Bangga lulusan SMA-SMK jadi karyawan Alfamart-Indomaret (1)
Seiring waktu, Latiful merasa bangga dengan apa yang dia jalani: menjadi karyawan Alfamart. Sebab, dari situ dia bisa hidup mandiri dan bisa membantu orangtua membiayai sekolah adik-adik Latiful.
“Ternyata, beberapa teman yang kemudian sarjana, nggak gampang juga cari kerja. Nganggur. Kalau ada yang dapat kerja, gajinya di bawah UMR,” tutur Latiful. “Kalau aku ikut UMR Gresik (Rp4 jutaan).”
Bukan bermaksud merendehkan balik. Tapi Latiful akhirnya merasa bersyukur. Dia makin meyakini bahwa Tuhan lebih tahu apa yang hamba-Nya butuhkan.
Bangga jadi karyawan minimarket (2)
Hal senada juga diungkapkan oleh Syahril (26), lulusan SMA yang cukup lama bekerja di sebuah Indomaret di Surabaya, Jawa Timur.
Sama seperti Latiful, sejak awal lulus dia memang tidak memiliki bayangan kuliah karena alasan tertentu. Dia ingin lekas bekerja agar tidak terus-menerus menjadi beban orangtua.
Perasaan ciut sempat muncul. Pasalnya, banyak di antara teman-temannya yang memutuskan kuliah. Di kampus-kampus besar pula. Akan tetapi, lambat-laun Syahril malah bangga dengan jalan hidupnya sendiri.
“Pekerjaan sebagai karyawan Indomaret mungkin tak seterusnya. Tapi setidaknya ngasih kesempatan lulusan SMK atau SMA buat dapat kerja dengan gaji tinggi,” ungkap Syahril. Selain juga memberinya pengalaman kerja yang tentu berharga sebagai modalnya nanti untuk mencari pekerjaan-pekerjaan lain.
“Belakangan aku tahu kalau ternyata yang berebut kerja di Indomaret nggak cuma lulusan SMA atau SMK, tapi juga sarjana,” imbuhnya. Fakta itu semakin membuatnya mengamini, bahwa sukses tidak semata ditentukan dari gelar atau ijazah pendidikan.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Lulusan SMK Diremehkan, Tapi Bersyukur Nasib Lebih Baik ketimbang Sarjana yang Banggakan Gelar tapi Nganggur atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












