Belajar terbukti tak memandang usia. Hal tersebut dibuktikan oleh Wagimoen, seorang lansia 84 tahun yang berhasil menuntaskan kuliahnya di Universitas Terbuka (UT) Bogor. Selama 13 tahun menimba ilmu, lelaki yang berprofesi sebagai supir angkot ini berhasil melampaui banyak pencapaian, termasuk IPK Gibran.
Mbah Moen, sapaan akrabnya, adalah pensiunan staf Angkatan Darat (AD) yang hidup sebatang kara setelah istrinya meninggal pada 2007 lalu. Setelah istrinya meninggal, ia memutuskan bekerja sebagai sopir angkot di usia yang sudah senja, 67 tahun.
Namun, itu belum seberapa. Tiga tahun berselang, di usianya yang ke-70, Mbah Moen memutuskan untuk kuliah. Hal ini pun cukup mengagetkan mengingat usianya yang dianggap sudah tak lazim lagi untuk memulai kuliah S1.
Setiap harinya, kuliah sambil narik angkot pun Mbah Moen jalani. Kisahnya kemudian ramai setelah akhirnya dia wisuda pada November 2023 lalu. Video sambutannya di panggung inspiratif Wisuda UT Bogor juga ramai jadi pembahasan saat itu.
Lanjut kuliah di UT karena ingin punya gelar sarjana saat meninggal
Mbah Moen mendaftar ke UT Bogor pada 2010 di program studi S1 Administrasi Negara. Kepada para wisudawan lain, ia bercerita alasannya berkuliah meski usianya telah senja.
Kata dia, sejak masih muda dia sangat memimpikan punya gelar Doktorandus alias drs. Sayangnya, mimpi itu tak kesampaian karena putus kuliah.
“Saya dulu putus kuliah. Ingin punya gelar sarjana biar punya ijazah,” kata Mbah Moen dalam acara Wisuda UT Pusat Periode I di UT Convention Center, Jakarta, November 2023 lalu.
Ketika pertama mendaftar ke UT, pertanyaan pertama yang ia sampaikan ke pihak kampus adalah, “saya sudah 79 tahun, apakah masih bisa kuliah?”. UT Bogor pun mengatakan masih bisa. Tapi karena sudah berada di tengah tahun ajaran, Mbah Moen diminta untuk mendaftar di semester depan.
Pada pertengahan 2010, ia kembali mendaftar dan diterima. Mbah Moen mengaku mimpi masa lalunya yang sudah mati bisa ia hidupkan kembali.
“Keinginan lama saya, meninggal punya ijazah, sarjana,” sambungnya.
Sempat kesulitan pakai komputer
Sudah jadi rahasia umum kalau metode perkuliahan di UT semuanya full online. Hal ini pun cukup menjadi hambatan bagi Mbah Moen. Bagaimana tidak, ponsel saja jadul, apalagi buat belajar daring.
Untungnya orang-orang sekitarnya cukup membantu Mbah Moen dalam menjalani perkuliahannya tersebut. Pihak kampus UT juga cukup suportif. Tiap ada ujian, baik itu tengah semester maupun akhir semester, mereka mengundang Mbah Moen buat datang ke kampus.
Di sana, UT menyediakan ruang khusus bagi Mbah Moen buat mengerjakan ujian. UT juga memberikan beberapa pendamping yang khusus untuk membantu Mbah Moen mengerjakan tugas-tugas harian.
Sayangnya, tiga tahun berselang atau pada 2013, Mbah Moen mengalami masalah pendengaran. Inderanya mulai menurun karena faktor usia. Masalah ini menjadi alasan utama mengapa perkuliahannya bisa sangat lama sampai 26 semester. Namun, belakangan diketahui UT memfasilitasinya dengan memberi alat bantu dengar.
Meski lulus molor tetap bisa lampaui banyak rekor, termasuk kalahkan IPK Gibran
Meski lulusnya cukup molor, yakni sampai 13 tahun atau 26 semester, nyatanya Mbah Moen berhasil memecahkan banyak rekor. Pertama, ia menjadi wisudawan tertua sepanjang sejarah kelulusan UT di acara wisuda UT Pusat.
Mbah Moen berhasil mengalahkan tiga wisudawan tertua pada periode wisuda-wisuda sebelumnya. Antara lain Mooryati Soedibyo yang lulus UT di usia 59 tahun, Safriyansah 79 tahun, dan Yustina yang lulus pada usia 81 tahun.
Kedua, dan yang lebih penting lagi, IPK-nya bisa melampaui pencapaian salah satu cawapres sekaligus anak Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka. Jika Gibran hanya memperolah IPK 2,3, Mbah Moen dengan segala keterbatasannya bisa lulus dengan IPK 2,4.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Mahasiswa UNESA Baru Lulus S1 di Usia 52 Tahun, Dulu Berhenti Kuliah Karena Gaji Guru Kecil
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News.