Pasar Gembong Tebasan merupakan salah satu pusat thrifting yang melegenda di Surabaya. Jauh sebelum hadirnya Tugu Pahlawan Sunday Morning Market, pasar tersebut sudah terkenal dengan barang-barang bekasnya. Ada banyak barang thrift yang bisa dibeli di sana. Syukur-syukur bisa berburu “harta karun”.
***
Desember 2019, Ahmad* memulai bisnis thrift-nya. Saat itu ia masih kuliah. Covid-19 juga sedang melanda dan PHK di mana-mana. Karena khawatir tak langsung mendapat kerja setelah lulus, ia mulai menjual pakaian bekas.
“Minimal dengan itu aku bisa punya pengalaman kerja sebelum lulus,” ucap Ahmad, Selasa (8/4/2025).
Ide tersebut muncul saat Ahmad melihat langsung kegiatan teman-temannya yang juga memulai bisnis thrift. Ia pun mendatangi kios-kios di Pasar Gembong Tebasan untuk menyetok pakaian lalu menjualnya. Oleh karena itu, Ahmad paham betul cara mencari pakaian yang bagus.
#1 Memilih toko yang sudah terkonsep dan rapi
Berbelanja di Pasar Gembong Tebasan tidak semudah yang dibayangkan Ahmad. Apalagi, jika baru pertama kali ke sana. Akan ada deretan toko yang menjual barang-barang bekas dengan jenis yang sama.
Selain itu, ada lapak yang sengaja menggelar pakaian tanpa gantungan. Alhasil, pembeli harus mengorek-ngorek tumpukan pakaian untuk menemukan barang incaran. Benar-benar butuh energi dan kemampuan yang mumpuni untuk berebut pakaian.
Ingat, banyak pembeli lain yang juga ingin beburu, serta masih banyak toko lain yang bisa digali. Siapa tahu, toko itu menawarkan barang lebih bagus. Oleh karena itu, Ahmad lebih sering mengunjungi toko yang bajunya sudah tergantung dengan hanger.
Selain menghemat waktu, ia bisa lebih leluasa memperhatikan baju-baju di setiap deret toko. Ia bisa menarik hanger dari ujung ke ujung, lalu memilah baju dan memperhatikannya satu per satu.
“Apalagi kalau toko itu punya tema, misalnya vintage atau menjual hoody saja, itu berarti bagus,” ujar Ahmad.
#2 Cek teliti barang di Pasar Gembong Surabaya
Nyaris setiap hari Ahmad mengamati toko-toko yang ada di Pasar Gembong Tebasan. Ia sering menemukan pedagang yang tadinya berjualan apa, besoknya apa. Tidak konsisten dan kurang kredibel.
Tak jarang ia menemukan baju yang sudah jebol dari berbagai sisi, tapi tetap dijual. Kadang-kadang ada yang tampilannya sudah kotor dan amat lecek.
“Memang yang namanya thrift pasti lecek dan kotor ya, tapi kotornya bukan debu dan leceknya nggak parah,” kata Ahmad.
“Kotornya itu kayak semacam tinta atau noda yang sulit hilang. Walaupun dicuci, aku masih nggak yakin sih bisa hilang. Itu kelihatan kok,” lanjutnya.
Oleh karena itu, Ahmad menyarankan betul agar pembeli teliti sebelum membeli atau tawar-menawar harga. Kalau tidak, bisa-bisa kena zonk alias dapat barang yang tak sesuai.
Lebih-lebih kalau barang itu tidak bisa dipakai. Sebab selain baju, kebanyakan barang bekas tidak bisa dicoba lebih dulu.
Ahmad sendiri pernah mendapat barang zonk sampai 10 potongan baju. Kejadiannya baru terjadi Maret 2025 kemarin. Justru, kejadian itu menjadi pelajaran berharga agar tidak luput mengecek mengecek bagian-bagian yang jarang terlihat seperti ketiak, pergelangan tangan, pinggang belakang, di balik kerah, bahkan jumlah kancing.
“Jadi harus dicek setiap sudutnya, apakah ada lubang bekas rokok misalnya, noda-noda parah yang nggak bisa hilang, dan sebagainya,” kata Ahmad.
#3 Brand terkenal vs kualitas
Mendapat baju brand terkenal dengan harga murah bukanlah sebuah keniscayaan di Pasar Gembong Tebasan. Namun bagi Ahmad, itu semacam keberuntungan. Kalau punya waktu lebih, ia akan mengecek tag wash pakaian satu per satu.
“Biasanya ada di pinggang bagian kanan. Kalau nggak ada, bisa dicek di dalam secara keseluruhan,” kata Ahmad.
Sebab, ada brand-brand ternama yang memang agak sulit diketahui. Misalnya, Uniqlo. Merk pakaian kasual yang berasal dari Jepang tersebut biasanya tak memiliki tag di leher, tapi tag wash di bagian pinggang.
Namun, alih-alih memilih baju dengan brand ternama, ia justru menyarankan agar pembeli memilih baju yang secara tampilan masih enak dilihat, bahan yang masih bagus, dan tampilan warna yang tidak terlalu pudar.
“Kalau dapat brand ya alhamdulillah, kalau nggak ya sudah. Dalam dunia thrifting yang penting itu tampilannya. Warnanya masih bagus, terus nggak ada noda yang benar-benar kotor,” ujarnya.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Kiat Merintis Bisnis Thrift Shop: Baju Bekas yang Bisa Berharga Jutaan Rupiah atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












