Seminggu lalu, Jumat (1/11/2024) saya mengunjungi Masjid Sheikh Zayed Solo untuk kesekian kalinya. Sesaat setelah saya memarkir motor, azan berkumandang. Suasana masjid terasa tenang dan bersih, meski ramai pengunjung yang berlalu-lalang.
Suasana yang jauh berbeda dari saat awal-awal masjid indah di Solo itu dibuka untuk umum pada Rabu (1/3/2023) silam.
Di masa-masa itu, tiap kali saya melintasi sekitaran Masjid Sheikh Zayed di Jalan Ahmad Yani, Solo, pengunjung selalu membludak. Penuh sesak. Alhasil, kemacetan pun tidak terhindarkan bahkan hampir setiap saat.
Situasi “kurang kondusif” tidak hanya terjadi di aera luar masjid. Area dalam pun, waktu itu, tak kalah keosnya.
Berdesakan dengan pengunjung Masjid Sheikh Zayed Solo
Saya pertama kali masuk area dalam Masjid Sheikh Zayed Solo pada Ramadhan 2023 silam. Niat untuk ngabuburit sembari ngademke ati di masjid.
Namun, alih-alih ketenangan, saya justru mendapati kerumunan manusia saing berjejalan. Rata-rata menyorongkan ponsel masing-masing untuk swafoto berlatar bangunan masjid yang megah nan indah.
Terlebih saat menjelang azan Magrib, para pengunjung pun makin banyak berdatangan. Apalagi saat itu Masjid Sheikh Zayed Solo menyediakan takjil.
Pintu masuk masjid yang hanya dibuka satu pun sontak penuh. Para pengunjung saling serobot untuk lekas masuk area dalam.
“Memang ramai mas. Total pengunjung yang datang saat beberapa bulan awal berdirinya Masjid Zayed bahkan mencapai sekitar 40.000 orang,” ucap Farid Hidayat, salah satu staf di Masjid Sheikh Zayed Solo saat Mojok temui pada Senin (4/11/2024) malam WIB.
Situasi tak terkendali di Masjid Sheikh Zayed Solo
Pemandangan tak mengenakkan saya jumpai tak lama setelah salat Magrib usai. Ketika berjalan di pelataran masjid, saya mendapati anak-anak nyemplung di kolam masjid.
Tidak sekali-dua kali saya mendengar marbot mengingatkan pengunjung untuk tidak menginjak rumput atau bermain air di kolam.
Namun, tetap saja, ada saja pengunjung yang tak mengindahkan teguran itu. Mereka malah tampak santai saja duduk-duduk di atas rumput untuk swafoto. Belum lagi sampah-sampah berserakan di beberapa titik.
Situasi tak kondusif di pelataran masjid akhirnya membuat beberapa pengunjung kehilangan sandalnya. Apalagi saat itu memang belum disediakan rak sandal, khususnya di area halaman.Alhasil, pengunjung meletakkan sandal secara asal di halaman hingga akhirnya berujung hilang.
Waktu itu, saya melihat beberapa sekuriti sampai turun tangan membantu pengunjung yang kehilangan sandalnya.
“Mereka (pengunjung) tidak tahu menahu tentang aturan di masjid. Itu tugas kami untuk memberitahu mereka, seperti tidak boleh membawa makanan dari luar karena bisa merusak keramik dan juga penambahan tanda-tanda larangan. Hal ini secara perlahan juga ditaati oleh pengunjung,” tutur Farid.
“Apalagi tentang sandal hilang. Walaupun memang ada oknum, tapi itu juga sering kali para pengunjung yang lupa meletakkan di mana,” sambungnya.
Ketika pengunjung saling menasihati
“Kami juga mengadakan evaluasi dan berdiskusi dengan tim lapangan. Di mana poin poin kenyamanan dan ketidaknyamanan di Masjid Sheikh Zayed, lalu bagaimana mengatasinya,” ujar Farid.
Salah satu sekuriti Masid Sheikh Zayed Solo (enggan disebut namanya) menjelaskan, seiring waktu di beberpa titik masjid mulai dipasang papan penanda bertuliskan “Dilarang menginjak rumput” dan “Dilarang bermain di kolam”.
Awalnya, banyak pengunjung mengabaikan penanda tersebut. Namun, lambat-laun, makin banyak pengunjung yang mulai sadar dan menaatinya.
“Bahkan seiring waktu, sekuriti nggak lagi banyak nasihati pengunjung. Karena kalau ada pengunjung yang melanggar larangan, ada saja pengunjung lain yang mengingatkannya,” ujar sekuriti Masjid Sheikh Zayed Solo itu.
Tak cuma buat foto-foto
Lebih lanjut, koordinasi antar sekuriti juga semakin solid. Untuk diketahui, sekuriti di Masjid Shekh Zayed Solo terbagi dalam tiga shift.
Pada dasarnya, setiap sekuriti sudah di-plot di posisi masing-masing. Namun, meski begitu, apabila ada area yang tengah kekurangan tenaga untuk mengurus para pengunjung yang terlalu banyak, maka sekuriti di pos lain akan ikut membantu area yang kekurangan tenaga tersebut.
Isu sandal pengunjung yang kerap hilang di awal-awal bukanya Masjid Sheikh Zayed Solo pun akhirnya tertangani, yakni pengadaan rak sandal di dalam dan di halaman masjid.
“Meskipun masih ada oknum (maling sandal), tapi komplain mengenai hilangnya sandal ini sudah sangat berkurang sekarang,” ungkap sekuriti yang saya wawancarai itu.
Dalam pengamatan saya yang berkunjung ke masjid itu secara berkala, saya merasakan memang ada banyak yang berubah dari masjid tersebut. Suasananya jauh lebih kondusif dari awal-awal 2023 silam. Pengunjung yang datang pun mulai tertib. Termasuk tak terlalu banyak pengunjung yang cekrak-cekrek untuk keperluan foto.
Penulis: Dwi Akbar Setiawan
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News