Caturtunggal Sleman jadi salah satu kalurahan dengan perputaran ekonomi terbesar di Jogja. Lebih dari 10 kampus besar ada di sini. Namun, di baliknya tersimpan kisah nestapa orang terpinggirkan.
Wilayah ini dulunya bahkan terdiri dari lima kalurahan yakni Karangwuni, Mrican, Demangan, Ambarukmo, dan Kledokan. Pada 1946, kelimanya digabung menjadi satu sebagai Kalurahan Caturtunggal Sleman.
Jika menyebut beberapa kampus terbesar di Jogja, baik negeri maupun swasta, kebanyakan terletak di Caturtunggal Sleman. Ada UGM, UNY, UIN Sunan Kalijaga, hingga beberapa kampus swasta ternama seperti Sanatha Dharma hingga Atma Jaya.
Keberadaan kampus beriringan dengan pertumbuhan berbagai sektor ekonomi penopang seperti pusat perbelanjaan, pertokoan, hingga UMKM yang berlimpah. Namun, di balik itu banyak kisah pilu terekam di pinggiran jalan raya ramai atau sudut-sudut gang permukiman padat penduduk.
Orang-orang tanpa rumah yang terusir, mencari suaka di pinggiran jalan Caturtunggal Sleman
Salah satu fenomena yang kerap terlihat di Caturtunggal Sleman adalah para manusia tanpa rumah yang terlunta-lunta di pinggir jalan. Pemandangan itu sering terlihat di Jalan Teknika di utara Fakultas Biologi UGM. Jalanan dengan panjang sekitar 300 meter dengan banyak pepohonan.
Pada Senin (29/1/2024) malam, setelah hujan mengguyur Jogja seharian saya berkendara pelan di jalanan itu. Melihat manusia-manusia bercengkerama dalam gelap jalan dengan lampu penerangan yang remang.
Beberapa di antara mereka bergerombol, tiga sampai empat orang yang merupakan tukang rongsok sampai tukang becak. Namun, di antara itu ada sepasang lelaki dan perempuan yang menarik perhatian saya. Mereka berdua duduk beralaskan tikar di samping gerobak yang terparkir di selatan MM UGM Caturtunggal Sleman.
Selepas itu, saya coba menghampiri seorang yang tengah sendiri di salah satu sudut jalan. Lelaki tua, yang dalam remangnya lampu penerangan pun penampilannya tampak kusam dan tak terawat. Saat saya datang ia tampak sedang menatap berbagai barang yang tergeletak di samping sepeda. Ada jas hujan plastik, minyak kayu putih, dan alas dari kresek yang basah sehabis hujan.
Lelaki yang mengaku bernama Gunardi ini mengaku sudah sebulan menggelandang di sekitar UGM. Datang dari Gresik menggunakan bus. Awalnya ia mengaku sedang menunggu dapat pekerjaan.
“Ada saudara di Caturtunggal tapi rumahnya sedang direnovasi,” katanya menjelaskan alasan memilih singgah di sekitar UGM.
Baca halaman selanjutnya…
Mahasiswa kelaparan di kos tengah permukiman padat penduduk