Peran orang tua sebagai teman diskusi
SALAM, sebagai sekolah nonformal di Jogja juga mengajarkan orang tua dan anak untuk saling berdiskusi tanpa intervensi. Misalnya, kata Gita, ketika anaknya lebih sering menonton TV saat pandemi ketimbang belajar, Gita tak langsung memarahinya. Namun, Gita akan bertanya kepada anaknya, mengapa dia suka menonton TV berlebihan? Apa efeknya pada tubuh?
Saat itu, anaknya pun menjawab kalau matanya jadi sakit, panas, dan merah karena menonton TV terlalu lama. Dengan begitu, anaknya jadi tahu mengapa dia tidak boleh menonton TV dengan durasi yang panjang.
“Jadi nggak langsung ngasih perintah, memberi hukuman atau cuman mengiming-imingi hadiah aja, di SALAM kami pakai istilah konsekuensi,” ujar Gita.
Kejadian lain, saat anak Gita menumpahkan minuman di sofa. Pada umumnya, orang tua akan langsung marah dan memberikan sanksi tegas kepada anak. Namun, di SALAM, orang tua diajarkan untuk mengajak anaknya berdiskusi.
“Pertama, saya ajak dia membersihkan tumpahan minumannya tadi. Kalau sudah, baru saya tanya, ‘bisa nggak sofanya bersih’? Ternyata nggak bisa. Dari situlah dia jadi tahu kenapa minuman tadi nggak boleh tumpah di sofa,” ujar Gita.
Sekolah di Jogja yang mengajarkan cara siswa “hidup”
Contoh-contoh sederhana tadi membuat Gita sadar bahwa di SALAM pendidikan tak hanya untuk anak, tapi juga orang tua maupun fasilitator. Begitu pula yang dirasakan Butet, salah satu wali murid di SALAM.
“Makanya kalau di kami ada istilah, yang sekolah adalah orang tua sementara anaknya bermain,” kata Butet di lokasi yang sama.
Butet pun tak mengelak jika ada pertentangan di dalam keluarga besar. Mereka takut akan masa depan anak Butet yang tidak mendapatkan sekolah pada umumnya di Jogja. Padahal, Butet sudah meriset betul tentang SALAM sehingga mantap menyekolahkan anaknya di sana.
“Karena keluarga besar saya itu kan banyak yang dosen, sementara kalau lihat siswa-siswa di SALAM itu rambutnya saja sudah warna-warni. Jadi ya sebebas itu,” tutur Butet.
Namun, Butet tak terlalu memikirkan anggapan itu. Ia sudah terlalu percaya dengan anaknya yang sudah dididik di SALAM. Salah satunya metode riset yang sudah menjadi pembiasaan.
“Riset itu cara hidup. Justru karena dia sudah tau cara meriset apapun, maka dia tahu caranya hidup,” ujar Butet.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: SALAM: Sekolah yang Berontak karena Masalah Pendidikan di Indonesia tapi Sering Dikira Tempat Wisata Edukasi atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












