Feni (37) hanya bisa menunggu dengan khawatir di kursi antrean Puskesmas Sekaran, Kota Semarang pada Kamis (16/10/2025). Bagaimana tidak, ia baru pertama kali ini datang ke puskesmas untuk melakukan screening stunting terhadap anak ketiganya yang berusia dua tahun.
Feni berujar nama anaknya terdaftar di data kelurahan Sekaran untuk pemeriksaan lebih lanjut bersama 26 orang ibu lainnya. Padahal, kata Feni, ia tidak menemukan gejala yang berarti saat melakukan pemeriksaan kesehatan rutin terhadap anaknya di posyandu.
“Saya merasa awalnya anak saya ini sehat, karena makanannya sudah bergizi walaupun kadang nafsu makannya nggak tentu. Jadi porsinya tiba-tiba bisa sedikit, bahkan nggak mau makan,” kata Feni saat ditemui Mojok di Puskesmas Sekaran, Kota Semarang pada Kamis (16/10/2025).
Di tengah kekhawatirannya itu, seorang bidan akhirnya memanggil nama anak Feni untuk pemeriksaan tumbuh dan kembang. Tak berhenti sampai di situ, ia harus menunggu lagi hampir setengah jam untuk memenuhi panggilan dokter spesialis anak.

“Anak saya, saya kasih ke ayahnya lebih dulu biar dia istirahat di rumah. Soalnya kalau sudah jam 12.00 WIB begini memang jadwal dia tidur. Biar saya yang nunggu di sini (Puskesmas Sekaran),” kata Feni.
Ia pun diselumuti rasa was-was sebab menjadi peserta terakhir dari 12 ibu yang menunggu pemeriksaan. Akhirnya, penantian itu disambut dengan gembira karena dokter hanya menyarankan Feni agar memberi asupan gizi yang sehat untuk anaknya serta pola makan yang teratur.
Para ibu wajar merasa khawatir
Feni mengaku pemeriksaan stunting itu adalah pengalaman pertamanya mengikuti acara Stetoskop (Skrining terpadu faktor kesehatan pada balita berkolaborasi dengan dokter spesialis), meski sebelumnya ia sudah punya dua anak laki-laki. Oleh karena itu, pengalaman tersebut menjadi pengetahuan baru bagi Feni. Ia pun berharap agar program seperti itu di Puskesmas Sekaran dapat terus berlanjut.
Kota Semarang memang sedang gencar-gencarnya mencegah stunting melalui upaya promotif preventif. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Moch Abdul Hakam pun tak mengelak jika kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu balita maupun ibu hamil menjadi tantangan tersendiri untuk pencegahan stunting.
“Sebagian ibu belum memahami pentingnya pemeriksaan kehamilan dan manfaat kelas ibu hamil untuk menjaga kesehatan ibu dan janin,” kata Hakam saat dihubungi Mojok, Selasa (14/10/2025).
Ia menjelaskan faktornya bisa jadi beragam. Salah satunya karena faktor ekonomi yang menyebabkan ibu harus bekerja, sehingga sering menunda atau melewatkan jadwal pemeriksaan.
Selain itu, beberapa ibu juga merasa takut dan cemas untuk mengetahui hasil pemeriksaan. Padahal, pemantauan seperti itu penting guna memastikan tumbuh kembang bayi sesuai usianya.
“Dengan mengikuti Posyandu secara rutin setiap bulan, orang tua dapat mengetahui kondisi bayi dan segera mendapatkan penanganan apabila ditemukan tanda-tanda gangguan tumbuh kembang,” kata Hakam.
Bayi sehat vs pemeriksaan lebih lanjut

Hakam menjelaskan bayi dikatakan sehat apabila tumbuh dan berkembangnya sesuai dengan usia bayi, tanpa menunjukkan tanda-tanda gangguan kesehatan. Beberapa indikator utama bayi sehat yang bisa diperiksa di Puskesmas Sekaran, Kota Semarang yakni:
- Berat badan sesuai usia dan bertambah secara teratur setiap bulan berdasarkan grafik pertumbuhan KMS.
- Suhu tubuh normal antara 36,5–37,5°C, tidak mengalami demam atau hipotermia.
- Menyusu atau makan dengan baik, tidak sering muntah.
- Buang air kecil dan besar teratur dengan warna serta konsistensi normal.
- Aktif dan responsif, tidak tampak lemas, mudah terbangun, dan mampu berinteraksi seperti tersenyum atau merespons suara.
- Tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit seperti sesak napas, kulit kebiruan, kuning seluruh tubuh, kejang, atau diare terus-menerus.
- Tumbuh kembang sesuai tahap usianya, misalnya mampu tengkurap, duduk, meraih benda, dan merespons rangsangan sesuai umur.
Sebaliknya, bayi perlu mendapat perhatian atau pemeriksaan lebih lanjut apabila:
- Berat badan tidak naik dalam dua kali penimbangan berturut-turut.
- Menyusu lemah atau menolak makan.
- Tampak lesu atau tidak aktif.
- Mengalami demam tinggi, sesak napas, atau kejang.
- Kulit, mata, atau kuku tampak kuning hingga seluruh tubuh.
Layanan kesehatan gratis dari Semarang

Sebagai informasi, Pemerintah Kota Semarang menyediakan berbagai layanan gratis untuk ibu hamil dan balita melalui Puskesmas, Posyandu, dan jejaring layanan. Masyarakat dapat mendaftar langsung di Puskesmas sesuai domisili dengan membawa KTP, Kartu Keluarga sesuai dengan FKTP masing-masing.
Ibu hamil yang belum punya jaminan kesehatan akan didaftarkan UHC oleh petugas Puskesmas. Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil adalah ANC dan pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium, imunisasi TT, konseling gizi dan pendampingan ibu hamil.
Sedangkan, program untuk mencegah stunting pada balita ialah Daycare Rumah Pelita, di mana balita dengan masalah gizi diberikan pelayanan dalam bentuk daycare untuk pemenuhan asupan gizi dan pemberian pola asuh yang optimal.
Pendaftaran dilakukan melalui puskesmas di kecamatan yang terdapat Daycare Rumah Pelita untuk di-skrining kesehatan terlebih dahulu. Jika hasil skrining tidak menunjukkan tanda positif TB dan imunisasi sudah lengkap, maka balita bisa diinden atau masuk langsung ke daycare apabila masih terdapat kuota peserta.
“Layanan Daycare Rumah Pelita bersifat gratis dan ditujukan khususnya bagi keluarga kurang mampu dan keluarga dengan balita masalah gizi,” ucap Hakam.
Tingkat stunting di Semarang terendah ke-2 di Jawa Tengah
Lewat upaya-upaya tersebut, Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Semarang boleh berbangga diri atas prevalensi stunting yang menurun secara signifikan tiap tahun. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angkanya turun dari 15,7 persen di tahun 2023 menjadi 11,2 persen di tahun 2024. Penurunan itu juga yang menempatkan posisi Kota Semarang berada di urutan ke-2 terendah di Jawa Tengah.
“Meski demikian masalah stunting harus tetap diperhatikan melalui upaya dan kolaborasi bersama sehingga target penurunan stunting menjadi sebesar 5,4 persen pada tahun 2029 berdasarkan RPJMD dapat tercapai,” ujar Hakam.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Rahasia Sukses Semarang untuk Menggenjot Masalah Stunting hingga Jadi Peringkat ke-2 Terendah di Jawa Tengah atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












