Siswa merasa Kurikulum Merdeka itu seperti menjajah
Rahmat siswa kelas XII di sebuah SMA negeri di Jawa Barat mengirimkan uneg-unegnya ke Mojok. Ia merasa Kurikulum Merdeka yang menggantikan Kurikulum 2023 perlu ada perbaikan. Sebagai siswa ia sudah cukup pusing dan lelah karena banyaknya pelajaran yang menurutya tidak ada habisnya. Ia merasa, Kurikulum Merdeka justru seperti menjajah.
Kurikulum Merdeka menuntut siswa harus aktif. Misalnya, ia dan teman-temannya membuat kegiatan belajar atau kerja kelompok. Masalahnya, orang tuanya tipe orang tua kolot yang melarang anaknya untuk pergi dari rumah. “Untuk anak strict parents sepertiku, sangat susah untuk sekedar meminta izin pergi kerja kelompok,” kata Rahmat.
Rahmat juga menyoroti adanya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5 dalam Kurikulum Merdeka Belajar. Menurutnya keberadaan P5 ada enaknya dan ada nggaknya.
Untuk yang belum tahu, P5 adalah salah satu inovasi dalam kurikulum merdeka yang bertujuan untuk memberikan siswa pengalaman nyata dalam mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila melalui serangkaian aktivitas projek pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.
“Enaknya P5 itu bisa jadi apapun, bisa macam-macam kita lakukan, misalnya menari ya kita bisa membuat koreaografi. Cuma nggak enaknya, menguras waktu yang sangat banyak, bahkan sampai sore,” katanya.
Rahmat mengatakan, salah satu keluhannya sebagai siswa tentang Kurikulum Merdeka yang menurutnya menjajah tersebut adalah proyek-proyek yang siswa kerjakan ini membutuhkan modal yang tidak sedikit.
“Seperti biaya panggung dan sound system, kostum, bahkan menguras banyak waktu yang terkadang menganggu waktu belajar yang sebenarnya. Belum lagi biaya konsumsi dan sebagainya,” katanya mengeluh.
Ia berharap layaknya sebuah bangunan, Kurikulum Merdeka pelu ada revisi sehingga para pelajar yang menjadikannya rumah tidak terbebani terlalu berat.
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News