Seringkali ia mendapati penolakan. Namun, bagi pegawai koperasi simpan pinjam itu hal yang lumrah. Lewat deretan penolakan itu ia bisa belajar memetakan tipikal orang yang bisa ia tawari pinjaman dan yang tidak. Biasanya, ibu-ibu lebih mudah untuk meminjam uang.
Taklukkan medan terjal lintas provinsi
Rute jelajah Awan juga tidak dekat. Ia berkantor di Cilacap namun bisa menjelajah sampai Banjar, Ciamis, hingga Tasikmalaya Jawa Barat. Setiap hari pulang dan pergi.
Pagi hari setelah mendapat jatah sarapan ia akan mulai berangkat ke lapangan. Di jalanan medan tidak selalu berupa aspal mulus. Cilacap bagian barat terkenal dengan kontur perbukitan. Tak jarang Awan harus menempuh rute yang bukan beralaskan aspal maupun cor-coran, melainkan tanah dan bebatuan. Setahun pertama ia menempuh semua medan itu dengan Honda Revo 110.
“Pernah sekali nggak kuat nanjak di gunung. Dituntun akhirnya,” kenangnya tertawa.
“Di sana banyak jalan yang wujudnya nggak kayak jalan,” sambungnya.
Di koperasi simpan pinjam, menurutnya memang ada hierarki soal kendaraan lapangan. Buat PDL sepertinya, kendaraan inventaris dari kantor biasanya Honda Revo 110 atau Supra X 125. Selanjutnya untuk analis juga masih menggunakan Supra X.
“Kalau sudah bagian audit bisa dapat CBR 150. Kalau kepala bawanya sudah mobil,” paparnya.
Ia pernah mengalami satu tahun bersama Revo. Di tahun kedua menjadi pegawai koperasi hingga saat ini ia lebih banyak mendapat jatah mengendarai Supra X.
Sebagai pegawai koperasi simpan pinjam, ia punya satu prinsip yakni bukan hanya badan yang fit namun juga motor. Sebab keduanya sama-sama menunjang vitalitas kerja di lapangan. Demi bisa mengejar target capaian di akhir bulan.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Aly Reza
BACA JUGA Pengalaman Saya Menjadi Tukang Tagih di Koperasi Swasta
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News