Hasil DNA muncul, kini penduduk Pulau Jawa harus siap berdampingan dengan harimau jawa
Baru-baru ini, bukti eksistensi karnivor besar itu semakin kuat setelah peneliti BRIN merilis hasil tes DNA dari sehelai rambut yang ditemukan di Sukabumi, Jawa Barat. Sampel itu 97% cocok dengan DNA spesimen harimau jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense [MZB] tahun 1930.
Namun, bagi Didik, keyakinannya terhadap eksitensi karnivor besar penghuni hutan Pulau Jawa ini sudah jauh sebelum bukti itu muncul. Bahkan, sebelum ada hasil tes DNA ia sudah mewanti-wanti bahwa yang perlu jadi perhatian adalah kesiapan warga di tepi kawasan.
“Sejak dulu harimau jawa sudah ada di hutan belakang rumahnya dan kondisinya bagi mereka nyaman-nyaman saja,” kata Didik.
Didik sudah menyampaikan secara terbuka agar warga lebih siap dan tidak perlu khawatir berlebihan terhadap eksistensi harimau jawa sejak webinar KAGAMA Global Tiger Day Agustus 2020 silam. Sejak saat itu, strategi PKJ lebih ke penguatan warga agar secara budaya siap menerima kehadiran kembali hewan tersebut.
Baginya, pemberitaan yang ada harus disikapi secara bijaksana. Jangan karena pemberitaan bahwa hutan di sekitarnya ada harimau dan pengaruh kebudayaan dari kota, menjadikan mereka yang selama ini nyaman harmonis hidup berdampingan dengannya jadi takut.
“Jangan ikut merasa terancam seperti bayangan orang kota yang melihat harimau itu sebagai hewan yang ada di kebun binatang. Menggunakan pagar pengaman,” tuturnya.
Kronologi temuan harimau jawa termutakhir
Geger perbincangan soal harimau jawa yang belakangan ramai jadi pemberitaan sebenarnya bermula dari 2019. Pada 18 Agustus 2019 malam, warga Desa Cipenduy, Sukanumi mengaku melihat seekor harimau di kebun milik warga sekitar desa. Lima warga yang menjadi saksi mengaku bisa membedakan antara harimau jawa dengan macan tutul.
Kalih Rakasewu, salah seorang tim peneliti gabungan BRIN kemudian mengajak warga yang memberikan kesaksian untuk mengunjungi kembali lokasi pada 27 Agustus 2019. Saat melakukan penelusuran, akhirnya ditemukan sehelai rambut yang pada kemudian hari tes DNA-nya cukup identik dengan DNA spesimen harimau jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense [MZB] tahun 1930.
Selain itu, melansir Mongabay, peneliti dan saksi juga menemukan jejak kaki dan bekas cakar di area tersebut. Hal-hal itu memang jadi tanda kehadiran sang pemuncak rantai makanan hutau Pulau Jawa tersebut.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News