Kamar yang dilengkapi AC, bagi orang desa, adalah kemewahan yang identik dengan orang kaya. Maka tak heran, ketika orang desa pertama kali menjajal kamar ber-AC—misalnya di sebuah hotel—yang terjadi justru hal konyol yang tidak terlupakan.
Sayapun begitu. Pengalaman pertama kali saya menginap di sebuah hotel terjadi baru-baru ini saja. Terbiasa dengan suhu panas Rembang dan Surabaya, tubuh saya tentu saja langsung jedindil ketika harus tidur di kamar AC.
Sampai saat inipun saya masih belum terbiasa dengan ruangan dingin. Di kantor, saya lebih memilih bekerja di ruangan sempit yang, bagi teman-teman terasa sumuk bukan main. Maka saya sebaliknya. Saya lebih baik di ruangan sumuk itu ketimbang berada di ruang utama yang AC-nya dingin menusuk tulang.
Saya paling tersiksa kalau kantor sedang menggelar rapat besar di aula hotel. Seharian saya harus berjibaku menahan agar tampak biasa. Walaupun sebenarnya badan saya gemetar dan terasa sakit semua.
Untungnya, pengalaman pertama itu tidak berakhir menjadi hal konyol. Hanya sebatas yang terjadi di atas. Berbeda dengan cerita Muin (26) yang dibagikan kepada saya, Minggu (22/6/2025).
Tidur di kamar AC hotel jadi berasa kaya
Madura (daerah asal Muin) adalah daerah yang kering dan panas bukan main. Bertahun-tahun Muin terbiasa dengan suhu panas tersebut.
Lalu pada suatu waktu ketia dia masih kuliah di Madura, tepatnya pada 2018, dia bersama teman-teman organisasinya melawat ke Surabaya untuk sebuah acara. Itulah momen pertama kali Muin mencicipi tidur di kamar AC sebuah hotel. Kendati bukan hotel mewah.
“Bagaimanapun, sebagai orang dari pelosok desa Madura, aku berasa jadi orang kaya tidur di kamar AC,” ungkap Muin. “Karena memang nggak pernah sama sekali.”
Muin, diam-diam, menyembunyikan rasa bungahnya saat pertama kali menempati kamar AC tersebut.
“Rasanya seperti bukan di Madura atau Surabaya yang kelewat panas. Ternyata sejuk sekali,” sambungnya.
Tidur di kamar AC lama-lama merasa tersiksa
Awalnya Muin merasa sangat nyaman. Selain karena hawa sejuk di kamar, kasur hotel jelas-jelas terasa jauh lebih empuk ketimbang kasurnya di rumah.
Namun, ketika dia beranjak tidur, Muin justru kerap terbangun. Tubuhnya menggigil. Selimutpun rasanya juga dingin.
Sementara temannya tampak tidur amat pulas di balik selimut. Dilema bagi Muin. Mau membangunkan takut malu sendiri karena kok ndeso banget sama hawa AC tak kuat.
“Awalnya dibetah-betahkan. Tapi bener-bener dingin. Akhirnya aku cobalah cari remote AC. Tapi sama aja, aku nggak paham caranya bagaimana,” ucap Muin denga tawa terkekeh.
Alhasil, mau tidak mau dia harus kembali ke kasur, meringkuk di dalam selimut dengan tubuh makin menggigil.
Kekonyolan kencing di celana
Seiring tubuhnya yang terus-menerus menggigil, Muin juga sering bolak-balik kamar mandi. Hawa dingin di kamar AC hotel itu membuatnya beser.
Hingga akhirnya, karena mulai mager, ditambah dia masih belum tidur jenak hingga pukul 03.00 WIB, Muin memutuskan untuk tidak beranjak dari kasur.
Tapi sial betul. Lama ditahan, akhirnya jebol juga. Secuprit air kencing membasahi celananya.
“Wah itu kalau aku nggak cepet-cepet di kamar mandi, bisa ngompol beneran. Aku langsung lari itu. Tapi karena udah terlanjur di pucuk, di WC itu udah kebablasan. Kencing sejak di celana dalam,” ungkap Muin.
Untungnya, teman sekamar Muin tertidur sangat pulas. Sehingga peristiwa konyol itu tidak ada satupun manusia yang mengetahui kecuali Tuhan, jin, malaikat, dan Muin sendiri.
Cepat-cepat Muin lantas mencopot celana dalamnya. Dibasuh air. Lalu lekas dia masukkan ke dalam plastik yang memang dia bawa untuk menaruh pakaian kotor selama di Surabaya.
Tak jadi ikut acara karena meriang
Setelahnya Muin akhirnya bisa tidur, meski masih dalam situasi tidak jenak.
Pukul 07.00 WIB, tubuhnya digoyang-goyang oleh temannya. Dia diminta lekas bersiap karena rombongan dari Madura harus segera menuju lokasi acara. Karena acara berlangsung pukul 08.00.
“Pas membuka mata, badanku malah rasanya panas dingin. Meriang,” kata Muin.
Muin merasa tidak mungkin sanggup mengikuti acara yang besar kemungkinan bakal berlangsung lama itu.
“Jujur lah aku akhirnya sama temenku, aku nggak kuat AC-nya. Wah sama temenku malah jadi bahan tertawaan. Malu aku karena itu kemudian jadi cerita yang disebar di meja-meja tongkrongan,” ucapnya. “Mangkanya untung yang aku ngompol itu nggak ada yang tahu. Tapi ini kuceritakan karena aku sudah siap itu buat jadi ejekan. Buat seru-seruan. Biar ada fakta lain selain kasus aku meriang gara-gara AC kamar hotel.”
Muin lantas meminta temannya mematikan AC di kamar tersebut agar Muin bisa sedikit merasakan suasana hangat.
Takjub ada shower air panas
“Ya sudah, nanti mandi pakai air panas aja,” saran teman Muin sebelum berangkat ke lokasi acara.
“Loh memang ada? Kalau merebus air di mana?” Jawab Muin yang lantas disambut tawa terbahak oleh temannya.
Baru tahulah Muin kalau ternyata shower di hotel dilengkapi dengan hitter untuk memberi sensasi air hangat/panas.
Lucunya, karena teman Muin takut Muin tidak paham cara menggunakannya, teman Muin sampai memberi “workshop” singkat perihal cara mengeluarkan air hangat dari shower tersebut.
Bagian inipun pada akhirnya menjadi bahan ceng-cengan di tongkrongan. Itulah kenapa Muin lepas saja ketika menceritakan bagian dia ngompol yang selama ini belum diketahui teman-temannya. Kepalang tanggung kalau tidak diceritakan.
“Ternyata enak sekali mandi air hangat di hotel. Rasanya seperti dipijat. Habis itu badanku jadi ringan,” ucap Muin sembari tertawa. “Soalnya selama ini kalau di rumah mandi pakai air yang rasanya lengket.”
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Pertama Kali Punya Mobil Pribadi buat Pamer ke Tetangga, Malah Berujung Repot Sendiri hingga Dijual Lagi atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












