Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Sesal Mahasiswa Jakarta Kuliah di Kota Semarang: Sama-sama Banjir, Cuma Makan Murah yang Jadi Pembeda

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
14 Maret 2024
A A
banjir sumatra.mojok.co

Ilustrasi - Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?(Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Bagi mahasiswa asal Jakarta yang kuliah di Kota Semarang, banjir tentu bukanlah barang baru. Di wilayah asal mereka, banjir sudah seperti makanan sehari-hari saat musim hujan tiba. Bagi Adi (20), salah satu mahasiswa UIN Walisongo Kota Semarang asal Jakarta, tinggal di daerah ini enggak ada bedanya dengan kota asalnya. Sama-sama penuh genangan.

***

Banjir besar melanda hampir sebagian besar wilayah Kota Semarang sejak Rabu (14/3/2024) kemarin. Berdasarkan pantauan di media sosial, air bah merendam sejumlah titik vital. Seperti kampus, sekolah-sekolah, pusat perbelanjaan, hingga stasiun yang bikin jadwal keberangkatan kereta api jadi kacau.

Namun, yang perlu diketahui, bencana tersebut sebenarnya bukan kali pertama menerjang kota lumpia. Tiap musim hujan tiba, banjir memang hampir selalu menerjang beberapa titik di Kota Semarang.

Hal itu pun cukup membuat salah satu mahasiswa Kota Semarang, Adi, merasa menyesal karena memilih kota ini sebagai tujuan kuliahnya. Bagaimana tidak, Adi yang berasal dari Jakarta sudah akrab dengan banjir. Alih-alih ingin “menghindarinya”, tetap saja ia ketemu banjir meski sudah pergi sejauh 400 kilometer dari kota asalnya.

“Kayaknya emang aku cocoknya kerja di air. Di mana-mana ketemu air,” kata Adi saat Mojok hubungi Kamis (14/3/2024) pagi.

Pertama ngekos di Kota Semarang langsung kena banjir

Pada bencana banjir yang terjadi baru-baru ini, untungnya Adi tak merasakan dampak yang begitu parah. Kendati selama hampir 10 jam hujan tanpa henti mengguyur kosnya di wilayah Jalan Prof. Hamka, Ngaliyan, genangan air masih dalam batas toleransi.

Hal ini tentu beda dengan yang ia alami dua tahun lalu, saat baru pertama sampai di Kota Semarang. Kala itu, Adi ngekos di sekitaran Jalan Wahyu Utomo. Lokasinya memang strategis, hanya sekitar lima menit berangkat ke kampus pakai sepeda motor.

Sebagian besar kenalannya dari FISIP, fakultas tempatnya berkuliah, juga ngekos di kawasan ini. Apalagi biaya sewa yang ditawarkan juga cukup murah, Rp350 ribu sebulan. “Kalau ke kota sewanya rada mahal,” katanya.

Sayangnya, bulan madu Adi dengan Kota Semarang tak bertahan lama. Ia ingat betul, memasuki bulan September 2022, tempat tinggalnya mulai sering diguyur hujan lebat. Puncaknya sekitar awal Oktober 2022, kosnya kebanjiran.

Tanggul DAS Baringin-Sihingas yang letaknya tak jauh dari kos Adi jebol. Air meluap ke segala arah, termasuk kosnya. Air setinggi 1 meter tak bisa ia hindari menggenang di kosnya.

Gara-gara banjir Kota Semarang, barang berharga raib

Adi ingat betul, saat banjir terjadi ia dan beberapa teman kelasnya sedang nongkrong di warung kopi. Sedang membahas beberapa agenda kuliah, yang sebagai mahasiswa baru, memang lagi sibuk-sibuknya. 

Saat itu hujan lebat mengguyur Kota Semarang. Atas alasan itu pula, ia belum bisa pulang ke kosnya. Namun, yang di luar dugaannya, sekitar habis Maghrib pemilik kos mengabarinya kalau kosnya kebanjiran. “Bapak kos minta penghuni buat selamatin barang-barang,” ujar Adi.

Karena tidak sedang berada di kos, Adi coba minta bantuan ke penghuni lain. Sayangnya, saat itu tak ada yang mengangkat telepon. Adi pun semakin panik, sebab barang-barang berharga seperti laptop, komputer, dan sandangnya ada di kamar.

Iklan

“Akhirnya hanya bisa pasrah aja. Udah pasti enggak bakal terselamatkan,” sambungnya.

Mengaku sudah “tabah” dengan banjir

Sekitar pukul 8 malam, saat hujan sudah reda, Adi pulang ke kosnya. Sepanjang perjalanan, ia menyaksikan banyak orang berbondong-bondong menyelematkan barang-barang berharga mereka.

Menyaksikan itu, Adi seperti sedang merasa berada di Jakarta, tempat asalnya yang kerap kebanjiran. “Pemandangan itu persis kayak yang aku alamin di Jakarta,” kenang mahasiswa Kota Semarang ini.

Sesampainya di kos, ia juga melihat beberapa temannya terlihat menangis karena barang-barang mereka juga tidak terselamatkan. Saat membuka kamar kos, seperti dugaannya, barang-barang pribadi seperti kasur, buku, dan baju, sudah tak karuan rupanya. Laptop dan komputer juga sudah wassalam.

Namun, meski boleh dibilang paling banyak kehilangan barang berharga, Adi terlihat yang paling tabah ketimbang teman-teman lainnya. Ia mengaku, perasaan “tabah” seolah sudah terpatri dalam kepalanya karena memang tiap musim hujan, banjir sudah seperti tamu saja.

“Di Jakarta dulu banjir udah kayak tamu, datang kapan aja,” kata Adi. “Aku juga memahami beberapa teman shock karena mungkin baru pertama kena banjir.”

Meski sudah pindah kos ke lokasi yang “sedikit lebih aman”, kemungkinan banjir tetap ada. Apalagi dengan kejadian baru-baru ini. Saat saya tanya, apakah ia menyesal pindah ke Kota Semarang, jawabannya lugas: “Oh, tentu nyesel. Pengennya hindarin banjir malah ketemu lagi, ketemu lagi.”

Namun, kata Adi, antara Jakarta dan Kota Semarang tetap ada perbedaan yang patut ia syukuri. “Meskipun sama-sama terik, sama-sama sering banjir, bedanya di Semarang makanan lebih murah aja, sih. Nah itu positifnya,” Adi menutup obrolan.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Mahasiswa UNNES Semarang Tetap Lulus Cumlaude Meski Kuliah Salah Jurusan dan Tak Paham Materi

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

Terakhir diperbarui pada 14 Maret 2024 oleh

Tags: banjirbanjir di kota semarangjakartakota semarang
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Anugerah Wanita Puspakarya 2025, penghargaan untuk perempuan hebat dan inspiratif Kota Semarang MOJOK.CO
Kilas

10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua

23 Desember 2025
Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO
Kilas

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO
Ragam

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO
Ragam

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025
Warteg Singapura vs Indonesia: Perbedaan Kualitas Langit-Bumi MOJOK.CO

Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi

22 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
ugm.mojok.co

UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

20 Desember 2025
Hari ibu adalah perayaan untuk seluruh perempuan. MOJOK.CO

Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya

24 Desember 2025
38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal. MOJOK.CO

Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal

26 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.