Kawasan Prawirotaman, Kota Jogja, sering didaulat sebagai “Bali-nya Jogja” mengingat banyak wisatawan mancanegara yang singgah di sini. Namun, setelah 10 tahun bekerja di Bali jadi sadar, ternyata julukan itu enggak valid.
Prawirotaman sendiri merupakan sebuah kampung di Kecamatan Mergangsan, Jogja, yang lokasinya hanya berjarak 3 kilometer dari Jalan Malioboro.
Data BPS menunjukkan, tiap bulannya ada sekitar 10 ribuan bule asing yang datang ke Prawirotaman. Keberadaan pub, artshop, kafe modern dan pasar tradisional disebut menjadi daya tarik kawasan ini, sehingga memicu para turis buat singgah.
Maka, tak heran kalau Prawirotaman dijuluki Kampung Bule. Belakangan, ia juga disamakan dengan Legian, kawasan di Bali yang didominasi turis asing.
Namun, menyamakan Prawirotaman dengan Bali cuma gara-gara “banyak bulenya” adalah kesalahan besar. Jamal (37), 10 tahun lebih bekerja di Bali. Ia bahkan sudah punya rumah di sana.
Menurut lelaki asli Jogja ini, ada banyak hal yang bikin Kampung Prawirotaman masih jauh levelnya kalau mau disamakan dengan Bali.
Belum menemukan bule kere di Prawirotaman Jogja
Bule-bule miskin: yang makan nggak mau bayar, sewa motor dibawa kabur, sampai jadi homeless, banyak dijumpai di Bali. Dan, menurut Jamal, seumur hidupnya di Jogja belum pernah menemukan hal serupa. Apalagi di Prawirotaman, yang menurutnya memang diisi bule-bule yang berduit.
Lebih dari 10 tahun bekerja di sebuah penginapan kawasan Legian, ia paham betul kalau bule-bule yang datang ke Bali kebanyakan modal nekat aja. Perkara susah karena nggak punya uang, itu urusan belakang.
“Pernah diceritain manajerku, beliau orang Thailand. Katanya bule-bule yang ke Bali, Thailand, gitu memang aslinya kere-kere. Kalau punya duit larinya ya ke Asia Timur,” jelas Jamal saat Mojok temui Kamis (27/6/2024) malam.
Alhasil, selama bekerja di Legian, Bali, kelakuan random bule-bule miskin ini sudah jadi makanan sehari-harinya.
“Di Prawirotaman ada juga bule-bule random, tapi paling mentok apa sih, rese di pub aja palingan. Belum pernah kan lihat bule nggembel, tidur di pinggir jalan gitu di Jogja?,” sambungnya.
Baca halaman selanjutnya…
Di Bali banyak bule miskin mokondo. Numpang hidup, padahal sudah overstay berbulan-bulan.