Till Drop bikin orang Surabaya betah di Jogja
“Oke lagu terakhir dari kami…,” ucap vokalis band penampil di Till Drop malam itu. Lagu “Benci untuk Mencinta” dari Naif pun bergema, yang langsung disambut dengan sorak antusias dari para pengunjung. Mereka semua lantas bernyayi bersama mengikuti lirik demi lirik. Tidak terkecuali dengan Yusuf dan Evi.
Sudah menjelang pukul 00.00 WIB. Till Drop, Prawirotaman, sudah mau tutup. Evi sebenarnya masih ingin menikmati malam di Till Drop, tapi mau bagaimana lagi.
“Udahlah jangan pulang besok. Lanjut aja nyampe Minggu,” goda seorang pemuda di sebelah Evi. Pemuda asli Jogja, kenalan Evi saat bertemu di beberapa konser musik.
“Penginnya juga begitu. Tapi harus back to reality, Rek,” jawab Evi.
Setelah lagu tuntas diiringi tepuk tangan dan sorak-sorai, satu per satu pengunjung mulai meninggalkan Till Drop, Prawirotaman, Jogja. Evi berjalan dengan agak sedih mengingat besok harinya, Kamis, (25/4/2024) ia sudah harus kembali ke Surabaya.
“Tapi aku punya harapan kelak bisa menetap di Jogja sih. Sampai tua gitu,” tuturnya.
“Karena di Jogja ada Till Drop?,” timpal saya menggoda.
“Ya nggak cuma itu, Rek. Nanti makin tua kan makin ngurangi nge-barnya. Nggak tahu ya, udah sumpek hidup serba cepat dan terburu-buru di Surabaya. Pengin menjalani slow living di Jogja,” balasnya.
Kami lalu berpisah. Evi lanjut motoran menikmati suasana malam di Jogja. Saya hanya berdoa agar ia tak sampai bertemu klitih di jalan. Kalau sampai itu terjadi, bayangannya tentang menghabiskan masa tua di Jogja dengan tenang dan santai bisa buyar.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.