Jalan Doktor Insinyur Haji Soekarno atau Surabaya Middle East Ring Road (MERR) menjadi momok bagi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur. Selain karena macet dan cuaca panas, jalanan itu juga terkenal dengan aksi begalnya.
Langganan macet saat sore hari
Sehari-hari, Putri (23) harus melewati Jalan MERR, Surabaya untuk berangkat kuliah di UPN Veteran Jawa Timur menggunakan motornya. Dari Asem Rowo–daerah rumahnya, Putri harus melewati Jalan Jagir, Wonokromo, Jalan Panjang Jiwo, lalu belok ke pertigaan Hotel Gunawangsa MERR sampai tiba pada tujuan.
“Perjalanan itu membutuhkan waktu 45 menit kalau ramai lancar, tapi kalau macet bisa satu jam lebih,” ucap Putri, Selasa (11/2/2025).
Dari arah berlawanan, jalan lingkar sepanjang 10,98 kilometer itu menghubungkan warga Surabaya menuju Galaxy Mall, Pakuwon City, Kenjeran, Jembatan Nasional Suramadu, Pelabuhan Tanjung Perak, Bandara Internasional Juanda. Begitu juga bagi warga yang ingin pergi ke Kabupaten Sidoarjo.
Maka wajar, jika ia sering terkena macet saat sore hari, khususnya di jam-jam orang pulang kerja. Kalau sudah begitu, Putri lebih memilih pulang larut malam setelah pulang kuliah. Ia akan mampir ke Apartemen Gunawangsa MERR lebih dulu untuk mengunjungi tempat tinggal temannya.
“Apalagi dekat Apartemen Gunawangsa lampu merah, sering ada crash kecelakaan di situ,” ujar Putri.
Jalan MEER, Surabaya tidak ramah bagi mahasiswi
Karena sering pulang larut malam, orang-orang di sekitar Putri sering mengingatkan agar ia jaga diri. Sebab, Jalan MEER terkenal dengan begalnya. Bukannya tidak tahu, Putri sendiri sering mengecek media sosialnya. Dari sana, dia pun tahu kalau banyak kasus begal di Jalan MEER, Surabaya.
Melansir dari Media Hub Humas Polri, Polisi menangkap komplotan begal bersenjata tajam yang menodong seorang mahasiswi saat pulang kuliah malam. Peristiwa itu terjadi pada Rabu (25/9/2024) pukul 01.50 WIB. Korban dipepet oleh 6 tersangka dan motornya ikut dirampas.
Tak hanya kejadian tersebut, polisi beberapa kali menangkap pelaku begal di Jalan MEER dan korban yang diincar seringnya adalah perempuan. Beruntung, Putri tak mengalami kejadian seperti itu.
“Akhirnya kalau pulang malam aku lewat Transmart, menghindari jalan sepi dan gelap,” ucapnya.
Larangan melewati Jalan MERR, Surabaya saat malam hari
Selain Putri, Malwa (23) yang merupakan mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur juga punya ketakutan serupa. Orang-orang di sekitarnya sering mengingatkan Malwa, agar tak melewati Jalan MERR saat pulang sendirian di malam hari.
“Aku pernah pulang malam-malam sekitar jam 10-an, itu Jalan MERR (Surabaya) dari arah Jalan Kenjeran memang di beberapa titiknya nggak ada penerangan jalan,” ujar Malwa.
Di jam itu, Jalan MERR juga sudah terlihat sepi. Wajar saja, sebab area tersebut bukan lokasi yang padat penduduk. Pedagang Kaki Lima (PKL) pun jarang terlihat. Oleh karena itu, Malwa tidak kaget kalau tempat itu jadi kesempatan bagi pelaku kejahatan.
Lebih dari itu, kata Malwa, karena bentuk jalannya yang mulus dan lurus, ada saja kendaraan yang melaju dengan kencang. Jadi mesti hati-hati. Rawan kecelakan lalu lintas. Untungnya, Malwa tak pernah mengalami peristiwa yang kurang mengenakkan.
“Karena nggak berani juga pulang malam di atas jam 10, aku pasti putar dan cari jalan yang ramai PKL atau dilewati banyak orang,” kata dia.
Tak hanya Jalan MERR, Surabaya, Mojok pernah mewawancarai warga pesisir Pantai Kenjeran yang pernah mengalami modus begal dan pungutan liar. Di pagi hari, saat Taufik hendak jogging bersama teman-temannya, tiga orang pemuda mendekatinya.
Salah satu pemuda meminta Taufik membantu adiknya di sebuah warung karena habis kecelakaan. Namun, Taufik ragu. Mengapa pemuda itu menyuruhnya gonceng tiga naik motor untuk pergi ke lokasi tempat adiknya jatuh?
Belum lagi, para pemuda itu memaksa Taufik duduk di tengah. Mereka pun sempat beradu cekcok. Berita lengkapnya bisa baca di sini.
Kualitas kejahatan begal semakin meningkat
Sosiolog, Bagong Suyanto menjelaskan beberapa situasi memungkinkan pelaku begal beraksi. Sudah bukan rahasia kalau aparat penegak hukum di Indonesia tidak memadai dibandingkan luas wilayah yang harus mereka jaga atau lindungi.
Menurut dia, aparat penegak hukum seharusnya bisa merangkul komunitas masyarakat untuk berpartisipasi mencegah kejahatan tersebut. Termasuk kejadian seperti di Jalan MERR, Surabaya. Istilahnya, pendekatan community support system.
“Polisi yang terbatas nggak mungkin bisa kalau tidak merangkul komunitas lokal untuk ikut berpartisipasi membangun kelompok yang bentuk kepeduliannya masih dalam koridor wilayah hukum,” ujarnya saat dikonfirmasi Mojok, Selasa (11/2/2025).
Dengan begitu, masyarakat juga ikut peduli dan tidak melakukan penghakiman sepihak. Bagong menilai ada kecenderungan kejahatan begal semakin meningkat, tidak hanya merampas barang berharga tapi sampai membunuh nyawa.
“Mereka sadar risiko ada dihakimi massa, jadi dikembangkan ancaman makin jahat dan keras biar langsung memperdaya korban,” ucapnya.
Salah satu penyebab pelaku kejahatan melakukan begal, kata Bagong, karena meningkatnya PHK massal, serta sulitnya mengkases sektor pekerjaan. Ditambah, masyarakat cenderung menolak mantan pelaku kejahatan bekerja di sektor legal.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Apesnya Pengendara Motor Plat P di Surabaya, Ikut Diseret kalau Plat M Berulah karena Dianggap Sama-sama Madura atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












