Mimpi sopir kuliahkan anak di kedokteran yang tertahan realita
Sementara itu, Triono mengaku belum punya banyak pengalaman karena pertama kali mengantar ke wisuda. Namun, di pengalaman pertama ini ia juga mengamini bahwa suasana kebahagiaan orang tua tak bisa tertutupi.
“Sepanjang jalan, walaupun capek dan berangkat dari pagi buta, sudah banyak cerita soal anaknya,” kelakarnya.
Para sopir ini mengaku senang, melihat mimpi-mimpi yang terwujud dalam acara semacam ini. Gito lantas curhat bahwa ia juga pengin menguliahkan anaknya di UGM. Namun, mimpi itu baginya cukup sulit untuk tercapai.
“Anak itu dari dulu pengin jadi dokter. Pengin masuk UGM. Tapi saya tahu realitanya itu susah. Meski dapat beasiswa, kebutuhan lain-lainnya itu mahal. Saya sarankan untuk ambil jalan lain di jurusan perawatan,” curhat bapak dua anak ini.
Anak pertama Gito memang baru duduk di bangku SMP. Namun, pikirannya sudah jauh ke depan tentang masa depan perkuliahan anak.
“Baca berita anak sopir bisa jadi sarjana itu senang Mas. Jadi semangat kerja,” kelakarnya.
Sambil menanti prosesi wisuda UGM rampung, para sopir ngobrol terkait apa saja. Mulai dari kebingungan mereka soal kekalahan Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah sampai pengalaman berkendara ke luar jawa.
Darto misalnya, cerita pengalamannya dilempari batu saat membawa mobil di Lampung. Menurutnya, itu momen paling menegangkan selama menjadi sopir sejak 2006 silam.
“Di Lampung bisa seharian muter-muter, kesasar, sudah gitu malah kena lempar batu dari orang nggak jelas,” kenangnya.
Hari semakin terik, lelah para sopir tampak dari mata mereka yang memerah. Gito lantas pamit, mau terlelap sejenak di dalam mobil. Darto dan Triono, melanjutkan perbincangan. Perjalanan mereka masih panjang, menemani kebahagiaan di hari wisuda yang membanggakan bagi keluarga.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Nekat Pakai Joki Seleksi SNBP Demi PTN Impian, Bisa Lolos tapi Ketahuan Dosen dan Berakhir Keluar
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News