Ada yang menganggap ojek pangkalan menyusahkan
Tidak jarang, ada keluhan di media sosial soal keberadaan ojek pengkolan. Seorang penulis Terminal Mojok, Diaz Rodrigo, pernah mengeluh keberadaan ojek pangkalan membuatnya harus berjalan jauh ketika hendak memesan ojek online di terminal maupun stasiun.
Namun, menurut Sugianto, di Stasiun Lempuyangan maupun tempat lain di Jogja, keberadaan ojek pangkalan dan ojek online bisa berdampingan. Sebagai salah satu penyedia jasa, ia mengaku tidak sepakat jika ada praktik memaksa agar calon penumpang menggunakan layanannya.
“Itu kan tergantung pribadinya saja. Saya rasa di Jogja kondisinya tidak begitu,” tuturnya.
Bahkan, ia berpendapat bahwa sesama ojek pangkalan harus rela kalau pelanggan menawar harga agar sesuai dengan standar ojek online saat ini. Hal itu menurutnya maklum.
“Ya tinggal sampaikan saja kalau standar kami segini, jika penumpang tidak mau ya itu hak mereka. Kita fokus dengan kelebihan yang kita punya,” tuturnya.
Baginya, pekerjaan sebagai ojek sudah menjadi bagian hidup. Berkat profesi ini ia mengaku beruntung bisa berkenalan dengan banyak orang. Cerita dari kenalan-kenalan kalangan dosen dan mahasiswa, membuatnya semangat untuk mencari nafkah demi kuliah anak.
“Saya ingat betul, dulu ada yang bilang meski penghasilan terbatas yang penting anak bisa masuk kuliah dulu. Beasiswa bisa dicari. Betul, anak kedua saya bisa dapat KIP Kuliah,” pungkasnya.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News