Rumah Hantu Trinil di Jogja memang hanya sebuah set film yang disulap jadi wahana. Namun, wahana tersebut menawarkan pengalaman horor yang tak biasa. Beda dengan wahana rumah hantu pada umumnya.
***
Usai berkeliling dan sejenak bersantai di Rumah Annelies (Museum Bumi Manusia) di Gamplong Studio, Jogja, saya melipir ke sudut-sudut lain. Gamplong masih sangat luas untuk dijelajahi. Sementara saya cuma baru mengunjungi Museum Bumi Manusia.
Sabtu (8/6/2024) siang WIB, dengan niat yang dadakan, saya meluncur dari Ngaglik menuju Gamplong Studio. Jaraknya kurang lebih 45 menitan dengan motor kecepatan stabil 80 km/jam. Saya sampai lokasi pukul 15.00 WIB.
Gamplong Studio, Jogja, sangat ramai sore itu. Beberapa bus dan mobil berderet. Antrean pun mengular di loket masuk. Maklum saja, akhir pekan.
“Jadi bayar operasional dulu seikhlasnya, Mas. Nanti di loket bayar lagi tiket wahana,” jelas seorang pemandu yang menyambut di pintu masuk Gamplong Studio, Jogja.
Ada beberapa wahana wisata yang Gamplong Studio tawarkan. Termasuk juga Museum Bumi Manusia dan Rumah Hantu Trinil. Tiket masing-masing wahana cuma di angka Rp10 ribu. Saya menyodorkan Rp10 ribu untuk Museum Bumi Manusia alias Rumah Annelise yang juga menjadi set syuting film Trinil: Kembalikan Tubuhku (bisa tonton di Netflix).
Kengerian Rumah Hantu Trinil Jogja
Saat melintasi pintu masuk Rumah Hantu Trinil, Gamplong Studio, saya sebenarnya tak terlalu tertarik. Pikir saya, ah pasti sama kayak rumah-rumah hantu pada umumnya. Kita masuk, dikagetin, ada boneka hantu gerak-gerak. Pasti tidak jauh-jauh dari itu lah.
Saya lalu hanya melintas saja. Meninggalkan dua orang penjaga di stan Rumah Hantu Trinil yang tengah duduk bersimbah keringat.
Saya lalu duduk sendirian di sebuah set kuburan dengan boneka manusia yang kepalanya digantung. Sudut yang, sepanjang saya di sana sore itu, ternyata tak cukup membuat pengunjung lain tertarik.
Tentu suasana yang sangat ideal buat saya untuk melamun dan menatap lalu-lalang pengunjung dari jauh. Saya kemudian iseng-iseng menulis “Rumah Hantu Trinil” di internet. Di urutan teratas muncul review dari Instagram Zaskia Adyamecca. Katanya, ke Gamplong Studio, Jogja, nggak bakal lengkap kalau tidak coba-coba menjajal Rumah Hantu Trinil. Sensasi horornya beda katanya.
Masih asyik membaca, saya dikagetkan dengan bunyi dari belakang saya. Ternyata boneka manusia tergantung tersebut kejang-kejang sendiri.
“Kupikir apa itu, Mas,” ujar Afis (35), salah seorang pengunjung yang menggandeng dua anak perempuannya mendekat ke tempat duduk saya.
“Sepertinya ini bagian dari rumah hantu. Serem kayaknya di dalam,” lanjut Afis yang kemudian saya tahu ternyata berangkat rombongan dari Jakarta dalam rangka reuni SMP.
Kedua anak Afis lalu mengajaknya menjajal Rumah Hantu Trinil, Jogja. Tapi sebelum membeli tiket masuk, Afis membalikkan badan ke saya.
“Ayo, Mas, sekalian, temani kami,” katanya. Saya tak menolak. Sepertinya akan seru.
Orang-orang yang tak kuat di Rumah Hantu Trinil
Akhirnya saya ikut rombongan Afis sebanyak lima orang: Afis dan dua anaknya, lalu satu ibu-ibu dan satu bapak-bapak.
“Kau jaga belakang aja kau ya nanti. Kau kan anak muda, jagalah kami yang tua-tua ini,” ujar si bapak-bapak berlogat Makassar itu saat kami bersiap masuk Rumah Hantu Trinil. Saya mengangguk sembari melempar tawa.
Sebelum masuk, kami sempat mendapat briefing dari Mbah Dukun Trinil, pria berkumis dan berpakaian ala dukun yang berjaga di pintu Rumah Hantu Trinil, Jogja. Pintu masuknya berada seperti di tengah perladangan.
“Bangunan ini awalnya memang bangunan kosong yang nggak pernah digunakan. Nanti kalau tidak kuat angkat tangan saja, ada kamera yang berjaga,” jelas Mbah Dukun.
Kami tak lantas langsung masuk karena rombongan Afis masih sibuk bertanya-tanya. Sebagian Mbah Dukun jawab. Sebagian lain Mbah Dukun biarkan sebagai misteri. Misalnya perihal pertanyaan apakah hantu yang ada di dalam adalah manusia atau boneka.
“Ada kok yang tidak kuat, di tengah jalan nyerah dan lambaikan tangan. Ada juga yang pingsan,” jelas Mbah Dukun membuat suasana jadi agak mencekam.
Ibu-ibu di rombongan Afis sempat hendak balik badan. Ia berasumsi bahwa ia tak mungkin kuat kalau level menyeramkannya benar-benar beda dari rumah hantu pada umumnya. Tapi dua anak Afis memaksa si ibu-ibu untuk lanjut. Maka berangkatlah kami berenam memulai petualangan di Rumah Hantu Trinil.
Teror tak henti-henti
Saya tentu tak bisa cerita detil mengenai apa yang kami lihat dan lalui selama di dalam Rumah Hantu Trinil, Gamplong Studi, Jogja. Anda harus datang dan mencoba sendiri. Saya juga tak bisa menunjukkan gambar karena aturannya memang tak boleh merekam atau memotret selama ada di dalam.
Tapi agaknya benar apa yang Zaskia Adyamecca katakan. Teror di Rumah Hantu Trinil memang tak biasa. Ada bagian-bagian yang sebenarnya klise. Tapi teror yang Rumah Hantu Trinil sajikan juga bisa dibilang cukup berbeda dengan rumah hantu pada umumnya. Sebab, terornya cukup intens.
Oleh karena itu, tak berlebihan jika Mbah Dukun menyebut sampai ada pengunjung yang pingsan. Yang memilih nyerah tak lanjut pun tak kalah banyak.
Terlebih, ruang demi ruang di Rumah Hantu Trinil sangat Panjang. Mau segera mengakhiri teror, tapi ternyata perjalanan menuju pintu keluar belum tuntas.
Rombongan Afis sempat mengira teror berakhir ketika kami keluar di sebuah ruang terbuka. Yakni ruang kuburan tempat boneka manusia digantung kepalanya. Ternyata itu bukanlah titik akhir. Sebab, pintu gerbang yang menghubungkan keluar wahana digembok.
“Waduh berarti masih ada satu lorong lagi ini,” keluh Afis. Alhasil, kami harus melewati Lorong terakhir yang juga menyajikan teror yang tak kalah menegangkan.
Kami akhirnya berhasil keluar, menyisakan wajah-wajah tegang dari rombongan Afis. Dari luar, terdengar jeritan yang melengking dari pengunjung yang baru memulai perjalanan.
“Aku nggak kuat, aku mau balik.” Begitu samar-samar jeritan yang terdengar, yang sontak membuat rombongan Afis tertawa terbahak-bahak.
Sensasi bertemu hantu sungguhan
“Duh, saya itu kan nggak pernah lihat hantu. Nah, di dalam itu kayak berhadapan dengan hantu sungguhan. Ngeri lah,” ungkap Afis.
Memang ada bermacam-macam jenis hantu yang menanti di setiap sudut Rumah Hantu Trinil, Jogja, tersebut. Beberapa memang terkesan seperti hantu sungguhan (atau jangan-jangan memang hantu sungguhan, saya tidak tahu).
Sudah pukul setengah lima sore. Afis pamit untuk berkumpul dengan rombongannya lagi. Saya pun beranjak meninggalkan area dalam Gamplong Studio, Jogja. Sementara di pintu masuk Rumah Hantu Trinil tampak makin ramai pengunjung saja.
Sebagian besar memilih terus masuk meski sudah mendapat gambaran kengerian dari Mbah Dukun. Sedangkan sebagian yang lain memilih mundur. Takut pingsan lihat wujud hantu.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News