Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Alasan Orang Tua di Jogja Tidak Memasukkan Anaknya ke Sekolah Formal karena Sistem Pendidikan Indonesia Tidak Berubah

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
24 Juli 2025
A A
SALAM, sekolah di Jogja. MOJOK.CO

ilustrasi - sekolah di Jogja kekurangan murid. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Peran orang tua sebagai teman diskusi

SALAM, sebagai sekolah nonformal di Jogja juga mengajarkan orang tua dan anak untuk saling berdiskusi tanpa intervensi. Misalnya, kata Gita, ketika anaknya lebih sering menonton TV saat pandemi ketimbang belajar, Gita tak langsung memarahinya. Namun, Gita akan bertanya kepada anaknya, mengapa dia suka menonton TV berlebihan? Apa efeknya pada tubuh?

Saat itu, anaknya pun menjawab kalau matanya jadi sakit, panas, dan merah karena menonton TV terlalu lama. Dengan begitu, anaknya jadi tahu mengapa dia tidak boleh menonton TV dengan durasi yang panjang. 

“Jadi nggak langsung ngasih perintah, memberi hukuman atau cuman mengiming-imingi hadiah aja, di SALAM kami pakai istilah konsekuensi,” ujar Gita.

Kejadian lain, saat anak Gita menumpahkan minuman di sofa. Pada umumnya, orang tua akan langsung marah dan memberikan sanksi tegas kepada anak. Namun, di SALAM, orang tua diajarkan untuk mengajak anaknya berdiskusi. 

“Pertama, saya ajak dia membersihkan tumpahan minumannya tadi. Kalau sudah, baru saya tanya, ‘bisa nggak sofanya bersih’? Ternyata nggak bisa. Dari situlah dia jadi tahu kenapa minuman tadi nggak boleh tumpah di sofa,” ujar Gita.

Sekolah di Jogja yang mengajarkan cara siswa “hidup”

Contoh-contoh sederhana tadi membuat Gita sadar bahwa di SALAM pendidikan tak hanya untuk anak, tapi juga orang tua maupun fasilitator. Begitu pula yang dirasakan Butet, salah satu wali murid di SALAM.

“Makanya kalau di kami ada istilah, yang sekolah adalah orang tua sementara anaknya bermain,” kata Butet di lokasi yang sama.

Butet pun tak mengelak jika ada pertentangan di dalam keluarga besar. Mereka takut akan masa depan anak Butet yang tidak mendapatkan sekolah pada umumnya di Jogja. Padahal, Butet sudah meriset betul tentang SALAM sehingga mantap menyekolahkan anaknya di sana.

“Karena keluarga besar saya itu kan banyak yang dosen, sementara kalau lihat siswa-siswa di SALAM itu rambutnya saja sudah warna-warni. Jadi ya sebebas itu,” tutur Butet.

Namun, Butet tak terlalu memikirkan anggapan itu. Ia sudah terlalu percaya dengan anaknya yang sudah dididik di SALAM. Salah satunya metode riset yang sudah menjadi pembiasaan.

“Riset itu cara hidup. Justru karena dia sudah tau cara meriset apapun, maka dia tahu caranya hidup,” ujar Butet.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA:  SALAM: Sekolah yang Berontak karena Masalah Pendidikan di Indonesia tapi Sering Dikira Tempat Wisata Edukasi atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 28 Juli 2025 oleh

Tags: Jogjapendidikan di IndonesiasalamSanggar Anak Salamsekolah di Jogja
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO
Esai

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO
Liputan

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO
Bidikan

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025
bantul, korupsi politik, budaya korupsi.MOJOK.CO

Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan

16 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.