dengan saling menunggu,”sambungnya.
Sementara di lain kesempatan, Kepala Dukuh Mejing Kidul, Sleman,, Arif Haryadi, menyampaikan bahwa warga (Mejing Kidul) belum menerima informasi resmi dan pasti mengenai pembangunan Tol Jogja Solo.
Meskipun sudah ada tahap pengukuran tanah, tapi tidak disertai sosialisasi yang melegakan warga. Bahkan warga merasa kurang dilibatkan dalam proses tersebut.
“Enggak kulonuwun. Lahanya cuma dipasang pakai kayu, terus sama warga dicabut,” ujarnya seperti dikutip dari Harian Jogja.
Pemberian kompensasi ke warga Mejing Kidul belum jelas
Ketidakpastian mengenai besaran kompensasi menjadi kekhawatiran lain warga Dusun Mejing Kidul, Sleman.
Meskipun telah dilakukan survei dan penilaian terhadap lahan, informasi yang diterima warga masih sangat terbatas. Raya mengaku keluarganya belum mendapat kepastian berapa jumlah uang yang akan diterimanya.
Hal ini menyebabkan kecemasan di kalangan warga, terutama mereka yang memiliki ketergantungan hidup yang tinggi terhadap lahannya.
Selain perihal kompensasi, Raya dan keluarganya berharap agar proses pembebasan lahan dapat disegerakan. Mengingat, tidak semua warga dusun Mejing Kidul, Sleman, sudah mendapat lahan pengganti.
Sebagian warga dusun yang belum memiliki lahan pengganti, termasuk Raya, harus memikirkan opsi lahan baru yang entah di mana tempatnya. Pastinya hal tersebut juga bergantung dari hasil kompensasi yang akan mereka dapatkan.
“Semakin cepat pemberian kompensasi diberikan, semakin cepat pula warga dusun dapat mencari lahan pengganti,” kata Raya.
Pindah dari Mejing Kidul tak semudah bayangan
Tahap pengukuran lahan warga oleh pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) di Dusun Mejing Kidul, Sleman, mulai dilaksanakan pada Mei 2024 lalu. Sudah cukup lama jaraknya dari sosialisasi yang dilakukan pada awal 2023.
Kini Raya dan keluarganya tengah dibingungkan dengan kemungkinan pindah rumah.
Bagi Raya, pindah dari Mejing Kidul, Sleman, bukan sekadar pindah rumah. Tapi juga berarti harus merombak seluruh rutinitas sehari-hari.
Bayangkan saja, harus mencari rumah baru di tempat yang belum tentu cocok, menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, dan yang paling penting, harus rela meninggalkan segala kemudahan yang selama ini didapat: akses menuju kampus, tempat ibadah, dan tempat-tempat lainnya yang sudah sangat familiar selama berada di Dusun Mejing Kidul.
Bagi Raya pun, pembangunan Tol Jogja Solo tak hanya soal pemindahan lahan, tapi juga turut mempengaruhi pandangan orang lain kepada keluarganya. Beberapa asumsi berlebihan sering muncul.
“Banyak orang yang bilang, ‘wah iki meh dadi miliyarder, entuk duit seko tol’, padahal uang (kompensasi) yang diterima belum tentu sebanding dengan lahan kami yang dulu dan belum tentu dapat menutup kebutuhan lain yang kami perlukan,” ungkap Raya.
Tol Jogja Solo jadi ancaman kerukunan
Sama halnya Raya, Aris (51) turut merasakan dampak pemindahan lahan pada tempatnya berjualan. Aris adalah seorang penjual angkringan yang bertempat tinggal di Kecamatan Gamping Lor dan membuka usaha angkringan di wilayah Dusun Mejing Kidul.
Adanya proyek pembangunan Tol Jogja Solo mengharuskannya memindahkan lahan usahanya, meskipun masih berada di lingkup Dusun Mejing Kidul, Sleman.
“Kalau saya sih, ya, pindah tapi cuma beberapa meter dari sini. Nanti jadinya angkringan saya ada persis di bawah tol,” ujarnya saat saya temui, Sabtu (14/09/2024).
Rumah Aris memang tak terdampak langsung. Namun, ia punya kekhawatiran: pasti nantinya akan ada perubahan tata ruang dan akses jalan yang semakin rumit, sehingga membuat saya merasa asing dengan lingkungan yang dulu saya kenal.
Selain itu, keberadaan Tol Jogja Solo yang begitu dekat dengan pemukiman warga Dusun Mejing Kidul, Sleman, juga menimbulkan kekhawatiran peningkatan kebisingan dan polusi udara yang ditimbulkan oleh lalu lintas kendaraan di jalan tol.
Ketidakpastian terkait informasi, perbedaan pandangan mengenai nilai ganti rugi, dan perasaan dirugikan yang dirasakan sebagian warga pun sedikit banyak memicu perselisihan.
“Ha ini tentu dapat mengancam kerukunan yang selama ini menjadi ciri khas Dusun Mejing Kidul, Sleman,” tutup Aris dengan sorot mata penuh keresahan.
Penulis: Yemima Ken Suryandari
Editor: Muchamad Aly Reza
Liputan ini diproduksi oleh mahasiswa Magang Jurnalistik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta periode September 2024.
BACA JUGA: Hidup Tenang Warga Ringinsari Sleman Kini Terusik Tol Jogja Solo yang Penuh Kesemrawutan
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News