Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Ojek Kuda Bromo: Naik-turun Gunung di Usia 70 Tahun, Jatuhkan Harga agar Tak Pulang dengan Tangan Hampa

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
24 November 2025
A A
Cerita ojek kuda di kawasan wisata Kawah Gunung Bromo MOJOK.CO

Ilustrasi - Cerita ojek kuda di kawasan wisata Kawah Gunung Bromo. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Seekor kuda jantan menemani lelaki tua Suku Tengger menerabas batas usia. Kuda itu menjadi kawan sehari-hari bagi si lelaki tua memungut rezeki dari para wisatawan di wisata Kawah Gunung Bromo (sebagai ojek kuda) kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

***

Meski tali kekangnya tak terikat di patok tambatan, kuda jantan berkulit cokelat kehitaman itu berdiri anteng di salah satu sudut lereng kawasan Kawah Gunung Bromo. Sementara pemiliknya, Tomo (72), dengan wajah berbalut buff dan sarung khas Suku Tengger yang menyelimuti badannya tampak mondar-mandir di bawah anak tangga pada Senin, (17/11/2025) pagi.

Di bawah anak tangga menuju Kawah Gunung Bromo itu, Tomo merayu beberapa wisatawan yang tampak kelelahan. Wajahnya tampak pias dan letih usai menerima beberapa kali penolakan.

“Ayo, Mas, Rp75 ribu saja, Mas, sampai pangkalan Jeep,” rayu Tomo kepada saya. “Tarif aslinya Rp150 ribu.”

Saya mengiyakan. Kendati sebenarnya kaki saya masih sanggup berjalan turun. Tomo langsung bergegas menuju kudanya. Dengan penuh gairah ia lantas menuntun kuda yang saya naiki itu menuruni lereng berbatu dan berpasir.

Ojek kuda dari Suku Tengegr di kawasan wisata Kawah Gunung Bromo
Ojek kuda dari Suku Tengegr di kawasan wisata Kawah Gunung. (Aly Reza/Mojok.co)

30 tahun bersama untung naik-turun Kawah Gunung Bromo

Kuda jantan itu Tomo beri nama “Untung”. Nama itu mengandung doa agar Untung senantiasa memberi keberuntungan bagi Tomo. Sebab, Untung lah yang sudah bertahun-tahun menemani Tomo memungut rezeki di Kawah Gunung Bromo.

Tomo menjadi ojek kuda di kawasan Kawah Gunung Bromo sudah sejak 1993. Artinya sudah 30-an tahun.

“Pekerjaan paling memungkinkan untuk kami (masyarakat Suku Tengger) ya menjadi ojek kuda,” ujar Tomo sembari menuntun pelan Untung menuruni lereng demi lereng.

Tak heran jika kebanyakan laki-laki setempat, muda atau tua, berprofesi sebagai ojek kuda. Mereka akan siaga di kawasan wisata sedari pagi buta. Lalu akan pulang di tengah hari kala kawasan wisata berangsur sepi.

Tak ada yang bisa diharapkan dari bertani

Dalam kasus Tomo, pulang di tengah hari bukan berarti tersisa banyak untuk istirahat. Ia akan istirahat sejenak setiba di rumah, lalu melanjutkan ke kebun untuk mengurus pertaniannya.

Dibanding dengan ojek kuda, bertani memang sudah mandarah daging di keluarganya. Dulu menjadi ojek kuda di kawasan Kawah Gunung Bromo hanya sambilan belaka. Kini sebaliknya: ojek kuda lah yang ia jadikan sebagai pendapatan utama.

Ojek kuda dari Suku Tengegr di kawasan wisata Kawah Gunung Bromo MOJOK.CO
Ojek kuda dari Suku Tengegr di kawasan wisata Kawah Gunung. (Aly Reza/Mojok.co)

“Saya tanam kubis, bawang merah, dan kentang. Kubis sekarang Rp500 perkilogram, bawang merah Rp2 ribu perkilogram. Yang masih mending kentangnya, Rp8 ribu perkilogram,” beber Tomo.

“Itu ya nggak balik modal sama waktu, tenaga, dan biaya perawatannya,” sambung Tomo.

Namun, di usia 72 tahun, hanya dua pekerjaan itu lah yang bisa Tomo kerjakan. Walaupun ia mengakui, tenaganya kini hanya tinggal sisa-sisa. Apalagi untuk bolak-balik naik-turun Kawah Gunung Bromo.

Pangkas tarif demi rupiah di Kawah Gunung Bromo

Sepanjang perjalanan turun, berkali-kali Tomo bertegur sapa dengan rekan-rekannya sesama ojek kuda. Dengan bahasa setempat—yang sedikit saya pahami—setiap yang berpapasan dengan Tomo selalu bertanya, “Penuh atau separuh?”

Dengan lesu Tomo menjawab, kalau ia membawa penumpang (saya) dengan tarif separuh. Pokoknya yang penting dapat uang, daripada tidak sama sekali.

https://mojok.co/wp-content/uploads/2025/11/Video_Penunggang_Kuda_Serba_Hitam12.mp4

Ilustrasi by AI Generate Gemini Canvas

 

Tarif sekali jalan sebenarnya Rp150 ribu. Begitu aturan resmi yang tertulis di kawasan wisata tersebut. Tidak boleh dilebihkan. Namun, masih mungkin dipangkas karena beberapa wisatawan masih menganggapnya kemahalan.

“Teman-teman yang masih muda setengah hari kuat bolak-balik 10 kalu. Dulu waktu masih muda saya juga masih sanggup. Sekarang cuma sanggup 4 sampai 5 kali naik-turun,” ungkap Tomo.

Hari itu, di pukul 08.00, Tomo mengaku baru 3 kali bolak-balik. Artinya masih ada sisa 2 kali lagi untuk memenuhi target pribadinya tersebut.

“Kuda itu jatah makannya Rp70 ribu perhari. Jadi sehari narik yang penting dapat uang jatah pakan kuda sama saya sendiri bisa bawa pulang, berapa pun,” lanjut Tomo.

Tarif tarif ojek kuda MOJOK.CO
Ilustrasi Tarif tarif ojek kuda by AI Generate by NotebookLM

November bulan berat bagi ojek kuda di kawasan wisata

Tomo mengakui, November selalu menjadi bulan berat bagi ojek-ojek kuda di kawasan wisata Bromo. Karena memang sudah memasuki puncak musim hujan, sehingga volume wisatawan menurun (masa-masa low seasion).

Namun, para ojek kuda seperti Tomo tetap menaruh harap. “Walaupun sudah tahu, bakal sepi. Tapi sesepi-sepinya Bromo kan pasti ada yang nyantol,” kata Tomo.

Bagi Tomo, di masa-masa peak season pun (Juni-Juli dan Desember) sebenarnya tak mudah juga mencari penumpang. Paling mudah justru mencari penumpang dari wisatawan mancanegara. Untuk penumpang domestik, kebanyakan memilih naik-turun dengan berjalan kaki.

Suasana di lereng kawasan wisata Kawah Gunung Bromo MOJOK.CO
Suasana di lereng kawasan wisata Kawah Gunung Bromo. (Aly Reza/Mojok.co)

Menerabas batas usia

Usia tak bisa disangkal. Kaki Tomo tampak sudah tertaih menuntun kudanya, Untung. Ketika menyusuri hamparan pasir menuju pangkalan Jeep, makin jelas langkahnya yang sudah tak semantap ojek-ojek kuda yang lain.

“Dari sini saya hidup, jadi belum berpikir berhenti,” ucapnya beradu dengan desau angin.

Saya memberinya uang lebih dari tarif separuh yang ia tawarkan. Sebenarnya tak mencapai tarif normal, tapi Tomo langsung membuka buff-nya usai menerima uang lebih itu. Berkali-kali ia mendoakan saya—saya aminkan untuk hal-hal baik bagi keluarga saya.

Cukup lama ia memandangi uang yang baru ia terima itu, sebelum akhirnya menaiki pelana di punggung Untung. Lalu ia bersama Untung berbalik kembali ke arah lereng atas Kawah Gunung Bromo menyibak kekabutan tebal.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

Iklan

BACA JUGA: Perjalanan ke Bromo Nyaris bikin Kecewa karena Kabut Tebal, tapi Terselamatkan berkat Keramahan Warganya atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

Terakhir diperbarui pada 24 November 2025 oleh

Tags: bromokawah gunung bromoojek kudaojek kuda bromopilihan redaksitarif ojek kuda bromowisata bromo
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO
Ragam

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Aktual

Elang Jawa Terbang Bebas di Gunung Gede Pangrango, Tapi Masih Berada dalam Ancaman

13 Desember 2025
Dalil Al-Qur'an dan Hadis agar manusia tak merusak alam, jawaban untuk tudingan wahabi lingkungan dari Gus Ulil ke orang-orang yang menjaga alam MOJOK.CO
Catatan

Dalil Al-Qur’an-Hadis agar Tak Merusak Alam buat Gus Ulil, Menjaga Alam bukan Wahabi Lingkungan tapi Perintah Allah dan Rasulullah

12 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

11 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mitos kerukunan di desa bikin warga desa ingin merantau jauh dan hidup individualistik di perantauan demi hidup tenang MOJOK.CO

Mitos Kerukunan dan Hidup Ayem di Desa: Aslinya Penuh Kepalsuan, Baik di Depan tapi Busuk di Belakang

11 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Harga Paha Atas Olive Chicken Naik, Warga Jogja Resah (Unsplash)

Keresahan Warga Jogja di Balik Kabar Kenaikan Harga Menu Paha Atas Olive Chicken

12 Desember 2025
UMK Jogja bikin perantau Jawa Tengah menderita. MOJOK.CO

Penyesalan Orang Jawa Tengah Merantau ke Jogja: Biaya Hidup Makin Tinggi, Boncos karena Kebiasaan Ngopi di Kafe, dan Gaji yang “Seuprit”

11 Desember 2025
Innova Reborn Menolak Mati, Toyota Belum Percaya sama Zenix? MOJOK.CO

Innova Reborn Menolak Mati, Toyota Belum Siap Kehilangan Mobil Kesayangan yang Nggak Pernah Bikin Malu

12 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025

Video Terbaru

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025
Sirno Ilang Rasaning Rat: Ketika Sengkalan 00 Menjadi Nyata

Sirno Ilang Rasaning Rat: Ketika Sengkalan 00 Menjadi Nyata

6 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.