Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

48 Tahun Menjadi Petugas Kebersihan di Surabaya hingga Antar Anak Jadi Sarjana

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
10 Desember 2024
A A
48 Tahun Menjadi Pemulung di Surabaya hingga Antar Anak Jadi Sarjana. MOJOK.CO

ilustrasi - pemulung di Surabaya bekerja selama 48 tahun hingga bisa mengantarkan anak kuliah. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kemiskinan tak membuat Sukarmin (65) putus asa mewujudkan mimpi anaknya untuk kuliah. Sehari-hari dia mengorek sampah dan menabung sedikit demi sedikit untuk biaya pendidikan anaknya. Pekerjaan menjadi seorang petugas kebersihan di Surabaya sudah dia lakoni selama 48 tahun.

***

Tak semua orang mampu mengenyam bangku kuliah. Selain harus lolos seleksi, biayanya juga tak murah. Namun, Sukarmin begitu mendukung anaknya untuk mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi, meskipun pendapatannya sedikit sebagai petugas kebersihan. 

Mimpi itu pun mustahil terwujud jika anak Sukarmin, Sugiyarti, tidak memiliki keinginan yang tinggi. Giyar, sapaan akrabnya, paham bagaimana ayahnya harus banting tulang demi mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Oleh karena itu, sembari sekolah dia juga membantu kedua orang tuanya dengan bekerja.

Pilih menjadi petugas kebersihan di Surabaya

Sukarmin sudah siap menarik gerobak sampahnya sehabis salat subuh. Dia berangkat dari kontrakannya, lalu berkeling ke kampung-kampung sekitaran Kelurahan Peneleh, serta Jalan Achmad Jais sampai sore. 

“Kalau truk sampah di TPS lancar, kira-kira jam 12 itu sudah selesai, tapi kalau nggak lancar ya setor sampai jam 17.00 WIB,” ucap Sukarmin  kepada Mojok, Rabu (27/11/2024).

Laki-laki asal Sragen, Solo itu sudah menjadi petugas kebersihan di Surabaya sejak tahun 1976 saat remaja. Pada usia 16 tahun, dia memutuskan pergi ke rumah pamannya di Surabaya. Sebab dia pikir, tak ada pekerjaan yang bisa dia geluti sebagai lulusan SD. 

“Di desa saya cuman angon sapi,” katanya.

48 Tahun Menjadi petugas kebersihan di Surabaya hingga Antar Anak Jadi Sarjana. MOJOK.CO
Sukarmin, petugas kebersihan Surabaya yang sudah berprofesi selama 48 tahun. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Paman Sukarmin sudah bekerja sebagai penjaga tempat pembuangan sampah (TPS) sementara di Jalan Achmad Jais, Surabaya. Mulanya dia hanya membantu pamannya, tapi kemudian disuruh bekerja sendiri. Akhirnya, Sukarmin mulai memungut sampah sendiri di kampung-kampung.

Setia sebagai petugas kebersihan setelah menikah

Dua tahun menabung dari hasil memulung, Sukarmin memutuskan menikah. Istrinya yang juga berasal dari Solo akhirnya tinggal di Surabaya. Mereka pun mengontrak di daerah Kedung Anyar.

Tahun 1980, keduanya kemudian dikaruniai seorang anak. Putri kecilnya itu mereka beri nama Giyar. Menurut Sukarmin, Giyar adalah sosok yang pengertian dan suka belajar sejak kecil.

Dia becerita anaknya itu tergolong cerdas. Buktinya, dari SD hingga SMA dia selalu lolos masuk sekolah negeri.

“Zaman dulu itu kan nggak ada bantuan sama sekali, saya dan istri pakai uang pribadi menyekolahkan anak. Alhamdulillah anak saya danemnya selalu tinggi, jadi sekolahnya di negeri,” ucapnya.

Dengan begitu, Sukarmin tak perlu mengeluarkan uang yang terlalu besar untuk biaya sekolah anaknya. Sebab jujur saja, penghasilannya sebagai petugas kebersihan di Surabaya itu hanya Rp60 ribu dalam sebulan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup saja sudah mengkis-mengkis.

Iklan
48 Tahun Menjadi Pemulung di Surabaya hingga Antar Anak Jadi Sarjana. MOJOK.CO
Tempat pembuangan sampah sementara di daerah Kelurahan Peneleh. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

“Untung ibu ini di rumah buka catering, kadang-kadang pas orang aqiqah mau pesan nasi dilayani. Kalau ibu nggak bantu ya nggak cukup. Kasarannya ya nggak sampai utang-utang,” kata Sukarmin.

Melepas beasiswa dari UNEJ dan UGM

Meskipun penghasilannya sedikit, Sukarmin tak ingin anaknya putus sekolah hanya karena perihal biaya. Setelah anaknya lulus, Sukarmin bahkan memberikan pilihan kepada Giyar: kuliah atau bekerja? 

Sukarmin sendiri berharap anaknya kuliah, mengingat peringkatnya di sekolah selalu masuk 10 besar. Rupanya, harapan Sukarmin sama dengan keinginan Giyar. Lampu hijau dari sang ayah membuat dia semangat mengikuti seleksi masuk kampus.

Dia bahkan berhasil mendapatkan beasiswa dari Universitas Negeri Jember (UNEJ) dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Sayangnya, istri Sukarmin menentang karena lokasinya jauh dari Surabaya. 

Istri Sukarmin tak tega melepas anaknya pergi merantau. Terlebih, dengan pekerjaan Sukarmin sebagai petugas kebersihan, istrinya ragu bisa mengirimkan uang untuk kebutuhan hidup Giyar di sana.

Meskipun sudah mendapatkan beasiswa, ibunya tak mau jika Giyar luntang-lantung dan gagal menyelesaikan pendidikannya karena terhambat biaya.

“Soalnya anak perempuan satu-satunya,” kata Sukarmin menirukan istrinya.

Kuliah di kampus swasta Surabaya

Giyar akhirnya menunda niatnya selama satu tahun untuk kuliah. Dia sendiri paham jika ibunya bukan tak ingin dia berkuliah. Ibunya bahkan menyarankan agar Giyar mendaftar ke kampus swasta yang ada di Surabaya meskipun biayanya mahal.

Giyar lulus wisuda di tahun 2003 di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. MOJOK.CO
Giyar lulus wisuda di tahun 2003. Dok. Sugiyarti

Akhirnya, Giyar mendaftar ke Universitas PGRI Adi Buana, Surabaya Jurusan Sastra Bahasa Indonesia. Beruntungnya, Giyar lolos dengan beasiswa. Mengingat kampus itu masih swasta, dia tak ingin membebani orang tuanya, terutama ayahnya yang masih bertugas sebagai petugas kebersihan.

“Perjuangan saya sangat berat saat itu, saya harus ngajar bimbel, jualan sandal, baju, serta gorengan di kampus,” kata Giyar.

Sukarmin bercerita anaknya itu bahkan sampai membuka les-lesan di rumah. Kadang-kadang kalau Giyar belum pulang, Sukarmin akan membantu. Jika sekadar mengajari membaca, menulis, dan menghitung untuk kelas 1 SD, Sukarmin masih bisa.

Kuliah lagi untuk menjadi guru

Giyar lulus tepat waktu di tahun 2003. Usai lulus, Giyar tetap melakoni kegiatannya mengajar serta membantu usaha cathering ibunya. Singkat cerita, Giyar akhirnya diterima menjadi guru TK dan SD di tahun 2019.

“Saya termotivasi menjadi guru karena guru SD saya yang memberikan pendidikan kepada anak-anak dengan ikhlas,” ucap Giyar.

Giyar melanjutkan sekolah lagi. MOJOK.CO
Sugiyarti lulus wisuda tahun 2022. Dok. Sugiyarti

Oleh karena itu, Giyar memutuskan kuliah lagi di tahun 2022. Dia ingin menerapkan ilmunya yang ada di SD dengan Jurusan PGSD di Universitas Terbuka. Berkat usahanya itu, Giyar sering diundang menjadi pembicara untuk mengisi seminar.

“Saya juga menjadi trainer, berkeliling Indonesia dan memberi materi soal pembelajaran Bahasa Indonesia untuk guru-guru yang berada di pelosok,” ujar Giyar.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Cerita Ibu Tunggal Jadi Driver Ojol di Jakarta hingga Bisa Antar Anak Jadi Sarjana

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 11 Desember 2024 oleh

Tags: biaya kuliahkampus swasta di surabayaPetugas Kebersihan
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Ibu tunggal kerja sebagai petugas kebersihan DLH di Semarang. MOJOK.CO
Liputan

Cerita Ibu Tunggal di Kota Semarang: Putus Kerja usai 14 Tahun Jadi Buruh, Kini Jadi Penyapu Jalan demi Sekolahkan Kedua Anak

4 November 2025
Kuliah PTN demi kejar sarjana tanpa biaya orangtua. DO menjelang skripsi karena gagal bayar UKT MOJOK.CO
Kampus

Mati-matian Kuliah PTN Sambil Kerja hingga Makan Lauk Cabai, Malah Di-DO Pas Tinggal Skripsi Gara-gara UKT

28 Agustus 2025
Ingin kuliah PTN tapi dicekal ortu. Mati-matian kuliah sambil kerja untuk biaya UKT setelah jadi sarjana sukses ortu malah menuntut balas budi MOJOK.CO
Ragam

Mati-matian Kuliah PTN Bayar UKT Sendiri, Pas Jadi Sarjana Sukses Ortu Tiba-tiba Tuntut Balas Budi

15 Agustus 2025
Pindah ke Kota Batu usai kuliah kedokteran gigi di Surabaya untuk jadi peternak. MOJOK.CO
Sosok

Gagal Jadi Dokter Gigi usai Lulus dari Kampus Swasta di Surabaya, Kini Sukses Budidaya Ternak di Kota Batu

27 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.