Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Kala Amanah dan Harapan Guru Honorer Lulusan UNY “Dibunuh” oleh Negara

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
13 Maret 2025
A A
Cerita Guru Honorer Lulusan UNY yang “Dibunuh” Ekspektasi Orang Tua dan Warga Desa.MOJOK.CO

Ilustrasi - Cerita Guru Honorer Lulusan UNY yang “Dibunuh” Ekspektasi Orang Tua dan Warga Desa (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Hani (25) menatap layar ponselnya dengan seksama. Guru honorer lulusan UNY ini membaca secara teliti pengumuman Tunjangan Hari Raya (THR) yang bakal diterima para pegawai di sekolah tempatnya mengajar.

“Belum ada hilal. Mungkin masih sama kayak tahun lalu,” ujar Hani, Kamis (13/3/2025) sore, dengan nada penuh kekecewaan.

Lebaran 2024 kemarin, secara teknis dirinya tak memperoleh THR. Dari yang ia dengar, alasannya karena statusnya yang cuma honorer dan baru mengajar beberapa bulan.

Makanya, kepala sekolah memberinya amplop berisi uang Rp100 ribu. Kalimat sang kepala sekolah masih membekas di kepalanya, “anggap saja ini THR kamu.”

Sementara tahun ini, belum ada kabar apakah guru honorer ini bakal menerima THR atau tidak. Namun, ia sudah merasa pesimis. Kalau pun dapat, palingan jumlahnya tidak banyak.

“Upah bulananku saja cuma Rp300 ribu. Kebayang ‘kan, berapa THR-ku kalau dapat?,” kata perempuan lulusan UNY ini.

Bagi lulusan UNY ini, menjadi guru adalah “amanah” orang tua

Hani sadar betul dengan kesulitan yang ia hadapi hari ini. Menjadi guru honorer, yang cuma digaji Rp300 ribu sebulan, mengharuskannya cari kerja sampingan sana-sini buat mencukupi segala kebutuhan.

Tak terhitung lagi ada berapa side job yang ia kerjakan. Termasuk mengajar les privat siswa, ikut proyek penelitian, sampai menjadi talent foto make up artist (MUA) teman-temannya.

“Dibilang cukup sih ya nggak. Baru sampai di level mendingan,” ungkapnya.

Kendati sulit, sejak awal Hani memang mantap menjadi guru. Makanya, ketika mendaftar kuliah, ia mengincar salah satu prodi keguruan di UNY dan lolos pada 2017 lalu.

Boleh dibilang, ia bukan satu-satunya orang yang bahagia dengan berita kelolosannya di UNY. Kedua orang tuanya, kata Hani, jelas lebih bahagia.

“Sejak kecil, orang tua memang ingin aku jadi guru. Satu keluarga hanya aku yang kuliah dan jadi [guru], makanya ada kebanggan tersendiri,” ujar anak terakhir dari tiga bersaudara ini.

“Ibuku meninggal beberapa bulan sebelum aku wisuda. Beliau nggak bisa melihat aku jadi guru. Tapi amanah tetap amanah, semoga ibu melihat dari atas sana,” kata lulusan UNY ini.

Bagi warga desa, guru adalah profesi paling mulia

Perempuan lulusan UNY itu mengingat pesan ibunya yang bikin dia mantap menjadi seorang guru. Bagi sang ibu, guru adalah profesi mulia. Sebab, ia punya tanggung jawab “menata” generasi.

Iklan

Tak sampai di situ. Guru memang memang masih dipandang sebagai profesi mentereng bagi masyarakat desa. Banyak studi memperlihatkan, di desa-desa ada dua profesi yang bikin seseorang dihormati, yakni menjadi guru dan pegawai pemerintahan.

Bagi masyarakat desa, untuk bisa menjadi guru, maka seseorang harus kuliah–sesuatu yang dianggap privilese di sana. Pendeknya, tak sembarangan orang bisa mendapatkannya.

Ditambah, dari masa ke masa citra guru memang harum. Apalagi, ketidaktahuan masyarakat desa yang kerap melihat guru hanya dari “guru-yang-PNS” saja. Sehingga, profesi ini dianggap mumpuni secara ekonomi.

Temuan ini juga diperkuat oleh survei Varkey Foundation pada 2018 lalu. Skor indeks profesi guru mencapai 62,1 persen, menjadi yang paling tinggi di antara profesi lain.

Hani pun mengaku fenomena ini juga terjadi di desanya. Menurutnya, bagi orang desa, profesi dikatakan terhormat apabila seseorang dipanggil “Pak” atau “Bu” dengan logat kromo alus.

“Nah, orang-orang desa, kalau mengobrol sama guru, terlepas tua atau muda usianya pasti pakai ‘Pak’ atau ‘Bu’ dan basa [bahasa Jawa halus],” kata lulusan UNY ini. “Makanya, di desa, guru itu terhormat banget.”

Lulusan UNY ini “dibanting” oleh kenyataan pedih

Kendati demikian, apa yang menjadi ekspektasi orang tua dan warga desa 180 derajat dari yang ia rasakan hari ini. Hani sadar betul, nasib guru jauh dari kata sejahtera.

“Guru honorer itu kalau mau dibikin piramida kesejahteraan, nah, kami paling bawah. Jumlahnya besar, tapi nggak ada yang sejahtera. Susah buat mencapai puncak,” jelas Hani.

Perempuan lulusan UNY ini mengaku “dibanting-banting” oleh kenyataan pedih. Cita-cita mulia orang tuanya, ditambah besarnya pengorbanan mereka, serasa sia-sia kalau dihadapkan situasi yang dialaminya hari ini.

“Kuliah di UNY, keluar duit tiga juta per semester, bapak dan ibu kudu utang sana-sini buat membayarnya. Dan, apa? Mendapat upah layak pun tidak,” katanya.

Bagi Hani, para guru honorer yang senasib dengannya tak menuntut hal yang sifatnya muluk-muluk. Minimal nasib mereka lebih diperhatikan.

“Kami nggak minta gaji puluhan juta atau fasilitas muluk lainnya. Cuma mau upah layak saja. Menggaji menteri dan stafsus yang kita nggak tahu kerjanya ngapain aja dengan puluhan juta, negara mampu. Tapi menggaji guru secara layak pun tidak mampu.”

Dibunuh ekspektasi

Kini, Hani pun menyadari kalau dirinya memang telah “dibunuh” ekspektasi orang tua dan warga desa. Dengan mata berkaca-kaca, lulusan UNY ini mengaku lelah.

“Lelah dengan ekspektasi. Kami diharapkan menjadi orang yang bisa mengajar, mencerdaskan banyak anak, ini dan itu, tapi nggak ada yang melihat kalau urusan perut kami saja belum selesai,” jelasnya.

Ia pun mengaku tak tahu sampai kapan harus bertahan. Pikirannya terbelah: tetap menjalankan amanah almarhum ibunya tapi nasib menderita, atau mengkhianati wasiat itu tapi bisa hidup lebih baik.

“Suatu saat mungkin aku akan kalah juga. Karena sekarang rasanya sudah ‘dibunuh’ secara perlahan,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Bagi Lulusan UNY, Kerja Sampingan jadi Guru Les Privat Lebih Menjanjikan: 10 Kali Upah Honorer atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 14 Maret 2025 oleh

Tags: guruguru honorerlulusan unymahasiswa UNYpilihan redaksiunyuny jogja
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO
Ragam

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO
Esai

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Aktual

Elang Jawa Terbang Bebas di Gunung Gede Pangrango, Tapi Masih Berada dalam Ancaman

13 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Dalil Al-Qur'an dan Hadis agar manusia tak merusak alam, jawaban untuk tudingan wahabi lingkungan dari Gus Ulil ke orang-orang yang menjaga alam MOJOK.CO

Dalil Al-Qur’an-Hadis agar Tak Merusak Alam buat Gus Ulil, Menjaga Alam bukan Wahabi Lingkungan tapi Perintah Allah dan Rasulullah

12 Desember 2025
Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025
Wali Kota Semarang uji coba teknologi bola GPS untuk mitigasi banjir Semarang MOJOK.CO

Bola GPS Jadi Teknologi Mitigasi Sumbatan Air Penyebab Banjir di Simpang Lima Semarang

13 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025

Video Terbaru

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.