Tapi, cari kerja tak semudah perkataan Google
Sialnya, apa yang dibilang Google “jurusan dengan jaminan prospek kerja tinggi” nyatanya tak ia rasakan. Lulus kuliah setelah kondisi negeri porak poranda karena Covid-19, bikin Rio susah dapat kerja.
Meskipun lulus pada pertengahan 2022, hingga akhir 2023 pun ia masih juga belum dapat kerja. Kalau dihitung, artinya dia nganggur selama satu setengah tahun.
“Itu merasakan banget gimana susahnya cari kerja. Di kota-kota besar beritanya cuma soal PHK, nggak ada berita bagus waktu itu,” ujarnya.
Semua kanal sudah ia coba. Mulai dari mendaftar via platform lowongan kerja, cari info di media sosial, hingga tanya teman. Namun, jawaban selalu sama: “nggak ada lowongan kerja”.
Alhasil, untuk mencukupi kebutuhannya, Rio terpaksa “berpangku tangan” ke orang tuanya. Meski sudah tak kuliah, ia masih dijatah uang saku bulanan. Kalau dibilang malu, jelas itu memalukan. Namun, ia mengaku tak punya pilihan karena kondisi ekonominya memang sulit.
“Aneh aja sih. Lulusan Jurusan Ilmu Ekonomi, tapi perekonomian sulit.”
Sekalinya dapat kerja, gajinya tidak seberapa
Setelah lama menganggur, sejak Februari 2024 lalu, Rio resmi kerja di sebuah startup sebagai call center. Namun, lulusan Jurusan Ilmu Ekonomi ini mengaku, secara gaji masih termasuk kecil.
“Memang di atas UMR. Tapi kepala 3 saja tidak sampai,” kata dia.
Apalagi, ia harus ngekos, jauh dari rumah sehingga perlu pengeluaran tambahan. Kalau boleh jujur, kata dia, hidupnya serba pas-pasan. Senang-senang cuma bisa dilakukan paling mentok seminggu setelah gajian. Sisanya, menahan diri biar tidak kelaparan.
“Ketipu Google dah. Bilangnya prospek kerja tinggi gaji tinggi, ternyata ekspektasiku aja yang ketinggian,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Getirnya Kuliah di Jurusan Akuntansi karena dari Keluarga Kurang Mampu, Akhirnya Kerja Jadi Pemulung dan Cumlaude atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.









