Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Apresiasi untuk Ayah yang Antar Anak ke Sekolah Hanyalah Perayaan Simbolis, Pemerintah Belum Selesaikan Masalah Utama

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
15 Juli 2025
A A
Indonesia krisis fatherless. MOJOK.CO

ilustrasi - Indonesia krisis fatherless, pemerintah malah becanda. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Fenomena anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah alias fatherless menjadi konsentrasi Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN saat ini. Namun, fenomena ini tak datang tiba-tiba. Pakar menyebut ada “struktur sosial” yang terpaksa membentuknya.

Fatherless: Tumbuh tanpa kehadiran ayah

Saat usia 6 tahun, Alfian harus terbiasa mandiri berangkat dari rumah, naik angkot, lalu jalan kaki, untuk sampai ke sekolah. Ibunya sibuk bekerja sejak pagi, sementara ayahnya sudah tidak tinggal di rumah.

Dulu, sebelum kedua orang tuanya berpisah, Alfian masih sering diantar pergi ke Sekolah Luar Biasa (SLB). Jadi, ia sudah sedikit hafal jalanan dari rumahnya. Kini, dengan penglihatannya yang terbatas, Alfian harus berani berangkat sendiri. 

“Waktu SD aku jalan kaki buat berhentiin angkot di sekitar Jalan Tidar. Kira-kira perjalanan hampir satu kilometer terus aku turun dari angkot. Lalu, jalan kaki lagi sekitar 400 meter buat sampai ke sekolah,” ucap Alfian kepada Mojok, Selasa (15/7/2025).

Pulangnya, ia masih menggunakan angkot. Hanya saja, tempat pemberhentian angkot yang ia pilih untuk pulang lebih jauh. Ia harus jalan kaki lewat pasar dan makam supaya rute perjalanannya lebih dekat dengan rumah.

“Awalnya ya nggak mudah. Kadang-kadang aku jatuh atau ketabrak karena penglihatanku yang kurang. Tapi, instingku semakin tajam karena harus begitu sampai SMP. Jadinya sekarang hafal setiap sudut jalan,” kata Alfian.

Dari sana, Alfian berpikir, begitulah cara ibunya mendidik dan membesarkannya tanpa kehadiran seorang ayah. Tanpa membeda-bedakan dirinya yang seorang difabel. Ibunya selalu menasihati dan banting tulang sendirian demi mencukupi kebutuhan keluarga.

“Dari kecil Mama selalu bilang, ‘kamu harus buktikan ke orang lain bahwa kamu tetap bisa jadi orang yang berguna dan berdaya meski nggak bisa lihat’,” ucap Alfian.

Ayah antar anak di hari pertama sekolah

Kejadian yang dialami Alfian boleh jadi hanya secuil cerita dari sekian banyak anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah (fatherless). Menurut data dari UNICEF di tahun 2021, sebanyak 20,9 persen anak di Indonesia tumbuh tanpa memiliki figur ayah akibat perceraian, kematian, atau pekerjaan ayah yang jauh dari keluarga.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2021 mencatat hanya 37,17 persen anak usia 0 hingga 5 tahun yang diasuh langsung oleh kedua orang tua kandungnya secara bersamaan. 

Adanya fenomena tersebut, membuat Menteri Kemendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji gusar. Ia mengingatkan pentingnya peran pengasuhan ayah terhadap anak guna mengatasi krisis fatherless.

Sebab, dampak dari fenomena fatherless bisa menyebabkan masalah emosional, perilaku, sosial, dan perkembangan kognitif. Seiring dengan data di atas, masalah mental di Indonesia juga semakin memprihatinkan.

Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022 mencatat 33 persen remaja mengalami masalah kesehatan mental, tapi hanya 4,3 persen orang tua yang mampu mendeteksi anaknya memerlukan bantuan.

Guna mengatasi (sebagian kecil) masalah di atas, pemerintah mendorong Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) di mana para ayah harus mengantar anak di hari pertama mereka sekolah. Kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran Kemendukbangga/Kepala BKKBN Nomor 7 Tahun 2025.

“Gerakan ini juga menjadi simbol perubahan budaya pengasuhan di Indonesia. Dari yang semula terpusat pada peran ibu, menjadi lebih kolaboratif dan setara,” kata dia, Senin (14/7/2025) dikutip dari Antara.

Baca Halaman Selanjutnya

Ada struktur kerja yang maskulin

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 17 Juli 2025 oleh

Tags: ayah wajib antar anakfatherlesshari pertama sekolahkesetaraan genderparentingperan suami
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Seorang bapak di Semarang tak tega lihat anak stunting, hindari isu fatherless. MOJOK.CO
Ragam

Awalnya Tak Tega Lihat Anak Sakit hingga Dampingi Istri ke Puskesmas, Lalu Sadar Pentingnya Peran Seorang Bapak

7 November 2025
ayah, kehilangan ayah, fatherless, kasih sayang ayah.MOJOK.CO
Ragam

Saya Tidak Akrab dengan Ayah, tapi Terasa Sangat Kehilangan Saat Dia Sudah Tiada

6 November 2025
Jahatnya keluarga Bapak bikin fatherless hingga membenci rumah dan kumpul keluarga MOJOK.CO
Ragam

Betapa Jahat Keluarga Bapak: Suka Sakiti Keluarga Ibu-Lihai Berganti Wajah Tanpa Tahu Diri, Bikin Benci Kumpul Keluarga

10 Oktober 2025
Kebebasan Bersuara Direnggut Gara-gara Cap Terlalu Feminis. MOJOK.CO
Ragam

Kebebasan Bersuara Direnggut Gara-gara Cap Terlalu Feminis

11 Desember 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.